Rintik Pekat
Dalam satu waktu, aku hanya ingin sendiri. Menarik nafas dalam-dalam, berharap kalut di hati lekas menghilang. Memapah sisa percaya pada semesta, pada abu-abunya kehidupan.
Tanpa alas kaki, aku berlarian di antara padang ilalang; kehujanan membuatku terburu-buru menerjang apa-apa yang menghadang. Tak ada satu pun tempat berteduh atas segala kesedihan, tidak ada satu pun kehangatan yang menenangkan.
Aku berkali-kali terjatuh hingga akhirnya terkapar, pandanganku tertuju pada langit sendu yang bisu. Semesta, jika memang ketenanganku belum menemukan persandaran—tegarkanlah pundakku atas kesendirian yang menyekik ini. Cukupkanlah untukku atas harapan-harapan yang melukai, atau rasa kecewa yang acap kali menghantui.
Post. Admind
Tidak ada komentar:
Posting Komentar