Rabu, 01 Februari 2023

KAYU KEPADA API

R. Wonda
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu,
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.

Kesepian membuat orang menggantungkan harapan pada pepohonan untuk mendapatkan tumbal kesuburan dari akarnya yang hidup dalam tanah.

Jiwa yang Sunyi dalam genggaman tangis panjang itu tidak sengaja menemukan mimpi yang memberi energi dan membawanya keluar dari ruang kesunyian itu.

Matahari pagi selalu setia menjadi teman saat kita beraktivitas selama 18 jam, dan kami juga rindu pada malam yang diterangi oleh indahnya sinar rembulan.

Kami selalu berusaha melawan rasa Rindu walau kadang gagal, namun Dunia menjadi saksi dalam cerita kita hingga detik ini. Tapi kali ini dunia juga tidak dapat berbohong dari raut mata itu.

Kata-kata tidak sama seperti apa telah terlihat dalam mata yang masih menyimpan sejuta tangisan Panjang itu. Jiwa yang membisu masih terus melakukan kebohongan untuk menyembunyikan tangisan itu.

Hanya ada dua pilihan, apakah kita harus merawat bunga yang ada saat ini untuk tumbuh subur diesok hari dan seterusnya atau kau kembali kebelakang untuk Perbaiki lalu merawatnya lagi?

Jawaban itu hanya ada pada dia dan hanya dia yang berHak menentukan nasibnya sendiri. 

Ada Beberapa orang bilang jawaban itu akan datang dalam 49 detik lagi. Lalu Segala makluk hidup berbondong-bondong menunggu bunyi kedok waktu yang sedang mundur dan tiba-tiba ada suara merdu yang berkata "hallo Kawan hallo Kawan woe bangun dulu mie yang ko Taru tu su masak ini ko bangun Bru makan lgi"
Upss kira benar ternyata......Aaaaahahaa........

Pada akhirnya kita sama-sama tau bahwa cerita ini hanyalah mimpi yang berusaha keras untuk Bangkit dari ilusi.

Post. Admind

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kolonialisme Pemukiman Penindasan Harga Diri Pemilik Tanah

𝐊𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢𝐚𝐥𝐢𝐬𝐦𝐞 𝐏𝐞𝐦𝐮𝐤𝐢𝐦 (𝐒𝐞𝐭𝐭𝐥𝐞𝐫 𝐂𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢𝐚𝐥𝐢𝐬𝐦) Artikel, Yegema  Konsep kolonialisme pemukim dap...