Rabu, 19 Juni 2024

BENDA-BENDA PENINGGALAN

RATUSAN PATUNG MEGALITIK DI LEMBAH BADA
Lembah Bada atau adalah lembah yang terletak di Kecamatan Lore Selatan, Poso Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Lembah ini adalah bagian dari Taman Nasional Lore Lindu.

πŸ”³ Patung megalitik di Lembah Bada

Di lembah tersebut terdapat puluhan patung megalitik yang diperkirakan didirikan pada abad ke-14. Belum diketahui tujuan patung tersebut.

πŸ”³ Sejarah

Puluhan patung purbakala ini kabarnya sudah ada sejak abad ke-14.

Megalit di Lembah Bada ditemukan pertama kali pada 1908. Walaupun penemuan tersebut sudah berlangsung lebih dari 100 tahun, tetapi hanya sedikit hal yang diketahui tentang objek itu, salah satunya tentang kapan patung batu itu dibuat. Beberapa orang berspekulasi bahwa batu-batu tersebut dipahat sekitar 5.000 tahun lalu, sedangkan lainnya menduga megalit itu dibuat sekitar 1.000 tahun silam.

Sementara itu, beberapa orang lainnya menduga bahwa batu tersebut masih berhubungan dengan budaya megalitik di Laos, Kamboja, dan beberapa wilayah di Indonesia pada 2.000 tahun lalu.

Menurut Ancient Origins, hingga saat ini tak diketahui siapa yang membuat patung megalit di Lembah Bada. Meskipun terdapat dugaan bahwa batu itu dibuat oleh budaya yang membuat megalit di tempat lain di Asia Tenggara, tetapi megalit di Lembah Bada tergolong unik.

Namun dalam catatan A.C. Kruyt, pendiri Kota Poso, sebelum kedatangan Belanda tahun 1908 di Lore, masih berlaku orang membuat kubur dari batu. Dan masih ada tempat pembuatan Kalamba untuk penguburan. Jadi pemuatan benda-benda ini berasal dari berbagai masa, yang di antaranya ada yang berasal dari masa yang dekat ratusan tahun saja atau megalit muda.

πŸ”³ Geografi

Jalan menuju Lembah Bada di Napu
Lembah Bada terletak di daerah yang relatif datar, yang dikelilingi perbukitan, sehingga awan yang tertahan di puncak bukit yang mengelilingi lembah menyajikan pemandangan dramatis. Sering terlihat satu bagian Lembah Bada dimana hujan sedang jatuh, sedangkan bagian lainnya matahari menyelinapkan cahayanya dari balik awan.

Ditengah Lembah Bada mengalir Sungai Lariang, menyatu dengan Sungai Malei, sehingga aliran Sungai Lariang menjadi lebih deras. Karena inilah Sungai Lariang dulu pernah dipakai sebagai tempat olahraga pengarungan sungai. Di tengah Lembah Bada sendiri arus Sungai Lariang cukup tenang karena alur yang dilalui relatif datar.

πŸ”³ Karakteristik

Patung Megalitik di Lembah Bada merupakan wajah manusia yang sudah distilasi, dimana alis dan hidung digambarkan menjadi satu, sedangkan bagian mulut dihilangkan. Patung di Lembah Bada umumnya memiliki tanda gender yang jelas.

 Di patung Palindo dan Meturu terukir gambar alat kelamin laki-laki. Dan sedangkan pada patung Langke Bulawa digambarkan alat kelamin wanita. Perbedaan gender juga digambarkan pada raut wajah, dimana pada patung wanita, wajahnya digambarkan seperti dahi yang tertutup poni.

Pahatan pada megalit tersebut juga dideskripsikan minimalis. Tokoh tersebut biasanya digambarkan memiliki kepala besar dengan tubuh tanpa lekukan serta tanpa kaki. Pada bagian wajah, biasanya digambarkan dengan mata bulat dengan garis tunggal yang merepresentasikan alis, pipi, dan dagu. Sebagian besar patung tampak berdiri sendiri, tetapi ada beberapa yang ditempatkan secara berkelompok.

 Batuan-batuan megalitik ini terhampar di seluruh daerah lembah. Dari yang berbentuk ukiran manusia, hewan, Kalamba dan masih banyak lagi.

Patung-patung manusia lainnya berukuran tinggi sekitar 1,5 meter dengan diameter sekitar 50 cm. Selain patung manusia dewasa terdapat patung Oba yang berukuran tinggi 70 cm dengan raut jenaka, dan tanda kelamin yang belum jelas. Warga menyebutnya sebagai bentuk kera, tetapi juga bisa diartikan sebagai representasi anak-anak.

πŸ”³ Kalamba

Kalamba merupakan artefak berbentuk tempayan besar bertutup berdiameter 1,5-2 meter, serta berbentuk tangki melingkar yang dipahat dari sebuah batu besar yang dahulu sepertinya digunakan untuk tempat penyimpanan.

 Mengenai apa yang disimpan didalamnya masih merupakan spekulasi. Bisa jadi tempayan ini dipakai untuk menyimpan air, barang-barang berharga, atau malah merupakan peti mati purbakala. Warga sekarang menyebutnya dengan Kalamba. Ada sekitar 50 buah Kalamba di lembah Bada, sebagian masih dalam kondisi utuh, dan sebagian lagi sudah rusak.

Kalamba dapat ditemukan di beberapa tempat di Lembah Bada dan memiliki bentuk serta ukuran bervariasi. Beberapa memiliki satu lubang di tengahnya, sementara lainnya memiliki dua lubang.

Menurut kepercayaan lokal, Kalamba digunakan sebagai bak berendam untuk para petinggi atau raja. Sementara yang lainnya menduga bahwa benda tersebut dulunya digunakan sebagai peti mati atau tangki air. Tutup terbuat dari batu sering ditemukan di dekat Kalamba, dan muncul dugaan bahwa benda tersebut digunakan untuk menutupi Kalamba sehingga tak mungkin digunakan sebagai bak berendam.

πŸ”³ Jumlah

Berdasarkan data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sulawesi Tengah, saat ini terdapat 432 objek situs megalit di Sulawesi Tengah. Tersebar di Lore Utara dan Lore Selatan, sebanyak 404 situs dan di Kulawi, Kabupaten Sigi sebanyak 27 situs.

Berdasarkan penelitian inventarisasi batuan megalit yang dilakukan oleh Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Sagarmatha Fakultas Pertanian Universitas Tadulako tahun 1994, di sekitar kawasan Taman Nasional Lore Lindu terdapat 300-an lebih situs megalit ini.[3]

Sementara, menurut sumber data yang lain, jumlah bebatuan megalitik ini ada 1.451 buah

****


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Badan Pengurus Pusat Komite Nasional Papua Barat (BPP KNPB) menyampaikan klarifikasi resmi terkait pernyataan publik Juru Bicara Tentara Nasional Papua Barat Sebby Sambom

Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua- Holandia Jayapura -Melangka Tanpa Alas Kaki- KnpbNews, !Badan Pengurus Pusat Komite Nasional ...