Opini
Oleh: Oney Sambon
Tetesan Air Mata Ibunda, Kota Jeruk, Melangkah Tanpa Alas Kaki, Menyelesaikan persoalan apapun, termasuk persoalan bangsa, bisa lewat akal dan atau hati.
Tentu di antara keduanya pasti hasilnya berbeda. Akal selalu mempertimbangkan antara untung atau rugi, cepat atau lambat, mudah atau sulit, beresiko atau tidak, dan sejenisnya.
Sementara itu, hati nurani selalu mempertimbangkan baik atau buruk, manusiawi atau tidak, jujur atau tidak jujur, adil atau tidak adil, dan seterusnya.
Setiap manusia memiliki dua peranglkat tersebut, yaitu akal dan sekaligus hati.
Keduanya akan memberikan pertimbangan dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Orang-orang tertentu lebih mengedepankan akalnya, sedangkan sementara lainnya lebih mengedepankan hatinya.
Jika yang dikedepankan adalah akalnya, maka hasilnya akan berbeda dari umpama yang dikedepankan adalah hatinya. Dan tentu, akan menjadi sempurna jika keduanya digunakan secara seimbang.
Menyelesaikan persoalan ekonomi yang sedang merosot seperti sekarang ini misalnya, jika yang digunakan hanya akal belaka, maka bisa saja akan segera selesai, tetapi pilihan itu bisa jadi ada sebagian orang yang merugi atau pada jangka panjang membahayakan bagi bangsa sendiri.
Akal selalu mengatakan bahwa yang terpenting usahanya selesai dengan cepat, mudah, dan menguntungkan.
Sementara itu, hati selalu mempertimbangkan kebaikan, kejujuran, keadilan, dan keselamatan, dan kearifan.
Jika pendidikan juga diselesaikan dengan pertimbangan akal belaka maka yang diperoleh juga hanya sebatas kulit atau wilayah formalnya.
Bagi akal selalu mencari yang mudah, menguntungkan, dan bisa dipertanggung jawabkan.
Akhirnya bisa saja pendidikkan hanya dimaknai sebatas terpenuhinya target, perolehan ijazah, terserapnya anggaran, dan sejenisnya.
Lewat kebijakan yang hanya menggunakan akal, maka banyak orang akan segera mendapatkan ijazah, angka partisipasi pendidikan meningkat, buku teks bisa terselesaikan dan laporan bisa dibuat.
Pendekatan itu hasilnya belum tentu menyelesaikan masalah pendidikan yang sebenarnya.
Editin: Atmin
Komentar
Posting Komentar