Oleh. Kembangkan Sa
Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua Holandia-Melangkah Tanpa Alas Kaki-Akulah bunga liar yang tumbuh subur di antara semak belukar, menolak dijinakkan dan diatur oleh sistem yang memaksa. Akulah bunga terakhir yang tersisa, menghela nafas kehidupan leluhur yang mengalir dalam urat-uratku.
Seperti angin yang berbisik di antara pepohonan, aku membisikkan rahasia alam kepada siapa yang bersedia mendengar. Kata-kataku adalah sejuta rasa dan cerita. Dalam kerumunan pikiran yang terikat kapitalisme dan kolonialisme yang rakus, aku adalah suara yang menggema.
Akulah bunga liar yang tumbuh di antara reruntuhan, bertahan dan berkembang di dalam cengkeraman penindasan. Tumbuh tanpa tata aturan orang lain, dan menemukan kekuatan dalam keunikan diri sendiri.
Akulah bunga liar yang tumbuh tanpa pamrih di hamparan hijau, memberi kehidupan, keseimbangan, dan keindahan secara cuma-cuma.
Akulah bunga liar, simbol kebebasan di rimba, yang mengajarimu keadilan dan kebijaksanaan, agar kapitalisme tak menghisap nafas alam yang murni, dan kolonialisme tak merampas budaya yang bernyawa
Akulah bunga liar yang terus bersemi, tak terbelenggu oleh tanah yang dijual beli. Dalam kepolosanku, aku bertahan kuat, menghindari godaan dunia yang rakus dan terbuai.
Akulah bunga sisa. Jangan biarkan kerakusan kapitalisme merusak keindahanku, dan jangan biarkan kolonialisme mengambil alih identitasku.
Bunga Liar,
Rimba Papua
2023
Post. Admind
Tidak ada komentar:
Posting Komentar