Senin, 26 September 2022

ANDANYA, AKU DULUAN MENIKAH, PASTI AKU JADI TEBING

Oleh: Madai Gemuruh

Pisou Kris telah lewat Waktu, aku tak sanggup menendang  Ruang pujian tak sanggup berbicara, karna aku Tebing. Bunyi loncen berlalu termakan waktu, Pramuria menendang selulin karet, semua buatan Manusia, Humanis tak hargai dan Nilai-Nya terpudar, karna aku suda jadi tebing.

Subuh sudah usang dikumandang, Ayam-ayam berdendang, Menanda pagi sudah menjelang, Tatkala matahari terbit menuju terang, Apakah ada Waktu...?, Karna aku tebing.

Semua kuukir dalam cinta menjadi terang, Pada gadis menepi di tepi hati, karna aku sudah tebing. 

Memendam di hari-hari berputar, Hingga malam menjadi tempat untuk membayang.Pada cinta yang menjulang tinggi, tebing tidak pernah kita memanjat, Hanya ada Kerinduan pelepasan.

Bukan selayaknya aku menatap
Dibeberapa tubuhmu yang sedap, Namun mata tak bisa berpaling, karna aku suda tebing. Ketika keindahan menjadi penting, karna tebing memeleh kita.

Pabila semua menjadi sempurna, Memberikan kasih sayang yang tiada tara, Akan kubawa keliling dunia, biar tebing memeleh kita. Tanpa ada orang ketiga di antara kita, biar tebing, Namun, semua menjadi angan-angan semata, Karena kamu lebih dulu menikah.

Kini aku melantunkan syair-syair cinta, Dalam irama sendu dan tatapan layu, karna tebing menjulang, Atau aku lebih memilih merahasiakan cinta, Ketimbang tertolak pertama.

Aku belum pasti tau, buatan siapa masuk pada jurang, Aku pun pasti tauh, Hati tak akan mematakannya, Obat hanya satu, Mari satukan.

Post. Atmind.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOMITMEN BUPATI TOLIKARA, TIDAK BOLEH ADA NYAWA YANG HILANG SIA SIA KARENA DITOLAK OLEH LAYANAN RUMAH SAKIT

Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua- Tolikara -Melangka Tanpa Alas Kaki-    Tanah Injil Tolikara - Beberapa waktu lalu, Tanah Papua...