Part I
Tetesan air Mata Ibunda- Kota Tua Holandia- Melangkah Tanpa Alas Kaki _ Smelter dari Gresik ke West Papua; Jepang Pegang Kendali....?
Waktu itu, agenda Otsus Plus Papua gagal, karena ada pasal krusial yaitu pasal Ancaman Berupa Referendum. Menurut, Jakarta Agenda Otsus Plus tidak masuk dalam Prolegnas karena tidak prosedural.
Lantas, setelah gagalnya Otsus Plus, Bapak LE kemudian memperjuangkan Smelter di West Papua. Waktu itu, Bapak LE sempat mengandeng China ENFI, namun gagal. Tidak diketahui secara pasti, mengapa gagal.
Upaya Bapak LE, setelah gagal dan atau digagalkan, kemudian dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia (2015). Memang, awal untuk pembangunan Smelter, Indonesia pada tahun 2013 sudah sempat hendak mengandeng India Grand Sand. Namun entah mengapa, itu tidak dilanjutkan.
Barangkali, upaya itu gagal karena pergantian tampuk 01 RI dari SBY kepada Jokowi. Lantas kemudian, Indonesia berbelok kemudi ke China.
Di rentang tahun 2013-2017, satu hal memang sempat dilupakan yaitu Terbongkarnya Kasus "Papa Minta Saham". Mungkin ini juga ada hubungannya dengan PHK 8.300 Karyawan. Di mana waktu itu (2016), PT. Freeport mengancam akan melaporkan kasus tersebut ke Mahkamah Arbitrase Internasional.
Barangkali, ini juga menjadi ancaman tersendiri terhadap Indonesia dan PT. FI sendiri. Sebab, PT. FI diketahui telah menambang Uranium sejak 1996 (melalui PT. Rio Tinto), yang mana pada tahun 2009 informasi tersebut "Bocor" di kalangan petinggi (Freeport, Pejabat NKRI di West Papua dan NKRI di Jakarta). Di sinilah, kita dapat berasumsi tentang 2 hal, yaitu:
1. Divestasi saham PT. FI milik PT. Rio Tinto dialihkan ke PT. Inalum
2. Pembangunan Smelter di Gresik, Jawa Timur
........,.....
Bersambung
RB. UNIKAB
Post. Admind
Tidak ada komentar:
Posting Komentar