Artikel. Agudtina Irian Jaya (sekarang menjadi Papua) dengan ibukotanya Jayapura sampai sekarang terkenal sebagai daerah perantauan bagi siap saja yang berminat, mau bekerja keras, mempunyai bekal dan ketrampilan. Ternyata dengan usaha dan karya apapun, apalagi bagi mereka yang kreatif dengan mudah tersalurkan dalam meningkatkan usahanya. Hingga kini di provinsi Papua tidak ada yang namanya “pengemis atau gelandangan” karena disana semua orang bekerja, dan belum pernah terdengar ada kelaparan di Provinsi paling Timur Indonesia ini. Salah satu contoh sukses perantau di Papua bernama Loso. Pak Loso ini di tahun 1980 usianya 35 tahun. Ia bersama 2 orang kawannya asal Kabupaten Sukoharjo, Solo meninggalkan kampungnya di tahun 1970, bertekad ke kota Jayapura dengan kapal laut untuk mengadu nasib. Mereka hanya membawa bekal sekedar uang dan seperangkat peralatan sol sepatu, seperti pisau pemotong kulit atau karet, besi landasan sepatu, alat pemukul, jarum kulit dan beberapa pe
Apa gunanya pintar jika tidak bermoral, beretika dan berakhlak? MEMBANGUN PERUBAHAN MULAI DARI SEKOLAH JADILAH SEKOLAH YANG MAU MEMULAI PERUBAHAN. (mohon baca dan pahami dulu tulisannya sampai selesai baru berkomentar, agar komentarnya bisa lebih berbobot, mendidik dan mencerahkan) Sahabatku, HAMPIR SEMUA ORANG BERKATA BAHWA PENANAMAN AKHLAK ITU DIHARAPKAN DI LAKUKAN OLEH ORANG TUA DIRUMAH. Namun saya malah berpikir sebaliknya; Harusnya perubahan dan pendidikan akhlak, moral dan budi pekerti itu di mulai dari dan oleh SEKOLAH, Karena sekolah sebagai lembaga PENDIDIKAN DAN BUKAN LEMBAGA KURSUS YANG HANYA MENGAJAR. Mungkin ada yang tidak setuju atau malah BANYAK SEKALI YANG MENENTANG IDE INI DAN MEMILIH UNTUK TERUS BERPOLEMIK DAN BERTAHAN PADA PEMIKIRAN "TANGGUNG JAWAB BERSAMA", Steven Covey dalam bukunya bilang, jika kita berkata ini TANGGUNG JAWAB BERSAMA, maka itu artinya TIDAK ADA YANG MAU BERTANGGUNG JAWAB dan hanya akan ada saling menyalahkan. Tapi jika kita