Oleh: Devy Ransun
Tetesan Air Mata Ibunda, Melangkah Tanpa Alas Kaki, Foto dibawah ini adalah foto salah satu gereja di Hollandia (Jayapura) pada masa Belanda.
Foto yang menampilkan gereja ini sebenarnya adalah foto di kartu pos jaman itu yang saya peroleh dalam buku "Kartu Pos Zending" karya Dr. Tri Widiarto Soemardjan dan Christopher Tampenawas.
Kartu pos bergambar gereja di Hollandia (Kerkje de Hollandia) dibawah ini menggunakan metode percetakan Letterpress Halftone, yaitu kartu pos yang berciri-khas memiliki permukaan bertitik.
Doktor Tri Widiarto Soemardjan adalah teman saya yang menjabat sebagai Lektor Kepala Sejarah Gereja di Universitas Kristen Satya Watjana Salatiga. Sedangkan Christopher Tampenawas adalah asisten dosen Dr. Tri Widiarto Soemardjan.
Buku "Kartu Pos Zending" merupakan pictorial book yang membahas sejarah zending di Indonesia dengan menggunakan alat bantu berupa kartu pos dari jaman itu sebagai media penyampai pesannya. Kartu-kartu pos dalam buku ini merupakan koleksi pribadi dari Alexander Tampenawas.
Zending merupakan salah-satu tema penting dalam perjalanan kartu pos di masa Hindia Belanda sehingga hal ini wajar dibahas namun tetap menarik.
Kegiatan kelompok zending di Hindia Belanda memiliki banyak fungsi dan tugas selain mengabarkan injil, salah-satunya adalah fungsi sosial yang terutama sekali dibidang pendidikan dan kesehatan.
Dalam kontrak antara pemerintah Kerajaan Belanda dengan VOC (kelompok dagang Belanda) tidak ada pasal kegiatan penginjilan.
Tetapi, pada tahun 1623 VOC diharuskan menyebarkan kekristenan (aliran Calvinis) terutama sekali pada kalangan pribumi penganut Katolik dengan harapan pengkonversian agama ini akan memindahkan loyalitas mereka dari Portugis kepada Belanda.
Lama kemudian, kelompok zending pertama didirikan di Utrecht pada tahun 1859, yaitu Utrechtsche Zendingsvereeniging yang disingkat UZV. Dari kelompok inilah Ottow dan Geisler berasal.
Ottow dan Geisler kemudian menuju ke Maluku Utara dan meminta ijin pada Sultan Tidore untuk mengabarkan injil ke Papua sebab saat itu Papua merupakan teritorial Kesultanan Tidore, demikianlah menurut catatan zending dan catatan pemerintah Hindia-Belanda.
Sultanpun mengijinkan dan berangkatlah kedua penginjil ini ke Papua dan tiba di Mansinam, kemudian mereka mendirikan gereja pertama di Papua yang diberi nama Kerk der Hoop, atau Gereja Harapan.
Persebaran kegiatan missionari kemudian menuju ke wilayah timur Papua, ke Biak (1908-1909) dan Serui/Pulau Yapen (1908) namun pos penginjilan baru dibangun pada 1924.
Kemudian, penginjilan digerakan ke wilayah barat Papua pada tahun 1911, dan tiba di wilayah Kepala Burung (Vogel Kop) dan Raja Ampat ada tahun 1913.
Wilayah timur Papua kembali diusahakan sehingga zending dapat tiba di Wakde (1922), Sarmi dan Genyem (1924) kemudian merata di wilayah Jayapura, ditempat dimana gereja ini didirikan.
Kiranya tulisan ini dan buku "Kartu Pos Zending" bisa bermanfaat untuk studi atau perkembangan informasi sejarah Pekabaran Injil di Tanah Papua.
_______________________________
Sumber foto dan referensi:
"Kartu Pos Zending"; Tri Widiarto Soemardjan, Chistopher Tampenawas; Widya Sari Press, Salatiga, cetakan pertama, 2021.
Post. Admind

Tidak ada komentar:
Posting Komentar