Langsung ke konten utama

BERTAMASYA KE LUBANG BATULEMBAH EMEREHU-KONYA ABEPURA

Artikel.

"KONDISI LUBANG BATU YANG MENJADI TEMPAT PEMBUANGAN AIR DARI LEMBAH EMEREUH-KONYA MENUJU KALI ACAY HINGGA KE TELUK YOUTEFA"
Tetesan Air Mata Ibunda- Kota Tua Argaputa Holandia- Jayapur- Melangkah Tanpa Alas Kaki- Mungkin banyak orang yang perna melihat atau melintas diatas Sungai/kali Acay akan berpikir bahwa sungai/kali acay bersumber dari mata air yang keluar dari Bukti yang terletak ditengah lembah Abepura. Padahal apabila ditelusuri rupanya air Sungai/kali Acay bersumber dari Air Lembah Emereuh-Konya yang masuk kedalam Lubang Batu dan keluar seperti Mata Air yang mengalir di Sungai/kali Acay yang akan bermuara di Teluk Youtufa. 

Kondisi Lubang Batu ini kemungkinan tidak banyak yang mengetahui sebab sangat jarang diekspos oleh berbagai Media Cetak maupun Online baik yang berdomisili di Jayapura maupum diluar Jayapura. Padahal jika dilihat secara seksama Kondisi Air Lembah Emereuh-Konya yang masuk kedalam Lubang Batu selanjutnya keluar menjadi Mata Air bagi Sungai/kali Acay disebelah Timur itu merupakan sebuah Fenomena Alam yang unik yang dapat dijadikan objek wisata sebagaimana yang dilalukan oleh Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewah Yogyakata dalam mengelola tempat Wisata Sungai Bawah Tanah di Goa Pindul Yogyakarta. 

Ketidakseriusan Pemerintah Kota Jayapura mengelola keunikan Lubang Batu Lembah Emerehu-Konya dari Genangan Air dan Sampah Warga itulah yang menjadi penyebab setiap turun hujan Rumah Warga di 2 (dua) RT yang terletak di Kawasan Lembah Emerehu-Konya selalu tergenang air. Kondisi itu bukannya hanya pada musim hujan namun setiap kali hujan sehingga Warga Lembah Emerehu-Konya selalu siap siaga jika terjadi hujan dikawasan Abepura khususnya di Lembah Emerehu-Konya.

Memang pasca terjadinya Banjir yang membuat Warga Lembah Emerehu-Konya harus mengungsi ke Gor Uncen beberapa Tahun lalu itu, Pemerintah Kota Jayapura telah membuat Talut dan jembatan serta membuat pagar besi dibawah dan disamping jembatan yang tepatnya berada di depan Lubang Batu dengan tujuan agar dapat menyaring sampah warga yang ikut terbawah air melalui Sungai/kali Emerehu namun faktanya kawat tersebut tidak mampu menahan beban air dan sampah setiap kali turun hujan sehingga kondisinya kawat tersebut malah mulai terlepas dari tempatnya. 

Untuk diketahui bahwa beberapa gambar dalam foto itu diambil pada hari Sabtu, 17 Februari 2024 dimana situasinya tidak hujan sehingga kondisinya tidak becek dan banjir. Sekalipun demikian untuk menunjukan fakta Lubang Batu selalu menjadi sasaran tumpukan sampah warga dan sering banjir disaat hujan terlihat melalui Gundukan Pecek yang telah sedikit mengeras sehingga mulai terbentuk tanah timbul serta terlihat adanya sampah yang telah diangkat ke pematan Sungai/kali Emerehu-Konya. 

Berkaitan dengan kondisi sampah yang tidak terlihat banyak diatas Sungai/kali Emerehu-Konya itu dapat terjadi berkat Kerja Keras Mama Mamoribo beserta Anak Cucunya yang dengan gagah berani selalu masuk ketengah-tengah sungai/kali Emerehi-Konya untuk mengangkat sampah-sampah Warga yang tergenang disana. Sayangnya Mama Mamoribo dan anak cucunya bekerja tanpa diberikan Alat Perlindungan Diri (APD) oleh Dinas Kebersihan Kota Jayapura padahal yang Mama Mamoribo dan Anak Cucunya angkat adalah sampah-sampah warga Kota Jayapura Khususnya dikawasan Abepura yang beranela ragam yang tentunya mengandung Bakteri yang dapat membahayakan Mama Mamoribo dan Anak cucunya. 

Keseriusan dan kegigihan Mama Mamoribo dan Anak Cucunya dalam membersihkan sampah warga di Sungai/kali Emerehu yang sudah memakan tahun sehingga sampai saat ini Warga Lembah Emerehu-Konya sudah tahu jika turun hujan selanjut banjir dan akhirnya Air Sungai/kali Emerehu-Konya menurun maka mereka akan menyimpulkan bahwa Mama Mamoribo dan Anak Cucunya telah membersihkan Genangan Sampah didepan Lubang Batu sehingga Genangan Air di Lembah emerehu-konya telah menurun. Hal itu sudah menjadi Rahasia Umum Warga Lembah Emerehu-Konya sampai saat ini. 

Sekalipun demikian Anehnya adalah Pemerintah Kota Jayapura yang telah mengetahui aktifitas Mama Mamoribo dan Anak-cucunya sebab Mama Mamoribo terdaftar sebagai Pegawai Honorer di Dinas Kebersihan Kota Jayapura yang bertugas khusus untuk menjaga Sungai/kali Emerehu-Konya tidak perna memberikan Apresiasi apapun kepada Mama Mamoribo yang merupakan Pejuang Kebersihan Kota Jayapura yang telah menyelamatkan Warga 2 (Dua) dari ancaman Genangan Air dan sampah setiap Kali turun Hujan. 

Terlepas dari kisah heroik Mama Mamoribo beserta Anak-cucunya yang bertindak sebagai Pejuang Kebersihan Kota Jayapura itu, tentunya akan menjadi pertanyaan tersendiri terkait akan seperti apa kondisi debet Air dan Sampah di Lubang Batu Lembah Emerehu-Konya jika Rumah Sakit Universitas Cenderawasih yang kini telah berganti nama menjadi Rumah Sakit Vertikat itu dibangun ?. Pertanyaan itu, disampaikan berdasarkan fakta sampai saat ini, Pihak Universitas Cenderawasi maupun Pihak Pengemban Pembangunan ataupun Pihak yang memiliki Program Pembangunan Rumah Sakit Vertikal Abepura sepertinya tidak perna melakukan pengambilan keterangan dari Warga 2 (dua) RT di Lembah Emerehu-Konya sesuai perintah Pasal 25 huruf c, UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengolahan Lingkungan Hidup maupun melakukan Sosialisasi Terkait Rencana Pengolahan Limbah (RPL) dari Pembangunan Rumah Sakit Vertikal maupun setelah Rumah Sakit Vertikal beroperasai nanti sesuai perintah Pasal 26, UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengolahan Lingkungan Hidup. 

Pada prinsipnya apabila pembangunan Rumah Sakit Vertikal terus di bangun tanpa memikirkan kondisi Lubang Batu tempat keluarnya Air dari Lembah Emerehu-Konya menuju Sungai/Kali Acay hingga menuju Teluk Youtefa maka tentunya akan menjadi petaka bagi Warga penghuni 2 (dua) RT di Lembah Emerehu-Konya serta tentunya akan semakin menyulitkan Mama Mamoribo dan Anak-cucunya dalam melalukan pembersihan Sampah Warga yang selalu bermuara didepan Lubang Bantu tempat keluarnya Air dari Lembah Emerehu-Konya menuju Sungai/Kali Acay hingga ke Teluk Youtefa. 

Semoga Kepala Balai Wilayah Sungai Papua, Bapak Wali Kota Jayapura, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Jayapura dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Perwakilan Papua bisa meluangkan waktunya berkunjung ke Lubang Batu tempat keluarnya Air dari Lembah Emerehu-Konya menuju Sungai/Kali Acay hingga ke Teluk Youtefa agar dapat melihat keunikan karya Ilahi yang terlihat melalui Air Lembah Emerehu-Konya yang masuk kedalam Lubang Batu dan menelusuri Sungai Bawah Tanah hingga Keluar di Sungai/kali Acay.

Bertamasya Ke Lubang Batu
Lembah Emerehu-Koya Abepura


#savesungaikonya
#savewargakonyadaribanjir
#savewargakonyadarisampah

Post. Admind

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEPOTONG PERAHU KERTAS

"Satu Pucuk Melawan Seribu" Satu pucuk senjata, melawan seribu musuh Tidak ada harapan, tidak ada kekuatan Tapi aku tidak menyerah, aku tidak mundur Aku akan melawan, dengan satu pucuk senjataku Seribu pucuk senjata, menghadapku dengan garang Tapi aku tidak takut, aku tidak gentar Aku akan melawan, dengan keberanian dan kehormatan Aku akan membuktikan, bahwa satu pucuk senjata bisa menang Musuhku banyak, tapi aku tidak sendirian Aku memiliki keadilan, aku memiliki kebenaran Aku akan melawan, dengan semangat dan kepercayaan Aku akan menang, dengan satu pucuk senjataku Satu pucuk senjata, melawan seribu musuh Tapi aku tidak menyerah, aku tidak mundur Aku akan melawan, dengan keberanian dan kehormatan Aku akan menang, dengan satu pucuk senjataku. TanahAirTercinta WestPapua 🍁🍁🍁 Anak yg Boleh Mencintainya. Anak ku. Ayah sangat merindukan mu. Tetapi Apa yang ayah lakukan hari ini suatu ketika anak besar akan mengerti penindasan atas negeri mu. Anak ku. Ay...

SETELAH DENGAR HASIL UJIAN PAKAIAN SISWA/I SMA Kelas XII Di NABIRE DIWARNAI BINTANG KEJORA POLISI MEMUKUL Mince Heluka, BEBERAPA ORANG MENANGKAP POLISI

Siswi SMA kelas XII,Foto Mince heluka dapat pukul dari Polisi Nabire. Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua- Kota Jeruk 🍊 -Melangkah Tanpa Alas Kaki- Nabire Siswa/i SMA kelas 3 dengar hasil ujian, mereka mewarnai pakeyan abu putih dirubah Bendera Identitas diri Papua Barat, Bendera Bintang Kejora/Bintang Fajar Polisi Melakukan pukulan dan penangkapan terhadap siswa/Siswi. Dengan melihat Siswa Mewarnai dengan warna Identitas sehingga beberapa orang anggota polisi dan ada pula yang dapat pukulan dari Polisi pada Senin 06/05/2024. Kata M.D melalui Handphone genggamnya. Penangkapan dan pemukulan dari polisi terhadap teman-teman SMA yang turun pawai kebahagiaan setelah mendengar kelulusan mereka, namun kami merasa kecewa karena polisi-polisi yang berada di Nabire melarang kegiatan kami, Lanjutnya. Kronologis yang Terjadi  Pukul 16: 7 wp. Kurang lebih 9 orang pelajar dikejar oleh 2 orang polisi berpakaian preman dengan kendaraan beroda 2 pengejaran tersebut lokas...

GEREJA BUKAN TEMPAT TERPROVOKASI,GEREJA MENGAJARKAN PERDAMAIAN DUNIA

Artikel, Viktor Yeimo  Tetesan Air Mata Ibunda Kota Tua- Kota Jeruk 🍊 -Melangkah Tanpa Alas Kaki- Gereja jangan lupa memberi pesan Firman Tuhan tentang pembebasan, keadilan, dan perjuangan kepada umat Tuhan yang sedang terjajah itulah kerja yang benar demi umat di seluruh dunia kata Viktor Yeimo korban rasis satu ini dalam artikelnya. Kurangi khotbah yang menekankan pada ketabahan dan kepasrahan tanpa memberi dorongan untuk bertindak, karena itu akan membuat umat menjadi pasif dan apatis terhadap kondisi penindasan yang mereka alami. Firman Tuhan harus menginspirasi dan memotivasi umat untuk bangkit dan berjuang melawan penindasan. Gereja seringkali kurang mengakomodasi teologi pembebasan yang relevan dalam konteks umat yang terjajah. Teologi pembebasan menekankan pada pentingnya perjuangan melawan penindasan dan ketidakadilan sebagai bagian dari iman Kristen. Gereja perlu mengintegrasikan nilai-nilai ini dalam setiap khotbah dan pengajaran agar umat merasa didukung d...