Suku Moni/Migani dan Suku Mee Di Papua Tengah Adalah Saudara Kandung, Kebiasaan Adalah Sejarah, Sejarah Itulah Orang Asli Papua
Artikel.
Oleh. Yegema
Awal Mula Ibu Kota Provinsi Papua Tengah Kabupaten-kabupaten Mengayominya.
Tetesan Air Mata Ibunda Kota Jeruk 🍊 Melangkah Tanpa Alas Kaki-Masalah-masalah yang terjadi antar suku adalah wajar tapi harus tangani secara wajar dan benar demi kehutuhan Sebagai orang Asli Papua (OAP) itu tetap terjaga. Awal Mula Ibukota Provinsi Papua Tengah di Nabire ini adalah awalnya Kabupaten Paniai beribukota Nabire. Ilaga dan Mulia itu dua Distrik yang dibentuk Tahun 1960 dimasukan dalam Wilayah Onderafdeling Wisselmeren yang beribukota di Enarotali, saat itu Nabire termasuk dlm Afdeling Geelvink Baai di Biak.
Hanya ada dua Distrik di Nabire yaitu Distrik Napan Wainami dan Distrik Yaur.
Sebenarnya Distri Napan adalah Wainami tetapi menjaga kebersamaan dan persaudaraan Orang Asli Nabire dan sekitarnya Menamai Distrik Napan artinya "Nabire Paniai".
Tahun 1969 setelah PEPERA dibentuk Kabupaten Paniai yang masih secara Administrasi beribukota di Enarotali tapi secara politis demi kepentingan Pepera secara sepihak Mendagri saat itu Amir Machmud memindahkan Ibukota dari Enarotali ke Nabire Tahun 1966.
Namun semua perangkat personil pegawai secara resmi dipindahkan ke Nabire setelah setelah Andreas Soenarto menjadi Bupati Kab Paniai di Nabire Tahun 1972.
Nabire tidak pernah mekarkan Ilaga dan Mulia karena sudah ada pos Distrik sejak Pemerintah Belanda.
Tahun 1982 Bupati Sartheis Wanma membentuk Pembantu Bupati Wilayah 1 di Enarotali dan Wilayah 2 di Mulia.
Nama Kabupaten Paniai yang beribukota di Nabire dirubah menjadi Kabupaten Nabire Tahun 1996, setelah Puncak Jaya, Mimika dan Paniai dimekarkan menjadi Kabupaten sendiri.Termasuk kota madya Sorong saat itu.
Sekarang kita mau usir dua Wilayah itu ke Wamena tidak bisa dengan melihat terjadinya sejarah dalam pemerintahan maupun dalam adat. Hal-hal ini telah terjadi dalam sejarah maka Tidak ada orang yang kerasukan setan diantara kita.
MASALA WADIO PALANG MEMALANG JALAN DI IBUKOTA provinsi Papua tengah ANTARA SUKU MONI/MIGANI DAN SUKU MEE MERUPAKAN Masalah SEKANDUNG
Masalah wadio adalah masalah keluarga sekandung apa lagi itu masalah sepeleh yang menyebabkan kerusuhan. Suku Mee dan Suku Moni/Migani perlu dilakukan pengamatan pada pihak-pihak palang memalang jalan, Jangan sampai dipasang oleh pihak-pihak tertentu untuk meloloskan Blok Wabu dan PT-PT yang sedang rancangan dari pemilik saha.
Dalam kondisi yang menjelek bisa terbangun dan meloloskan Blok Wabu yang selama ini menolak, untuk melitah kebelakangangan sudah sejak lama di agendakan Oleh Pemilik saham, Oleh sebab itu kondisi kehutuhan Sebagai Orang Asli Papua harus jaga bersama demi masa depan anak cucu kita.
Siapa yang memalang jalan mulai dari hari ini segerah cari orang yang bersangkutan palang memalang di Wadio apakah oknum tertentu yang selalu difasilitasi atau tidak!.
Yang kemarin terjadi masalah dapat pukulan, kerusakan mobil harus tanggung jawab oleh keluarga Migani tapi pelaku harus di penjarakan sama-sama baik pihak Moni/ Migani dan juga Pihak Mee.
Pelaku Pemalang jalan harus cari sama sama dipenjarakan seumur hidup harus diperlukan, karna sebelumnya ada surat kesepakatan antara Kepala suku Mee dan Kepala suku MONI/Migani.
Keluarga sekandung Moni/Migani dan Mee harus mematuhi perintah dan larangan yang dibuat oleh kepala suku kita baik dari kepala suku Moni maupun kepala suku Mee.
Kita orang Mee dan Moni/Migani harus pake logika yang sehat dalam hidup ini karna situasi saat ini sulit untuk melitah program-program dari Negara. Ada banyak program juga dari pemerintah dan ada program yang bukan datang dari pemerintah untuk mengacaukan sistem kekerabatan yang lelah lama di bangun oleh tete moyang kita.
Hal-hal perlu melihat baik oleh seluruh masyarakat bersama pemerintah di Papua ini bukan Moni dan Mee saja tetapi dimengerti oleh 7 wilayah adat di PAPUA.
Bukan baku kejar dan mengejar karna spontannya membuat dampak yang lebih besar, ini harus jaga sebagai manusia papua. Harus jaga kehutuan adalah ko jaga identitas anda bukan jual belikan identitas kita kepada pihak-pihak tertentu.
DEMI MENJAGA KEUTUHAN
Demi menjaga keutuhan sebagai orang Asli Papua:
1. Orang pantai/suku Pantai Pernah kasi nama "Napan" artinya Nabire Paniai. Awalnya Napan adalah Wainami tetapi menjaga keutuhan sebagai Orang Asli Papua Moyang mereka dirubahnya Napan, Nabire Paniai.
2. Demi menjaga keutuhan dari suku Moni/Migani kita Orang Mee Pake "Aitama" dalam ajaran Keagamaan (Gereja).
3. Demi menjaga keutuhan Orang Mee pernah pergi ke Wamena dan di sekitarnya (Wilayah Lapago) Sebagai Guru Pengajar, dan Orang Mee pernah pergi Wamena untuk mencari bibit Babi, sebagai menjaga keutuhan sebagai Orang Asli Papua (OAP), hal itu di wariskan juga dari pimpinan pemerintah Provinsi Papua Lukas Enembe melalui pelantikan Bupati -Bupati Wilayah Meepago, Dengan kata " Anak Lantik Bapa " artinya Anak Siswa Melantik Guru karna sebagian besar Orang Mee di bagian Lapogo adalah Orang Mee yang Mengajar Pada waktu itu. Itu juga menjaga keutuhan sebagai orang Papua.
4. Orang Paniai lebih khususnya Wilayah Meepago orang tua kita Mencari Kekayaan Uang dalam bahasa Mee adalah (Mege ) Mereka pergi Mencari diBiak , Serui, Manokuari, Sampai Sorang. Demi menjaga keutuhan sebagai Orang Asli Papua (OAP).
Ini adalah beberapa fakta dari banyak fakta didalam kehidupan sehari-hari Orang Asli Papua. Fakta-fakta ini jangan hilangkan begitu saja dengan adanya kegiatan-kegiatan yang didesain dari sekelompok orang dari diluar bumi Cenderawasih.
Kata-kata dan perbuatan Orang tua kita adakah sejarah, Sejarah membuat kita tetap semangat persaudaraan dalam kehidupan sekeluarga dan sekandung di tanah cendrawasih.
STOP PERANG SUKU DI TANAH PAPUA KARNA:
1. Sampai sekarang masih terjadi perang suku di sejumlah daerah di Tanah Papua. Perang suku itu terjadi antar kelompok di internal suku tertentu maupun antar suku. Pada umumnya perang suku dipicu oleh masalah sengketa tanah adat, perempuan, kriminal, politik dan masalah lainnya. Karena perang suku ini terus terjadi hampir setiap tahun di sejumlah daerah di Tanah Papua, maka banyak orang menyebut ini sebagai “budaya Papua”.
2. Saya sampai sekarang konsisten menyebut “perang suku sebagai salah satu senjata pemusah massal di Tanah Papua.” Di tengah kekhawatiran orang asli Papua dan sejumpah pihak lain terkait semakin sedikitnya populasi orang asli Papua, justru orang asli Papua dari wilayah tertentu gemar berkontribusi ikut memusnahkan orang asli Papua melalui perang suku.
3. Selain orang asli Papua yang masih gemar melakukan perang suku, saya melihat adanya keterlibatan pihak lain atau pihak ketiga dalam setiap perang suku. Pihak ini sering berkontribusi ikut menciptakan perang suku dan/atau memelihara perang suku. Pihak ketiga ini mempunyai motif politik dan ekonomi yang besar di Tanah Papua. Anehnya, banyak orang asli Papua dan para pihak yang sering berperang tidak pernah menyadari tangan-tangan tersembunyi yang berbahaya ini.
4. Kalau ingin hidup aman dan damai, kalau ingin menyelamatkan orang asli Papua, maka tidak ada pilihan lain selain stop melakukan perang suku. Orang asli Papua harus sadar diri bahwa perang suku adalah salah satu senjata pemusnah massal di Tanah Papua, yang ikut berkontribusi memusnahkan orang asli Papua. Berhenti memproduksi masalah-masalah yang menciptakan perang suku. Kalau ada masalah, selesaikanlah dengan baik tanpa harus berperang.
5. Kepada pihak ketiga, tangan-tangan tersembunyi yang sering juga menciptakan dam memelihara perang suku demi kepentingan politik dan ekonomi agar sadar diri dan berhenti. Di atas kepentingan politik dan ekonomi, masih ada nilai kemanusiaan yang perlu dihargai, dihormati dan dihargai.
PERJUANGAN MASIH Jauh, "Wahai manusia lihat-Lah, dan terbanglah bagai burung cenderawasih, dan wajahmu jangan sembunyi dibalik kenyataan Yang Ada".
Aitanipa Madaii
Kota Jeruk 🍊 24.03.2024
🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Post. Admind
Komentar
Posting Komentar