Tetesan Air Mata Ibunda, kota jeruk, Melangkah Tanpa Alas Kaki, aku manusia biasa yang bisa lakukan apa adanya sesuai kerja sebagai manusia.
Jejak-jejak langkah menapaki seperti lentera kecil diantara remang
Dapatkah menyinari hariku waktu melewati jalan gelap berliku?
Saat berusaha menata jalan kehidupan yang penuh bahagia?
Ketika ingin menggapai mimpi yang membuaikan?
Dapatkah? Dapatkah?
Mengapa keraguan itu begitu besar
Jiwa inikah yang goncang dan sudah henti berjuang?
Tapak ini mungkin letih berjalan di terjal dan berkerikil
Beban hidup menghimpit dada membuat jiwa Letih
Terperosok ke jurang tanggis merebak dada bergemuruh
Ingin berteriak,cukup uji jiwa dalam kekelaman bukit
Ini raga manusia meronta bila bisa hujamkan belati akhiri segenap rasa membeku ini
Namun diri tersadar saat kaki mari rasa
Tak dapat beranjak ke tempat lain
Aku tertampar pada sebuah kata lemah
Seperti bangun dari mimpi buruk
Ku cari sebuah keyakinan
Berjuang kembali tentang kehidupan
Semangatlah wahai aku dan kamu
Kehidupan ini mempunyai arti
Tolong buang untuk terus hidup dalam sesali
Bila kau dapat kokoh hidup tak akan sia-sia
Mari kibarkan panji kemenangan
dan berkata mereka bisa....aku dan kamu pasti mampu dan bisa
Syair. Admin
Komentar
Posting Komentar