LIMA PULAU YANG PERNAH TENGGELAM DI LAUT, DAN BEBERAPA NEGARA PASIFIK YANG TERANCAM MENUJU TENGGELAM
10:41 PM
Selama ratusan tahun, Pulau Bermeja dapat dengan mudah ditemukan di Teluk Meksiko dekat Semenanjung Yucatan.
Tetesan Air Mata, Laut penuh dengan misteri yang tidak bisa dijelaskan dan
kadang tak masuk akal
Karena banyak laut yang belum
dijelajahi secara menyeluruh, tak mengherankan jika makin hari makin banyak hal
misterius yang ditemukan di bawah laut.
Bahkan, meski diteliti berulang
kali, misteri-misteri tersebut tak juga menunjukkan titik terang.
Berikut misteri laut yang tidak bisa
dijelaskan.
1. Atlantis Jepang
Di Jepang, ketika para penyelam
mencari hiu martil, mereka malah menemukan sesuatu yang lain.
Di dalam laut ditemukan sebuah
monumen atau bangunan kuno di bawah air.
Sejak penemuannya, para ilmuwan
telah berdebat tentang penciptaannya.
Beberapa mengatakan, bangunan itu
ada secara alami, sementara lainnya berpikir dibuat oleh manusia.
Mereka yang mengatakan bangunan itu
buatan manusia mengklaim situs itu berusia lebih dari 9.000 tahun dan terendam
di bawah air karena aktivitas tektonik.
2. Penemuan Gulf of Khambhat
Pada 2002, di lepas pantai India,
para ilmuwan menemukan peninggalan arkeologis yang dikatakan bisa menjadi
bagian dari peradaban yang telah lama hilang lebih dari 9.000 tahun.
Jika benar, itu mendahului struktur
tua yang diketahui selama 5.000 tahun.
Pengaruh dari perkembangan membuat Kotah ini telah mengilang dilaut.
3. Lokomotif hilang
Pada 1985, ketika Kapten Paul Hepler
menelusuri dasar laut New Jersey dari kapalnya, Ventur III dan dia menemukan obyek
yang tak biasa.
Ternyata, dia menemukan beberapa
kereta tua dalam sejarah Amerika.
Sedikit yang diketahui tentang
asal-usul kereta itu atau bagaimana kereta itu bisa berakhir di dasar laut.
4. Pulau Bermeja yang hilang
Selama ratusan tahun, Pulau Bermeja dapat dengan mudah ditemukan di Teluk Meksiko dekat Semenanjung Yucatan.
Namun, sekarang yang diemukan di
lokasi tersebut hanyalah air yang menunjukkan, pulau itu menghilang, tetapi
tidak ada yang tahu ke mana hilangnya.
Ketika peneliti Meksiko meneliti
lokasi pulau itu, mereka tidak menemukan keberadaannya.
Banyak teori tentang keberadaan
pulau tersebut Namun kini telah mengilang di laut.
5. Paus bernyanyi pada kedalaman
yang berbeda
Nyanyian paus biru biasanya
dimaksudkan untuk menarik pasangan.
Selama 40 tahun terakhir, lebih dari
tujuh populasi paus biru yang berbeda telah direkam bernyanyi pada frekuensi
yang lebih dalam dari sebelumnya.
Para ilmuwan tidak mengerti
alasannya, namun beberapa orang berpikir itu mungkin terkait dengan kepadatan
penduduk dan persaingan.
Berita ini sudah dimuat di
intisari.grid.id dengan judul Mistis dan Timbulkan Perdebatan, Inilah 5 Misteri
Bawah Laut yang Tidak Bisa Dijelaskan Artikel Asli
4 Negara Pasifik Ini Terancam Tenggelam Akibat
Perubahan Iklim
Perubahan
iklim merupakan fenomena alam yang sedang terjadi saat ini. Terlepas dari
beberapa pihak yang memperdebatkan hal tersebut, mencairnya es di kutub utara
akibat pemanasan global dan naiknya permukaan laut seharusnya sudah menjadi
bukti yang cukup bahwa perubahan iklim memang benar adanya.
Salah
satu dampak terbesar dari naiknya permukaan air laut ini adalah adanya
pulau-pulau rendah (low-lying islands) yang terancam tenggelam. Nah, kebanyakan,
pulau-pulau tersebut berasal dari negara-negara Pasifik, yang kerap disebut
sebagai benua cair.
Pulau-pulau
tersebut bentuknya memang sangat kecil dan tingginya maksimal hanya
mencapai 12 meter saja dari permukaan air laut. Malah, ada pula pulau yang
tingginya hanya mencapai 1,83 meter hingga 2 meter dari permukaan laut.
Nah, Asumsi akan
merangkum empat negara Pasifik yang pulaunya terancam tenggelam akibat
naiknya permukaan laut akibat pemanasan global.
Tuvalu
Tuvalu
merupakan salah satu negara Pasifik yang paling sering diperkirakan akan
tenggelam dalam waktu kurang dari 50 tahun lagi. Titik tertinggi negara ini
adalah lima meter di atas permukaan laut. Populasi nya pun tidak begitu banyak,
hanya sekitar 12,000 penduduk.
Pada
tahun 2003, Perdana Menteri Tuvalu kala itu, Saufatu Sopoanga, menyatakan bahwa
perubahan iklim, dalam hal ini pemanasan global, yang mengakibatkan naiknya
permukaan laut merupakan ancaman serius dari keberadaan Tuvalu.
Namun,
baru-baru ini, terdapat penelitian yang kontradiktif dengan perkiraan di atas.
Penelitian dari Universitas Auckland menyatakan bahwa berdasarkan gambar
satelit yang diambil tahun 1971 dan 2014, total area dari Tuvalu justru
bertambah sebesar 2,9 persen, terlepas dari naiknya permukaan laut dua kali
lipat dari rata-rata global.
Nah, bertambahnya area Tuvalu ini disebabkan oleh dinamika
geologi di bawah pulau-pulau Tuvalu yang sedang bergerak ke atas.
Kiribati
Negara
lain yang juga terdampak dari naiknya permukaan laut adalah Kiribati. Negara
dengan populasi lebih dari 100.000 penduduk ini memiliki titik tertinggi hanya
dua meter di atas permukaan laut. Banyak penduduk yang sudah mulai berpindah ke
pulau Tarawam karena pulau yang sebelumnya mereka tinggali telah tenggelam.
Pada
tahun 2012, Presiden Kiribati kala itu, Anote Tong, menyatakan bahwa penduduk
Kiribati harus segera pindah jika ingin terus bertahan. Permukaan laut yang
terus meningkat membuat laut bahkan telah mencapai pemukiman warga.
Untuk
mengantisipasi fenomena ini, salah satu usaha untuk bertahan yang dilakukan
oleh Kiribati adalah dengan membeli 5.000 hektar pulau milik Fiji. Nantinya,
penduduk Kiribati akan direlokasi ke pulau-pulau tersebut jika memang sudah
tidak memungkinkan lagi untuk tinggal di sana.
Nauru
Selain
dua negara di atas, Nauru juga merupakan negara kepulauan yang terancam akan menghilang
jika permukaan air laut terus meningkat secara signifikan. Nauru memiliki luas
hanya 21 km persegi dan penduduk sekitar 10.000.
Negara
ini sendiri merdeka pada tahun 1968. Nauru sempat mengalami kejayaan ekonomi
karena adanya pertambangan fosfat. Di tahun 1970, bahkan Nauru sempat menjadi
negara terkaya di dunia. Gaya hidup warganya pun langsung menjadi glamor.
Namun,
kejayaan tersebut amatlah singkat. Di tahun 1990-an, ketika Fosfat di Nauru
hampir habis dan tidak ada sumber pendapatan lain, kondisi perekonomian Nauru
pun jatuh drastis. Tidak hanya kehabisan fosfat, pertambangan tersebut membuat
80 persen wilayah Nauru tidak layak tinggal.
Kondisi
ini diperparah dengan meningkatnya permukaan laut. Nauru pun menjadi negara
yang semakin kesulitan untuk dapat bertahan, karena tidak hanya kesulitan
secara ekonomi, Nauru juga harus menghadapi naiknya permukaan laut yang terus
menggerus wilayahnya.
Kepulauan Solomon
Kepulauan
Solomon merupakan negara yang relatif cukup besar dengan penduduk yang cukup
banyak jika dibandingkan dengan negara-negara Pasifik lainnya. Kepulauan
Solomon memiliki luas sebesar 28.400 km persegi, terdiri dari 900 pulau, dan
penduduk hampir 600.000 orang.
Meskipun
cukup besar, Kepulauan Solomon tidak luput dari ancaman naiknya permukaan laut.
Setidaknya lima pulau milik Kepulauan Solomon yang telah tenggelam dalam tujuh
dekade terakhir hingga tahun 2011.
Selain
itu, ada juga enam pulau yang kehilangan 20 persen wilayah dan memaksa warga
untuk merelokasi tempat tinggalnya. Salah satu penyebab tenggelamnya
pulau-pulau ini adalah meningkatnya permukaan air laut selama 20 tahun terakhir
yang mencapai tiga kali lipat dari rata-rata global.
Tak sampai 100 tahun lagi, pulau
surga 'Maldives' akan tenggelam
Merdeka.com - Saat ini Maldives dikenal
sebagai kepulauan surga bagi wisatawan dari seluruh dunia. Namun, ilmuwan
memprediksi bila tidak lama lagi global warming akan membuat Maldives lenyap.
Bagaimana bisa?
Kepulauan yang terletak 595 kilometer dari barat
daya India itu hingga saat ini dikenal dengan negara terendah di dunia. Daratan
tertinggi di Maldives hanya sekitar 2,4 meter di atas permukaan laut, sementara
daratan terendahnya sekitar 1,5 di atas permukaan laut.
Kabar buruknya, global warming membuat es
di kedua kutub Bumi meleleh dan menaikkan tinggi air laut sekitar 3 milimeter
setiap tahunnya. Hal ini terutama disebabkan oleh mencairnya lapisan es di
bagian barat dan timur Antartika atau kutub selatan.
Dari fakta itu lah, ilmuwan IPCC memperkirakan
bila di akhir abad 21 atau kurang dari 100 tahun lagi ketinggian air laut akan
meningkat 1 meter lebih.
Tentu ini kabar buruk untuk kepulauan Maldives
yang tinggi daratannya hanya 1-2 meteran. Kepulauan Maldives yang kita kenal
sekarang mungkin akan lenyap tenggelam di bawah air saat air laut naik 1 meter
lebih.
Adakah cara untuk mencegah Maldives
tenggelam?
Sayangnya hal itu cukup mustahil, sebab berbeda
dari negara rendah lain seperti Belanda, akan sangat sulit membuat bendungan
yang mengelilingi setiap pulau di Maldives. Biaya yang dikeluarkan untuk
menyelamatkan pulau-pulau itupun akan sangat mahal.
Akan tetapi masih ada cara lain yang bisa
ditempuh agar penduduk Maldives tetap bisa tinggal di sana. Seorang arsitek
bernama Mayank Thammalla percaya bila teknologi bisa menyelamatkan kebudayaan
dan warga Maldives, lewat kota techno.
Ya, Mayank menyatakan manusia bisa membangun atau
memanfaatkan tambang minyak lepas pantai di sekitar Maldives untuk diubah
menjadi kota-kota kecil, Gizmodo (16/05).
Meskipun jauh dari kesan 'surga', kota-kota
teknologi yang dibangun di atas tambang minyak itu dilengkapi dengan rumah,
pasar, pertokoan, dan masjid. Dengan begitu Maldives bukan lagi menjadi negara
kepulauan melainkan negara terapung di atas samudra. Merdeka.Com.
Komentar
Posting Komentar