Oleh. Mahesa Jenar
membuka lembar demi lembarnya dengan seksama
terkadang, kulihat wajahnya berubah sedikit memerah
rupanya ia malu rahasianya terbaca
padahal, aku yang lebih tersipu malu
karena banyak yang tak kutahu
Setiap diksinya seperti kaca ukir
dikombinasikan kristal kualitas premium
terkadang aku menjadi setengah buta
dengan bulu mata berjatuhan di lembar bukunya
luruh karena iris dan pupilku mengerjap terlalu cepat
Aku pun sekadar memejam mata
memberi waktu padanya untuk rehat sejenak
perlahan kubuka bukunya lagi, membacanya kembali
ajaib, setiap hurufnya beterbangan ke mataku
menjadi tetesan obat mata yang sejuk
membantuku berjalan melewati pusaran makna
meliuk-liuk di antara metafora yang terjal dan menyesatkan
Post. Admind
Tidak ada komentar:
Posting Komentar