Minggu, 05 Mei 2024

Sepotong Sejarah Gerakan Perjuangan Papua

Artikel. 
Oleh. Hengky Akapakabi Yeimo
Tetesan Air Mata Ibunda-kota Tua-Holandia-Melangkah Tanpa Alas Kaki- OPM pada tahun 1970 menempatkan Rex Rumakiek sebagai perwakilannya dan telah membangun hubungan dekat dengan para pemimpin New Hebrides—salah satu partai nasional, yang kemudian pada tahun 1979 berganti nama menjadi Vanua’aku Pati (Party) di Vanuatu. Surat penetapan Rex Rumakiek sebagai perwakilan tetap OPM di Vanuatu dikeluarkan oleh Komite Nasional OPM No. 007/P.KN/83. Pos Vanuatu kemudian dilanjutkan oleh Andy Ayamiseba.

Black Brothers mengadakan tur yang pertama ke Vanuatu pada tahun 1983, Black Brothers membangkitkan kembali rencana semula antara OPM dan Vanua’aku Pati, agar Black Brothers harus menetap di Vanuatu guna memperkuat dukungan politik terhadap West Papua. Waktu itu ada indikasi bahwa hanya Vanua’aku Pati saja yang mendukung perjuangan West Papua.

Andy meyakinkan Walter Lini dan Vanua’aku Pati tentang dukungan Black Brothers terhadap kampanye politiknya, sehingga memuluskan jalan baginya untuk maju dalam pemilihan umum di Vanuatu. Black Brothers ke Vanuatu atas undangan resmi Father Walter Lini dan Vanua’aku Pati tahun 1983 [partai yang berkuasa saat itu] untuk membantu menggalang dana kampanye politik, guna memenangkan pemilu pertama di negara Vanuatu. Setelah Vanua’aku Pati kembali memenangkan pemilu, Andy bersama Black Brothers hijrah ke Vanuatu pada awal tahun 1984, dan memulai kampanye OPM disana.

Tahun 1970-an Rex Rumakiek telah membangun hubungan dengan para tokoh kemerdekaan Vanuatu, termasuk Hilda Lini (saudara perempuan Walter Lini), Kalkot Mataskelekele (kemudian bekerja di Mahkamah Agung Vanuatu), Silas Hakwa dll. Para tokoh kemerdekaan Vanuatu, sebagian adalah mahasiswa di University of Papua New Guinea (Universitas Papua New Guinea) yang kembali ke Vanuatu dan terlibat dalam gerakan kemerdekaan Vanuatu. Peran mahasiswa Vanuatu di kemudian hari menjadi sangat penting dalam mendukung perjuangan Pembebasan Papua Barat.

Selama di Vanuatu, Black Brothers merilis album Border Crossers, Live in Salomon dalam album Border Crossers terdapat lagu yang berjudul “Liklik Hope Tasol” yang dinyanyikan dalam bahasa Bislama, lagu yang sangat populer saat itu, disamping “Blue Eyes From Santo Town”. Black Brothers mendapat tempat di hati masyarakat Vanuatu. Show Black Brothers selalu dihadiri ribuan orang. Tahun 1986, Black Brothers mengadakan show di Honiara, Solomon Islands, untuk membantu rakyat yang mengalami bencana akibat angin badai Cyclone Namu (Santo Cyclone) dan show di tahun 1987 untuk membantu masyarakat Vanuatu yang dilanda bencana Cyclone Uma.

Jaringan di Salomon dijajaki bulan Juni 1996, saat itu sebuah delegasi OPM di bawah pimpinan Brigjen. Seth Rumkorem mengujungi Solomon Islands atas sponsor Andy Ayamiseba.

Tugas berikutnya yang diberikan Rumkorem sebagai Presiden Pemerintahan Revolusi Sementara (PRS), kepada Andy Ayamiseba adalah mempersiapkan satu kantor Perwakilan OPM yang akan dibuka di Vanuatu, sebagai ganti dari kantor Perwakilan OPM yang ditutup di Dakar, Senegal 1985. Andy lalu membawa kelompok Black Brothers dari Belanda ke Vanuatu dan ikut berkampanye untuk memenangkan Vanua’aku Pati dalam tiga kali pemilihan umum (1980, 1983, dan 1986), yang ketika itu dipimpin oleh Fr. Walter Lini dan Barak Sope. Perjuangan pembebasan Papua Barat akhirnya disponsori oleh Vanua’aku Pati untuk menjadi Permanent Foreign Policy of Vanuatu Government.

Tahun 2003, Andy Ayamiseba berhasil melobi Pemeritah Koalisi VP dan UMP yang baru, untuk membuka kantor OPM, yang diberi nama Kantor Perwakilan Bangsa Papua Barat (West Papuan People’s Representative Office/WPPRO).

Bersatunya Rex Rumakiek, Andy Ayamiseba petinggi dari OPM faksi Marvic dan John Ondawame selaku Menteri dalam Kabinet (1978, 1980, 1983, 1992) dari faksi PEMKA, merupakan kemajuan besar perjuangan Papua di Pasifik. Mereka bertiga secara bersama berupaya menyatukan jaringan perjuangan di Papua yang terpecah-pecah dalam faksi-faksi dengan membangun sebuah organisasi payung agar perjuangan pembebasan Papua memperoleh pengakuan internasional.

Barak Sope dan Eduard Natapei, berhasil mengajukan Wantok Bill, lalu diterima oleh seluruh anggota Parlemen dan Pemeritah Vanuatu pada Juni 2010. Usaha Andy untuk mendapat Wantok Bill dari pemerintah Vanuatu dilakukannya setelah pertemuan WPNCL akhir tahun 2008 di Port Vila, Vanuatu.

Wantok Bill adalah keputusan Parlemen Vanuatu terhadap Perjuangan Papua Merdeka sebagai Kebijakan Luar Negeri Pemerintah Vanuatu. Sekalipun pemimpin pemerintah berganti, isu Kemerdekaan Papua akan tetap menjadi agenda Pemerintah dan Rakyat Vanuatu. Wantok Bill merupakan undang-undang yang diadopsi dari petisi rakyat yang diajukkan anggota parlemen independen, Ralph Regenvanu.

Agenda lobi melalui Vanuatu Parliamentary Lobby Group for West Papua tetap dijalankan di bawah koordinasi MP. Ralph Regenvanu. Karena Tuan Sope sudah tidak lagi menjadi anggota Parlemen. Andy mengadakan pertemuan khusus dengan Edward Nipake Natapei, untuk mambawa isu Papua agar dibahas dalam suatu sesi MSG Parliamentary meeting on West Papua di Vanuatu. Negara yang tergabung dalam MSG bisa didesak oleh parlemen masing-masing negara untuk membahas isu Papua dalam MSG. Usulan Andy sangat didukung oleh PM Natapei dan ia berjanji akan mengajukan suatu Joint Council of Ministers Paper bersama Menlu Vanuatu agar bisa mendapat dukungan dari kabinet dalam pertemuan tersebut.

Post. Admind 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOMITMEN BUPATI TOLIKARA, TIDAK BOLEH ADA NYAWA YANG HILANG SIA SIA KARENA DITOLAK OLEH LAYANAN RUMAH SAKIT

Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua- Tolikara -Melangka Tanpa Alas Kaki-    Tanah Injil Tolikara - Beberapa waktu lalu, Tanah Papua...