Langsung ke konten utama

Kisah Cinta Antara Karl Marx Dan Jenny von Westphalen

Artikel. Marx
Tetesan Air Mata Ibunda Kota Tua- Kota Jeruk 🍊 -Melangkah Tanpa Alas Kaki- Keluarga Marx dan Jenny bertempat tinggal di dalam satu wilayah yang sama. Oleh karena itu, kedua keluarga itu, tentu saja, saling bertetangga. Tidak hanya bertetangga, antara ayah Marx, Herschel dan ayah Jenny, Ludwid von Westphalen bersahabat. Kedua sahabat itu, selain sering saling mengunjungi, mereka juga sering terlibat dalam diskusi tentang berbagi ilmu pengetahuan, sastra, dan seni. Dua keluarga dan sahabat itu, tinggal di suatu daerah yang bernama Trier, Rhineland, Jerman.

Sebelum Marx mengenal ilmu pengetahuan, filsafat, sastra, dan seni di lembaga pendidikan formal, dia telah mendapat pendidikan dari ayah kandungnya sendiri. Tidak hanya ayahnya, ayah Jenny juga sering membagikan pengetahuannya tentang ilmu pengetahuan, sastra, dan seni kepada Karl Marx. Seringkali Marx terlihat berjalan-jalan berdua bersama ayah Jenny di pinggiran hutan di dekat tempat tinggal mereka. Melalui kegiatan jalan-jalan itulah, Freiherr Ludwid von Westphalen[1] menyampaikan ajaran-ajaran seni dan sastra kepada Marx.

Antusiasme Marx terhadap sastra dan seni dibangkitkan oleh ayahnya dan tetangga sekaligus sahabat ayahnya. Marx dengan bersemangat menyerap ajaran-ajaran yang disampaikan oleh kedua gurunya itu. Penyerapan Marx terhadap ajaran-ajaran itu dengan baik membuat Ludwig von Westphalen menilai Marx sebagai anak yang berotak brilian, cerdas, dan cepat memahami apa pun yang sedang dipelajarinya. Berangkat dari penilaiannya itulah kemudian Ludwig banyak meminjamkan buku-bukunya kepada Marx, dan Marx pun dengan lahap dan rakus membaca buku-buku yang dipinjamnya itu.

Tidak hanya Marx yang mendapatkan pelajaran sastra dan seni dari Ludwig von Westphalen, tetapi juga anak perempuan kesayangannya sendiri, Jenny von Westphalen. Seperti Marx, Jenny pun, berkat ayahnya, memiliki antusiasme terhadap sastra dan seni.

Ludwid von Westphalen, selain memberikan berbagai pelajaran kepada Marx, dia juga memperkenalkan Marx kepada anak perempuan kesayangannya, Jenny von Westphalen. Marx terkesima terhadap kecantikan, kecerdasan, dan ketertarikan Jenny kepada ilmu pengetahuan, humanisme, sastra, dan seni. Perkenalan itu, pada akhirnya, menggiring Marx pada suasana romantis bertabur bunga-bunga cinta.

Pucuk dicinta ulam tiba, Jenny juga tertarik pada laki-laki yang cerdas yang memiliki gairah pada ilmu pengetahuan itu. Satu lagi yang membuat Jenny kagum terhadap Marx, Marx adalah sosok laki-laki yang rakus membaca buku dan memiliki pikiran yang kritis.
Pada usianya yang ke-17 Jenny von Westphalen dinobatkan sebagai Ratu Penari di Trier. Sebagai seorang penari, tentu saja, Jenny sering bertemu dengan penari-penari lainnya, baik penari perempuan maupun laki-laki. Pada suatu hari, Jenny bertemu dengan seorang tentara yang pandai berdansa. Tentara itu, bernama Karl von Pannewitz. Jenny begitu terkesan terhadap kepandaian tentara itu dalam berdansa. Begitu pula sebaliknya, tentara itu terkagum-kagum terhadap kecantikan Jenny. Oleh karena itu, tentara itu pun menyatakan cintanya kepada Jenny, bahkan dia bermaksud menjadikan Jenny sebagai istrinya. Namun, saat Jenny mengajak tentara itu mendiskusikan paragraf-paragraf yang ditulis oleh seorang sastrawan terkenal yang bernama Hamlet, tentara itu bingung, melonggo, dan tidak tahu-menahu apa yang dibicarakan oleh Jenny.

Dia bertanya pada Jenny, “Siapa itu, Hamlet?” Sejak saat itu, Jenny menolak cinta dan lamaran tentara itu dengan sopan. [2] Bisa jadi, pada saat itu, Jenny berpikiran untuk apa berdampingan hidup dengan orang yang “tidak memiliki otak”.

Semenjak Marx diperkenalkan dengan Jenny oleh Ludwig von Westphalen, Marx seringkali berkunjung dan bermain ke kediaman Jenny. Selain dia ingin bertemu dengan Ludwig, sosok guru yang dikaguminya, dia juga ingin bertemu dengan perempuan cantik yang menggetarkan hatinya. Melalui Ludwig, dia semakin mengembangkan minatnya terhadap sastra, seni, dan humanisme yang diinspirasi oleh revolusi Perancis, dan melalui Jenny dia membangun interaksi intelektual dan memupuk cinta romantis yang semakin hari semakin tumbuh tidak terkendali.

Cinta dan Puisi

Saat Marx belajar ilmu hukum kriminal di Universitas Bonn, Marx juga memperdalam kemampuannya dalam bersastra. Kemampuannya itu, selain dituangkannya ke dalam bentuk tulisan, juga dia tuangkan dalam bentuk surat cinta yang dikirimkannya kepada kekasihnya, Jenny. Dalam sebuah surat yang ditulis untuk ayahnya, di tahun 1837, saat Marx berumur 19 tahun, Marx berkata, “… tiga jilid pertama puisi yang aku tulis aku kirimkan untuk Jenny …”[3]

Berikut ini, penulis tunjukkan salah satu puisi yang ditulis oleh Karl Marx untuk kekasih hatinya, Jenny von Westphalen, pada usia Marx yang masih belia tersebut.

UNTUK JENNY
Kata-kata—dusta, bayangan hampa, tidak lebih
Sesakkan hidup dari setiap sudut!
Padamu, letih, dan kematian, haruskah kutuangkan?
Jiwa yang padaku bergelora?
Namun Dewa-Dewi bumi pemcemburu
Mengintai api manusia dengan mesra

Dan selamanya manusia melarat
Menemani cahaya hatinya dalam sunyi
Karena, gelora yang menyentak nyalang

Dalam helaian jiwa cemerlang
Akan mendekap duniamu
Akan meruntuhkan tarian purba
Dunia mekar lalu bersemi dan mati

Pada tahun 1837, untuk membuktikan cinta dan keseriusannya kepada Jenny, dia menemui Ludwig von Westphalen. Dalam pertemuan itu, Marx meminta izin untuk menjadikan Jenny sebagai tunangannya. Permintaan itu, disambut dengan baik oleh Ludwig. Dengan kata lain, izin itu diperoleh Marx dengan mudah, tanpa halangan dari ayah calon mertuanya. Halangan hanya datang dari keluarga Jenny yang masih berpikiran konservatif dan feodal, yang menilai keluarga Marx hanya dari sudut pandang status sosialnya, mereka menilai keluarga Marx tidak sederajat dengan keluarga mereka, keluarga bangsawan Ludwig von Westphalen. Namun, halangan itu, hanyalah krikil kecil yang dengan segera disingkirkan oleh Karl Marx dan Jenny von Westphalen dengan hanya satu jentikan kecil jari manis sebelah kiri.

[1] Isaiah Berlin, “Biografi Karl Marx”, Jejak, Yogyakarta, 2000. Halaman 31. [2] Lihat: Sigit Susanto, “Menyusuri Lorong-Lorong Dunia: Kumpulan Catatan Perjalanan”, Insist Press, Yogyakarta, 2012. Dalam “Makam Marx di London”, Halaman 323—337. [3] Surat Marx Kepada Ayahnya (1837) dalam Martin Suryajaya, “Teks-Teks Kunci Filsafat Marx”, Resist Book, Yogyakarta, 2016. Halaman: 10.
[3] Surat Marx Kepada Ayahnya (1837) dalam Martin Suryajaya, “Teks-Teks Kunci Filsafat Marx”, Resist Book, Yogyakarta, 2016. Halaman: 10.

loron 27 Desember 2019 
Hakerek husi Ismantoro Dwi Yuwono.

Post. Admind 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menteri Investasi Indonesia Bahlil Lahadalia, Orang Sulawesi yang Mengklaim Diri Sebagai “Anak Papua”

Sebuah Mesin Perampasan yang Bekerja atas Nama Negara, Investasi, dan Kepentingan Global.  Oleh : Victor F. Yeimo  Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua Holandia-Melangkah Tanpa Alas Kaki - Bahlil   Lahadalia, orang Sulawesi yang mengklaim diri sebagai “anak Papua” memainkan peran yang secara teoritis dapat kita sebut sebagi agen apropriatif kolonial, atau individu yang melakukan klaim identitas demi legitimasi proyek hegemonik pusat atas wilayah pinggiran.  Bahlil Lahadalia, Sebagai Menteri Investasi, ia menjelma menjadi agen ideologis dan teknokratis kapitalisme kolonial. Proyek Strategis Nasional (PSN) di Papua adalah mega-infrastruktur of dispossession, yaitu infrastruktur raksasa yang berfungsi sebagai mekanisme primitive accumulation dalam versi abad ke-21. PSN adalah wajah mutakhir dari kapitalisme kolonial, sebuah mesin perampasan yang bekerja atas nama negara, investasi, dan kepentingan global.  Di Merauke, negara merampas...

Fakta hari ini TPNPB/OPM adalah bukan masyarakat yang kami tinggl bersama-sama dengan masyarakat di intanjaya Dan Militer Indonesia pun Demikian Sama Dari mana mereka Datang?.

Enam Orang Asli Papua yang merupakan warga civil yang telah di tembak Militer Indonesia🇮🇩 pada 14 Mei 2025 di Kabupaten Intan jaya Laporan resmi Seby Sambom dari markas pusat TPNPB OPM. Korban tewas dan korban luka-luka telah berhasil di evakuasi oleh Tim Pemerintah Dan Masyarakat, pertempuran ini masyarakat lain masih dalam pencarian apakah mereka masih hidup atau tertembak oleh Militer Indonesia.  Militer Indonesia telah lakukan kesalahan besar yang mana telah menyerang warga civil  dan membunuh  dan menyerang dengan tidak hormat tanpa memikirkan rasa kemanusiaan.  Menyerang pembrutalan militer Indonesia terhadap Masyarakat intanjaya ketika masayarakat berada di rumah, kebun, dan di pasar termasuk menyerang di gereja-gereja, pelanggaran ini merupakan pelanggaran HAM berat dan melanggar hukum Nasional dan internasional.  Masyarakat internasional dan lembag terkait harus bersuara terkait insiden penembakan terjadi ini di Intan jaya papu...

BAKAT DAN TALENTA ANAK-ANAK PAPUA, BUTUH PERHATIAN KHUSUS DARI PEMERINTAH.

BAKAT DAN TALENTA ANAK-ANAK PAPUA, BUTUH PERHATIAN KHUSUS DARI PEMERINTAH. Artikel. Sian Madai Konsep Dari Seorang Pemimpin Daerah Adalah Dasar untuk Menentukan Masadepan yang Lebih Cerah.  Keahlian/ Hobi, dan Kreatif/Karier yang di miliki oleh Orang Asli Papua (OAP) merupakan membuka ruang dan membuka lapangan kerja untuk membantu pemerintah setempat, sebagaian juga sebagai bentuk nyata membangun dan mempersempit pengangguran di Papua. Sekali lagi, Melalui bakat/ Karier yang telah dimilikinya merupakan menciptakan lapangan pekerjaan baru sebagai membantu pemerintah Daerah untuk itu, pemerintah perlu diperhatikan dan diolah dengan baik.  Dimana pemerintah pusat diberikan Otonomi khusus seluasnya di Papua bertujuan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia papua namun, Dana otonomi khusus Papua hilang jejak adalah cara tidak betul yang dilakukan, Dana otonomi khusus tersebut  harus digunakan dengan baik dan harus diperioritaskan Anak-anak Papua dalam ...