Diri pasca trauma yang terintegrasi bersifat transenden dan mengaktualisasikan diri, menunjukkan kreativitas individu dan aliran sinkron dalam kehidupan sehari-hari.
- John P. Wilson, Trauma dan Epigenesis Identitas. Dalam The Posttraumatic Self: Mengembalikan Makna dan Keutuhan ke Kepribadian (Routledge 2006), hal. 92.
Kuncinya adalah membawa diri Anda kembali ke masa kini dengan kata-kata lembut, "Sekarang saya sadar bahwa …" saat Anda terus mengikuti pengalaman internal Anda di sini dan saat ini.
Kecenderungannya adalah untuk tertarik pada revivifikasi, terutama ketika materi traumatis terlibat. Ternyata, bagaimanapun, kunci untuk memproses materi traumatis dengan sukses adalah dengan menumbuhkan kemampuan untuk memiliki kesadaran ganda dengan penekanan pada sensasi, perasaan, gambaran, dan pikiran yang sedang berlangsung di sini dan saat ini.
Saat ini dilakukan, elemen sensorik yang terfragmentasi, yang membentuk inti dari trauma, secara bertahap terintegrasi ke dalam pengalaman yang koheren.
Transformasi inilah yang dimaksud dengan penyembuhan trauma; ini bukan tentang "mengingat" itu sendiri, tetapi secara bertahap bergerak keluar dari ketetapan dan fragmentasi menjadi aliran dan keutuhan.
- Peter A. Levine, Dengan Suara Tak Terucapkan: Bagaimana Tubuh Melepaskan Trauma dan Mengembalikan Kebaikan (Bab 12: Diri yang Diwujudkan).
Pembaruan ingatan ini sama sekali tidak menghilangkan kebenaran bahwa peristiwa traumatis tertentu benar-benar terjadi, yang menyebabkan kerusakan yang parah, dan bahwa kesedihan dan kemarahan dapat menjadi komponen penting untuk memulihkan martabat dan penghormatan yang mendalam terhadap Diri.
Dari platform welas asih berbasis masa kini ini, ingatan secara bertahap dapat dilunakkan, dibentuk kembali, dan dijalin kembali menjadi jalinan identitas seseorang. Hal ini mengingatkan pada tradisi Jepang kuno dalam memperbaiki barang antik porselen yang rusak dengan menyatukan kembali pecahannya dengan lapisan emas.
Perbaikan potongan-potongan yang hancur menghasilkan karya seni yang sangat indah, seperti halnya penyembuhan luka trauma memunculkan dunia alami pasang surut, di mana pemberdayaan, harmoni, welas asih, dan martabat dipulihkan. Apa yang bisa lebih indah dan lebih berharga?
- Peter A. Levine, Trauma and Memory: Brain and Body in a Search for the Living Past (Bab 8: Molekul Memori).
Seni: Paige Bradley
Pernyataan Artis: Pose virasana ini tampaknya merupakan meditasi sederhana, tetapi sebenarnya lebih dari itu. Disebut juga pose Pahlawan, ini menuntut landasan yang kuat dan sikap pengabdian. "Niat" adalah kata yang ingin saya ucapkan setiap pagi, agar tidak ada hari yang terbuang sia-sia.
Fokusnya mungkin ke arah kekuatan yang lebih tinggi atau jauh di dalam dirinya, tetapi ada energi yang mengubah dan menguatkan dalam dirinya, saat dia duduk dan menemukan niat hariannya.
Post. Admind
Tidak ada komentar:
Posting Komentar