JUDUL : GAJAH MADA
GENDRE : FANTASI / SEJARAH
"Mohon maaf, apakah anda tadi minta makanan?"
Lelaki itu mengangguk sembari melepas senyumnya.
"Saya, ada sedikit makanan. Jika bapak sudi. Saya akan memasakkan untuk bapak."
"Benarkah?"
"Iya!"
Lelaki misterius itu membalikkan badannya kemudian berjalan bersisian di sebelah Galin.
"Bapak dari mana? Malam-malam begini?"
"Saya, dari Trowulan," jawabnya.
Mendengar jawaban Trowulan, tentu saja membuat kening Galin berkerut. Mungkin yang dikatakan Trowulan adalah kecamatan Trowulan yang berada di Kabupaten Mojokerto. Lokasinya berada di Pulau Jawa.
Mereka berdua telah sampai di rumah. Galin lalu mempersilakan lelaki itu duduk. Pintu depan masih terbuka. Malam itu suasana sunyi dan senyap. Bahkan suara lalu lalang sepeda motorpun kosong padahal rumahnya berada di tepi jalan.
Saya hanya memiliki mie dan nasi serta telur saja!" ucap Galin.
"Tidak apa asal saya diberi makan."
Safa dan Marwa malam itu langsung pergi ke dapur. Mereka menghidupkan kompor gas, membuatkan air teh serta memberikan beberapa cemilan kecil untuk menyambut tamu misterius mereka di tengah malam.
"Siapa nama Bapak?" tanya Galin. Jika melihat postur tubuhnya tinggi besar dan gempal. Rahang mukanya tinggi, bibirnya terlihat sedikit tebal. Sorot mata lebar dan tajam. Rambutnya panjang mungkin sebahu atau lebih. Lelaki itu mengikat rambutnya dalam bentuk pentolan menggulung di atas kepala. Warna kulitnya kecoklatan dengan nada bicara tinggi dan berwibawa.
"Nama saya Gajah Mada. Saya dari Kota Negeri Agung Kemaharajaan Majapahit," jawabnya santai sembari meminum air teh yang diberikan oleh Marwa.
Galin tersenyum dalam hatinya berkata jika lelaki itu memiliki sedikit gangguan jiwa.
"Saya tidak gila, seperti apa yang adik pikirkan," ucap lelaki itu tadi.
Apa yang dikatakan lelaki itu tentu saja membuat Galin meneguk air liurnya sendiri. Ia lalu memandangi wajah lelaki di hadapannya.
Galin lalu berkata kembali dalam hatinya," Jika bukan gila kenapa mengaku sebagai Gajah Mada, lalu mengarang cerita jika berasal dari kota Kuno Trowulan.
"Sepertinya, saya kurang diterima di rumah ini!" jawab lelaki yang mengaku dirinya Gajah mada. Ia bangkit dari duduknya dan bersiap keluar dari rumah Galin.
"Bapak mau ke mana?" tanya Galin." Lelaki itu menatap mata Galin dalam. Wajah tegasnya begitu nampak kuat saat menatap mata Galin.
"Saya sudah mengelilingi dunia ini selama hampir 600 tahun. Tapi tidak satu pun yang percaya jika saya adalah Gajah Mada."
Galin tidak berusaha menghalaunya. Lelaki itu berdiri di ambang pintu. Tapi di waktu bersamaan Safa datang membawakan sepiring nasi telur dan mie yang sudah digoreng.
"Sebaiknya, Bapak makan dahulu sebelum pergi. Kasihan adik saya bangun tidur tengah malam dan memasak untuk bapak," ucap Galin.
Lelaki yang mengaku lapar itu melihat ke arah Safa yang membawa baki.
"Ya, saya mau makan!" Lelaki itu berbalik dan duduk kembali. Ia menaruh tongkatnya di depan pintu dan menyambut makanan yang sudah disiapkan di atas meja ruang makan.
Malam itu di langit cahaya kilat menyambar-nyambar. Sesekali awan hitam yang menggantung di udara terlihat. Angin kencang bergemuruh bersamaan petir yang menggelegar menandakan sebentar lagi hari akan hujan deras.
Sembari menerima santapan makan, lelaki yang mengakui dirinya Gajah mada itu menarik keris dengan balutan emas dan permata itu persis di depan dahinya. Dengan seketika suara petir berhenti.
Galin memperhatikan keris yang disimpan di atas meja. Warnanya kuning emas menyala. Permatanya nampak mahal berhiaskan berlian kecil dalam jumlah yang cukup banyak. Galin menarik nafasnya. Dia dapat merasakan jika bau dari keris itu berasal dari bau emas murni.
Dalam hatinya Galin bertanya-tanya. Pakaian yang dikenakan dan beberapa antribut di tubuh lelaki itu. Berkalung dan bergelang dari emas. Bahkan kain yang digunakan untuk menutup pundak dan tubuhnya juga bukan kain biasa, melainkan kain sutra berkualitas bagus berwarna biru cerah menyala. Apalagi aksesoris keris yang memahkotai gagang senjatanya menandakan jika orang itu bukanlah orang gila melainkan sesorang yang istimewa yang datang entah dari mana.
Sepiring nasi hangat beserta mie dan telur disajikan oada lelaki itu. Saat makan ia nampak bersemngat. Tidak terdengar sedikitpun suara dari mulutnya. Bahkan cara duduk lelaki itu juga tegak.
Usai selesai makan, Galin lalu memberanikan diri bertanya perihal asal usul lelaki itu.
"Anda katakan tadi bahwa anda berasal dari Trowulan?" bukankah jarak Trowulan ke Semarang itu sangat jauh? Apakah anda datang dengan berjalan kaki? Atau menaiki semacam alat transport, pkereta atau mobil?"
Lalaki yang menamakan dirinya Gajah Mada menggeleng. Ia mengatakan pada Galin jika ia berjalan kaki.
"Tadi anda mengatakan jika diri anda adalah Gajah Mada. Apakah nama anda memang Gajah Mada?"
"Nama saya Jirnnnodhara." mendengar nama Jirnnnodhara, membuat Galin terkejut. Tidak akan ada yang tahu nama itu selain seorang arkeolog khusus seperti ibunya. Dahulu ibunya dalah seorang pleantologi ternama yang meneliti banyak sekaki situs Kerajaan Majapahit. Di tangan ibunyalah banyak sekali rahasia Majapahit yang terungkap. Meskipun begitu tidak semua rahasia perlu di sebarluaskan. Hanya beberapa informasi umum saja, namun untuk informasi rahasia biasanya akan menjadi rahasia sesama tim ahli pleontologi saja. Bahkan negara kadang sengaja tidak diberi tahu, tujuannya tidak lain demi melindungi situs itu sendiri. Dalam sebuah pesan, ibunya juga menyimpan beberapa senjata pusaka Jawa langka disimpan di sebuah tempat demi melindunginya. Ibunya menyimpan dalam sebuah lokasi khusus agar tidak diketahui oleh siapapun. Bahkan anak-anaknyapun tidak diberitahu. Sejak kematian ibunya 5 tahun yang lalu Galin mendapatkan pesan bahwa akan ada Jirnnodhara mencarinya. Lelaki itu akan datang untuk mengambil sesuatu yang menjadi miliknya.
Galin mengingat pesan itu, hanya saja kala itu ia tidaklah terlalu paham apa yang dimaksud ibunya. Setelah bertahun-tahun kemudian ia baru sadar jika Jirnnodhara itu adalah nama lain Gajah Mada.
"Jika anda Gajah Mada, kenapa anda masih terlihat muda? Bukankah seharusnya usia anda sudah mendekati 700 tahun?" tanya Galin.
Usai meneguk minumannya, lelaki itu memandang pada wajah Galin lalu berucap sebuah sabda,
"Tapa Madakaripura lah yang membuat saya abadi! Saya lelah, ingin mati. Akan tetapi kutukan yang dinubuatkan oleh pendekar-pendekar masa lalu membuat saya tidak bisa mati! Padahal saya sudah tidak sanggup hidup dalam kekekalan dunia ini. Saya sudah terlalu banyak melihat kesakitan dan kematian sejak Amukti Palapa saya sabdakan."
------------------------------------------------------------------------
CERITA INI BISA DIBELI PDFNYA VIA WA 085654123970 ATAU BISA DIBACA DI SINI
GAJAH MADA - Fatiha
GAJAH MADA
Apa yang membuat Gajah Mada tidak bisa mati, walaupun ia sangat menginginkan kematiannya...
Baca selengkapnya di aplikasi KBM App. Klik link di bawah:
https://read.kbm.id/book/detail/cbf07a7a-2937-4b75-8387-fefa72b05c35
Post. Admind
Tidak ada komentar:
Posting Komentar