Minggu, 01 September 2024

Baterai 🔋 tidak menghasilkan listrik ⚡ Hanya menyimpan sebanyak-Banyaknya panas Listrik

Artikel.
Oleh. jurnal Nasional
Baterai 🔋 tidak menghasilkan listrik ⚡ tetapi mereka menyimpan listrik yang diproduksi di tempat lain, terutama melalui batubara, uranium, pembangkit listrik alami atau generator diesel.

Jadi klaim bahwa mobil listrik 🚗 adalah kendaraan nol emisi, tidak benar sama sekali jika listrik yang dihasilkan berasal dari pembangkit listrik yang bahan bakarnya dari membakar batu bara atau gas yang tak dapat terbarukan.

Mereka yang antusias dengan mobil listrik dan revolusi hijau harus melihat lebih dekat pada baterai, juga sumber penghasil listrik terbarukan. 
Beberapa contoh sumber listrik terbarukan termasuk tenaga surya (panel solar), tenaga angin (turbine angin), tenaga air (pembangkit listrik tenaga air), tenaga panas bumi (geothermal), dan biomassa (sumber energi dari bahan organik)

Baterai mobil listrik berbobot sekitar 450 kg, kurang lebih sebesar koper. 

Untuk membuat satu baterai kendaraan listrik (BEV), Anda memerlukan bahan-bahan berikut:

11.000 kg garam untuk litium
15.000 kg kobalt
2.270 kg resin untuk nikel
11.000 kg tembaga
Secara keseluruhan, Anda harus menggali 225.000 kg tanah untuk mendapatkan bahan-bahan ini.

Kenapa membutuhkan bahan sebanyak itu untuk membuat 1 buah baterai 450kg.

Sini saya coba jelaskan dari banyak pertanyaan yang muncul di komentar:

Untuk membuat baterai kendaraan listrik (BEV) berbobot sekitar 450 kg, dibutuhkan bahan yang sangat besar dalam jumlah yang jauh lebih tinggi karena proses ekstraksi dan pemrosesan bahan baku. Berikut penjelasannya:

Garam untuk Litium (11.000 kg): Garam litium, biasanya berupa litium karbonat, digunakan sebagai bahan dasar dalam baterai lithium-ion. Litium merupakan elemen yang sangat langka dan memerlukan banyak garam untuk diekstraksi, karena konsentrasi litium dalam garam yang digali relatif rendah.

Kobalt (15.000 kg): Kobalt adalah logam penting dalam baterai untuk meningkatkan stabilitas dan daya tahan. Kobalt tidak hanya diperlukan dalam jumlah yang signifikan, tetapi juga memerlukan proses pemisahan dari bijih yang seringkali mencakup pengolahan dan pemurnian, mengakibatkan kebutuhan bahan baku yang jauh lebih besar.

Resin untuk Nikel (2.270 kg): Resin nikel adalah bahan kimia yang digunakan dalam proses pemurnian dan pengolahan nikel, yang juga merupakan komponen kunci dalam baterai. Nikel sendiri juga harus diekstraksi dari bijih yang memerlukan banyak bahan dan energi untuk diolah menjadi nikel murni.

Tembaga (11.000 kg): Tembaga digunakan sebagai konduktor dalam baterai. Meskipun tembaga murni adalah komponen baterai, proses ekstraksi dan pemurnian tembaga juga memerlukan pengolahan bijih yang intensif.

Secara keseluruhan, meskipun baterai akhir berukuran relatif kecil (450 kg), bahan baku yang diperlukan untuk produksi baterai mencakup volume yang jauh lebih besar karena proses penggalian, pemurnian, dan konversi dari bijih menjadi bahan yang dapat digunakan dalam baterai. Proses ini mencakup banyak tahapan untuk memperoleh bahan baku dalam bentuk yang diperlukan untuk pembuatan baterai

~•~
Listrik untuk mengisi baterai bisa dari Solar Panel ataupun Turbin Angin, yang minim emisi, dan terbarukan...
Untuk Nuklir dll saya belum mendalami ilmunya, untuk energi surya/solar panel kebetulan saya pernah bekerja di perusahaan pembuatan solar panel selama beberapa tahun, jadi sedikit tahu.

Dalam energi surya, proses pembuatan panel matahari memerlukan bahan kimia berbahaya, seperti klorin dan asam sulfat. Juga dibutuhkan bahan seperti galium, arsenik, dan beberapa senyawa lain yang sangat toksik. Debu silikon dari proses ini juga berbahaya bagi pekerja dan panel tidak bisa didaur ulang.

Untuk turbin angin, setiap unit memiliki berat 1.688 ton dan terdiri dari 1300 ton beton, 295 ton baja, 48 ton besi, 24 ton fiberglass, serta bahan langka seperti neodymium dan praseodymium. Turbin memiliki umur sekitar 15-20 tahun dan bilah rotornya tidak dapat didaur ulang setelah rusak.

Secara keseluruhan, energi terbarukan seperti panel surya dan turbin angin memerlukan banyak bahan dan proses yang berdampak pada lingkungan dan kesehatan.

Tentu, teknologi ini punya tempatnya, tapi kita harus lihat lebih dalam dari sekadar klaim bebas emisi. "Going Green" mungkin terlihat ideal, tetapi jika diperiksa secara realistis, biayanya yang tersembunyi dan dampaknya bisa lebih merusak lingkungan daripada yang terlihat.

~•~
Sekarang, Ayo kita diskusikan tentang kendaraan Hidrogen.

Jepang, meski dikenal sebagai pelopor teknologi kendaraan listrik, telah memilih untuk fokus pada inovasi hidrogen karena beberapa alasan strategis dan lingkungan. Hidrogen memiliki beberapa kelebihan signifikan dibandingkan kendaraan listrik berbasis baterai.

Pertama, hidrogen dapat diisi ulang dengan cepat, mirip dengan bensin, sementara kendaraan listrik memerlukan waktu pengisian baterai yang lebih lama. Ini menawarkan kenyamanan dan efisiensi tinggi dalam penggunaan sehari-hari. Kedua, hidrogen hanya memancarkan uap air sebagai produk sampingan, menjadikannya sangat ramah lingkungan jika diproduksi dari sumber energi terbarukan.

Selain itu, hidrogen dapat disimpan dalam jumlah besar dan memiliki densitas energi yang tinggi, menjadikannya ideal untuk aplikasi berat seperti truk dan bus, di mana kendaraan listrik berbasis baterai mungkin tidak seefisien. Jepang juga berusaha mengembangkan infrastruktur hidrogen yang lebih luas untuk mendukung teknologi ini secara keseluruhan.

Secara keseluruhan, meskipun kendaraan listrik memiliki peran penting dalam pengurangan emisi, hidrogen menawarkan solusi yang lebih fleksibel dan dapat diterapkan dalam berbagai sektor, yang dianggap sebagai langkah strategis penting bagi Jepang dalam memajukan mobilitas berkelanjutan.

~•~
Ayo kita telisik juga, Hidrogen itu apa dan terbuat dari apa?

Hidrogen dapat diproduksi dari sumber-sumber terbarukan melalui proses yang dikenal sebagai elektrolisis. Dalam metode ini, air (H₂O) dipecah menjadi hidrogen (H₂) dan oksigen (O₂) menggunakan LISTRIK dari sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, atau hidroelektrik. Proses ini menghasilkan hidrogen yang disebut "hidrogen hijau" karena tidak menghasilkan emisi karbon selama produksinya, menjadikannya alternatif yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Selain menggunakan listrik melalui elektrolisis, hidrogen juga dapat diproduksi dengan metode lain, seperti reformasi metana dengan uap (steam methane reforming, SMR). Dalam proses ini, metana (CH₄) dari gas alam direaksikan dengan uap air untuk menghasilkan hidrogen dan karbon dioksida. Meski proses ini lebih umum dan ekonomis saat ini, ia menghasilkan emisi karbon dan kurang ramah lingkungan dibandingkan elektrolisis. Metode lainnya termasuk gasifikasi biomassa dan proses termokimia yang juga dapat menghasilkan hidrogen dari sumber-sumber organik atau bahan bakar fosil dengan pengelolaan emisi yang lebih baik.

~•~
Jadi, solusinya apa?

Selain kendaraan listrik dan hidrogen, solusi untuk mengurangi emisi kendaraan termasuk:

Kendaraan Hybrid: Menggabungkan mesin pembakaran internal dengan motor listrik untuk efisiensi bahan bakar.

Bahan Bakar Alternatif: Menggunakan biofuel seperti biodiesel dan etanol yang lebih bersih dibandingkan bahan bakar fosil.

Teknologi Pengendalian Emisi: Menerapkan filter partikel dan sistem katalitik untuk mengurangi polutan dari knalpot.

Transportasi Umum dan Mobilitas yang lebih sehat: Mendorong penggunaan transportasi umum, car-sharing, serta infrastruktur untuk berjalan kaki dan bersepeda.

Baterai 🔋 tidak menghasilkan listrik ⚡

Perbedaan pendapat adalah hal yang alami dan dapat memperkaya diskusi. Untuk menjaga diskusi tetap konstruktif, penting untuk menyampaikan pandangan dengan jelas dan sopan, tanpa menyerang pribadi atau menggunakan bahasa kasar. 

Menghargai perspektif orang lain dan fokus pada argumen daripada emosional membantu mencapai pemahaman bersama.

Royal Cherry's 
Sumber Gambar: Jeff Spring Shu

Sumber Tulisan:
"Life Cycle Assessment of Lithium-Ion Batteries for Automotive Applications" oleh JRC (Joint Research Centre)

Journal International Energy Agency (IEA) dan National Renewable Energy Laboratory (NREL).

Post. Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kolonialisme Pemukiman Penindasan Harga Diri Pemilik Tanah

𝐊𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢𝐚𝐥𝐢𝐬𝐦𝐞 𝐏𝐞𝐦𝐮𝐤𝐢𝐦 (𝐒𝐞𝐭𝐭𝐥𝐞𝐫 𝐂𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢𝐚𝐥𝐢𝐬𝐦) Artikel, Yegema  Konsep kolonialisme pemukim dap...