Buron Sunyiku
Tetesan Air Mata Ibunda- Kota Tua Kota sejarah Holandia_ Melangkah Tanpa Alas Kaki_Kita tidak sedang berjuang kemerdekaan karena benci pendatang, yang memiliki ras berbeda; bukan hitam versus putih, atau keriting versus rambut lurus. Itu rasis.
Yang benar, kami berjuang untuk pembebasan manusia dan tanah air kami dari bangsa lain yang merasa superior secara rasial, sehingga (dengan nafsu politik ekonominya) membuat kami terdiskriminasi, minoritas menuju genosida, ekosida, dan ethnosida.
Maka, membebasan orang Papua (dengan entitas politik kebangsaannya sendiri) adalah kewajiban setiap orang di muka bumi, yang menyadari bahwa bangsa Papua juga memiliki hak yang sama untuk menentukan nasibnya sendiri.
Sebab, kemerdekaan Papua itu milik setiap orang (baik pendatang maupun orang Papua) yang cinta pada kemanusiaan, keadilan, kedamaian, kesetaraan, dan demokrasi sepenuhnya). Itu juga adalah cita-cita utama dari Pembukaan UUD 1945.
Ada banyak orang pendatang yang mencintai orang dan tanah Papua, lebih dari orang Papua itu sendiri. Begitu pula, ada banyak orang Papua yang menindas bangsanya, lebih dari orang pendatang. Maka, biarlah perjuangan ini menjadi perjuangan bersama dari setiap orang yang mencintai kemerdekaan dan menolak penindasan diatas tanah Papua.
Bumi adalah rumah kita bersama, untuk dihidupi bersama, dengan menghargai perbedaan tanpa saling menjajah dan menindas.
Post. Admind
Tidak ada komentar:
Posting Komentar