Oleh: Mahesa Jenar
Teknik repetisi adalah teknik pengulangan kata, frasa, klausa atau kalimat untuk mempertegas makna yang ingin disampaikan oleh penulis dalam puisinya. Teknik atau majas repetisi ini banyak kita temukan dalam puisi-puisi populer Indonesia dan dunia.
Secara umum (kaidah saat ini), teknik repetisi dibagi menjadi dua, yakni anafora dan epifora. Anafora adalah pengulangan yang dilakukan di awal kalimat atau awal bait, sedangkan epifora adalah pengulangan yang dilakukan di bagian akhir kalimat atau akhir bait.
Apakah teknik repetisi pada puisi hanya berhenti pada teknik anafora dan epifora saja? Bukankah TIDAK ADA kebakuan dalam sastra, apalagi pada puisi? Iya, tentu saja kita sangat bisa mengeksplorasi teknik pengulangan ini menyesuaikan cara ucap pada puisi yang kita inginkan. Kreativitas kita tentu tidak bisa dibatasi oleh kaidah lama ini. Tidak ada salahnya jika teknik repitisi ini kita bangun pada tengah larik, atau pada bagian lainnya secara berulang-ulang, atau juga penggunaan teknik anafora dan epifora secara bersamaan. Silahkan saja, sekali lagi, tidak ada kebakuan pada bentuk puisi dan pada teknik yang membangunnya.
Teknik repetisi ini digunakan untuk memperkuat daya puisi dan kedalaman maknanya, sehingga pembaca mampu merasakan kekuatan perasaan yang ingin disampaikan oleh penyair melalui puisinya.
Teman-teman ada yang ingin mencoba membuatnya? Saya pribadi lumayan banyak menggunakan teknis repetisi ini, karena memudahkan bagi saya untuk meningkatkan intensitas atau greget pada bait atau larik selanjutnya, dan puisi secara keseluruhan.
Di bawah ini saya contohkan sebuah puisi yang sangat terkenal, Hujan Bulan Juni karya sang kawindra Sapardi Djoko Damono. Repetisinya ada pada larik kedua, disematkan dengan sangat cermat, sederhana, tapi sukses membangun makna dengan kuat.
HUJAN BULAN JUNI
Karya: Sapardi Djoko Damono
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
***
Saya juga contohkan sebuah puisi repetisi dari saya. Repetisi dua larik pendek ada pada tiap bait, tapi disematkan pada susunan larik yang berbeda.
PADA INGATAN-INGATAN YANG KUCURI
Karya: Mahesa Jenar
pada ingatan-ingatan yang kucuri
dari seorang penyair yang dipeluk sunyi
kutulis sebuah sajak sepi
bersama gigil yang enggan menepi
dari sebuah pagi
satu dua inggatan yang mulai lusuh ini
tak juga beranjak pergi
tertinggal di halaman hati
bersama sebaris ingatan lain yang masih tersusun rapi
dari sebuah pagi
meski remah-remah kesakitan
retak serak menyesak di dada
menjelma perseteruan diam-diam
pada ingatan-ingatan yang kucuri
dari sebuah pagi
pada ingatan-ingatan yang kucuri
dari diriku sendiri yang dipeluk sunyi
kutuliskan kembali sebuah sajak sepi
tentang semilir angin di musim ini
yang setia mengiring terbit matahari
Komentar
Posting Komentar