Sejarah dan Keunikan Pulau Nusmapi (Pulau Lemon) di Teluk Doreri, Manokwari, Papua Barat
Pulau Nusmapi, yang lebih dikenal sebagai Pulau Lemon, adalah salah satu dari sekian banyak pulau kecil di Papua Barat. Terletak di Teluk Doreri, Kabupaten Manokwari, pulau ini memiliki sejarah yang panjang dan kaya, yang telah dikenal sejak berabad-abad lamanya. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi sejarah dan keunikan Pulau Nusmapi, serta kontribusinya terhadap budaya dan sejarah lokal.
Sejarah Nama Pulau Nusmapi
Nama Nusmapi atau Myos Mapi diyakini berasal dari masyarakat Numfor Doreri (Biak). Namun, tidak ada catatan pasti tentang kapan nama ini pertama kali digunakan. Salah satu catatan tertulis pertama mengenai nama ini berasal dari penjelajah Eropa pada abad ke-18. Penjelajah Skotlandia, Thomas Forrest, adalah orang Eropa pertama yang mencatat tentang Nusmapi pada tanggal 28 Januari 1775. Dalam catatannya, ia menyebut pulau ini dengan nama "Mafmapy (Meosmapi)".
Catatan Penjelajah dan Zendeling
Selama abad ke-19, pulau ini juga dicatat oleh para zendeling dan penjelajah lainnya. Zendeling J.L. Van Hasselt pada tahun 1800-an menulis nama pulau ini sebagai "MEOS MAPPI" atau "BALOE LEMON" dalam catatannya yang berjudul "Gedenkboek van een vijf-en-twintigjarig zendelingsleven op Nieuw-Guinea (1862-1887:2; E. Nijland, 1893)". Selain itu, penjelajah F. S. A. De Clerq dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1893 mencatat bahwa pulau ini dihuni oleh penduduk Numforen dan menjadi tempat pemakaman bagi orang Papua dari daerah sekitar.
Pentingnya Pulau Nusmapi dalam Sejarah Lokal
Pulau Nusmapi memainkan peran penting dalam sejarah lokal. Pulau ini bukan hanya sebagai tempat tinggal dan pemakaman, tetapi juga sebagai pusat pertemuan budaya antara penduduk asli dan penjelajah Eropa. Buku-buku tua Eropa sejak tahun 1700-1800-an sering menyebutkan nama pulau ini dengan berbagai sebutan seperti "Noesmapi", "Meos Mapi", dan "Mios Mapi" (Pieter Jan Batist Carel Robidé van der Aa, 1879; Wichmann, Arthur, 1909, 1917).
Keunikan Alam Pulau Nusmapi
Pulau Nusmapi juga dikenal dengan keindahan alamnya yang memukau. Vegetasi pulau ini sangat padat, memberikan pemandangan yang hijau dan subur. Saat air pasang, pulau ini menjadi tempat yang menarik untuk dieksplorasi karena keanekaragaman flora dan faunanya. Keindahan alam ini tidak hanya menarik perhatian penduduk lokal tetapi juga penjelajah dan peneliti dari luar negeri.
Penutup
Pulau Nusmapi, atau Pulau Lemon, adalah bagian penting dari sejarah dan budaya Papua Barat. Dari catatan penjelajah Eropa pada abad ke-18 hingga pengakuan sebagai pusat budaya dan keindahan alam, pulau ini menyimpan banyak cerita dan keunikan yang patut untuk dilestarikan dan dikenal lebih luas. Melalui penelitian lebih lanjut dan penggalian sejarah lokal, Pulau Nusmapi dapat terus menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan bagi generasi mendatang.
Sejarah
PulauLemon
Nusmapi Manokwari PapuaBarat
******
INI DIA DANAU TERINDAH DI PAPUA DANAU PANIAI
Tetesan Air Mata Ibunda Kota Tua- Kota Jeruk 🍊 -Melangkah Tanpa Alas Kaki-Danau Paniai adalah sebuah danau yang terletak di Kabupaten Paniai, Papua Tengah. Danau Paniai yang kesohor memiliki panorama alam yang rancak, alami, dan terawat dengan baik.
Keindahan Danau Paniai diakui oleh utusan dari 157 negara ketika berlangsungnya Konferensi Danau Se-Dunia yang dihelat di India pada tanggal 30 November 2007.
Luas Danau Paniai yang mencapai 14.500 hektare memberi cukup ruang kepada wisatawan untuk memilih lokasi yang sesuai dengan keinginannya ketika berekreasi ke danau tersebut. Terdapatnya bebatuan dan pasir di tepian danau, serta dikelilingi oleh tebing-tebing yang lumayan tinggi, menambah daya tarik objek geowisata dan ekowisata. andalan di Kabupaten Paniai.
Dengan segala pesonanya, Danau Paniai tidak hanya menjadi destinasi wisata yang menakjubkan, tetapi juga menjadi tempat yang memikat hati dan merangsang indra bagi siapa pun yang beruntung mengunjunginya.
***
Tetesan Air Mata Ibunda Kota Tua- Kota Jeruk 🍊 -Melangkah Tanpa Alas Kaki- PANDAN - Pulau Pandan adalah sebuah pulau yang secara administrasi masuk dalam Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, dengan posisi geografis pulau terletak pada koordinat 00°56'58" LS dan 100°08'23" BT. Pulau ini tidak berpenduduk dan kata pandan sendiri memiliki arti sejenis pohon. Topografi Pulau Pandan relatif datar, pantai berpasir putih cukup indah ditumbuhi kelapa dan semak belukar serta tumbuhan tingkat tinggi.
Di Pulau Pandan ini juga terdapat bangunan peninggalan Belanda dan juga ditempatkan seorang penjaga dan sebuah bangunan. Disini juga tersedia air bersih dan cocok untuk wisatawan yang ingin berkemah. Jarak terdekat untuk mencapai pulau ini adalah dari Kota Padang dan bisa ditempuh menggunakan speedboat selama satu jam perjalanan atau menyewa perahu nelayan.
Pulau Pandan di Padang adalah destinasi yang sempurna bagi para pencinta alam dan petualang yang mencari pengalaman liburan yang autentik dan menyegarkan di tengah keindahan alam tropis Indonesia.
****
ISTANO YANG DI PERTUAN KOTO RAJO
Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua Sumatra Barat - Melangkah Tanpa Alasan Kaki_Istano yang dipertuan koto rajo, atau yang lebih dikenal dengan Istano Koto Rajo adalah salah satu alternatif objek wisata yang harus dikunjungi.
Istano ini terletak diwilayah paling ujung Utara provinsi Sumatera Barat, tepatnya berada di jorong II koto rajo, Nagari Koto Rajo, Kecamatan Rao Utara, kabupaten Pasaman.
Untuk menuju istano ini kita harus menempuh jarak kisaran 13 km dari Pasar Rao dengan kondisi jalan yang lumayan bagus.
Pada dasarnya istano ini dibangun sebagai kediaman keluarga besar Rajo Tumangguang dan kini sudah mulai dijadikan sebagai objek wisata bagi masyarakat Pasaman.
*Akun FB: Muhammad Yunus.
*****
PIRAMID PERTAMA DI DUNIA Diduga Gunakan Lift Hidrolik Bertenaga Arus Sungai untuk Bangun Piramida Pertama di Dunia.
Piramida Djoser, piramida pertama di dunia yang dibangun sekitar tahun 2670 SM untuk Firaun Djoser, telah lama menjadi objek kekaguman dan penelitian. Struktur berundak enam tingkat dengan empat sisi ini, yang terletak di dataran tinggi Saqqara di Mesir utara, memerlukan 11,7 juta kaki kubik (330.400 meter kubik) batu dan tanah liat untuk pembangunannya. Mengingat piramida ini dibangun jauh sebelum adanya mesin besar seperti buldoser dan derek, para arkeolog telah lama berusaha mengungkap bagaimana orang Mesir kuno mencapai prestasi arsitektur ini.
Penelitian terbaru yang dipimpin oleh Xavier Landreau, seorang insinyur dan ilmuwan material dari Institut Paleoteknik CEA, bersama timnya yang terdiri dari insinyur, ahli hidrologi, dan ilmuwan material dari Prancis, memberikan wawasan baru mengenai konstruksi piramida. Menggunakan citra radar satelit dan laporan arkeologi historis, para peneliti menemukan bahwa orang Mesir kuno mungkin telah membangun sistem pengelolaan air canggih yang diduga memfasilitasi proses konstruksi piramida.
Temuan ini didukung oleh letak Piramida Djoser yang berada di dekat cabang Sungai Nil yang telah lama hilang. Para peneliti berhipotesis bahwa orang Mesir kuno memanfaatkan sumber air tersebut untuk membangun piramida setinggi 204 kaki (62 meter) itu. Mereka merancang "sistem hidrolik modern" yang terdiri dari bendungan, pabrik pengolahan air, dan lift barang hidrolik, semuanya digerakkan oleh sungai. Struktur misterius Gisr el-Mudir di dekat piramida diduga berfungsi sebagai fasilitas yang menangkap sedimen dan air.
Landreau menyatakan bahwa penemuan ini berpotensi mengubah pemahaman kita tentang teknologi konstruksi orang Mesir kuno. Sebelum penelitian ini, tidak ada konsensus nyata mengenai penggunaan struktur-struktur ini, dengan beberapa penjelasan yang menyatakan bahwa mungkin digunakan untuk tujuan pemakaman. Agar sistem hidrolik ini bekerja, air dari Sungai Nil akan dialirkan ke bendungan sepanjang 1,2 mil (2 kilometer) dengan dinding selebar 49 kaki (15 meter) di antara dua lembah di sebelah barat piramida. Bendungan ini akan menyaring sedimen sebelum air mengalir ke fasilitas pengolahan sepanjang 1.300 kaki (400 meter) dengan kedalaman 89 kaki (27 meter) yang memotong bebatuan di sekitar jalur.
Fasilitas ini memiliki beberapa cekungan untuk mengendapkan partikel agar tidak menyumbat sistem. Dari sana, serangkaian saluran bawah tanah akan menyalurkan air ke lift bertenaga air di bawah piramida. Lift hidrolik ini akan memanfaatkan kekuatan air untuk mengapungkan batu-batu ke atas dan mengantarkan bahan-bahan konstruksi kepada para pekerja di atas. Proses pengisian dan pengosongan air memungkinkan batu-batu naik ke tingkat konstruksi dengan cara yang mirip lava gunung berapi.
Meskipun hipotesis ini masih diperdebatkan dan belum diterima secara universal, penelitian ini menawarkan perspektif baru yang menarik tentang teknologi dan inovasi orang Mesir kuno dalam membangun salah satu monumen paling ikonik di dunia.
Pos. Admin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar