Oleh: Mahesa Jenar
Sebuah cinta hanyut pada airmatanya sendiri; sesat ia pada malam, karena terang yang enggan menghampiri.
Susah payah ia mengepakkan luka-lukanya. Pada akhirnya toh letih juga menghampiri—binasa dalam mimpinya sendiri, sekadar jadi debu perabuan sunyi.
"Rabalah dadaku, riwayat demi riwayat, hakekat demi hakekat, terbanglah di dalamnya, sebagai denyut yang terus memberi, hidup yang menghidupi, meski pada akhirnya berlepas dan tiada kembali lagi," demikian ia menitipkan sedikit nasihat sebelum benar-benar mati.
Post. Admind
Tidak ada komentar:
Posting Komentar