Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2022

GELANG GAHARU WANGI PAPUA, ASMAT

Tetesan Air Mata Ibunda, Kota Jeruk, Melangkah Tanpa Alas Kaki, Empat lelaki Asmat mengenakan mahkota adat dari bulu kasuari, bertelanjang dada dan kaki. Seorang dari mereka berjongkok di pinggir kubangan lumpur sembari mengais-ngais serpihan kayu. Sementara tiga lelaki lainnya menusuk-nusukkan batang besi kecil dengan ujung runcing berpengait. Terjadi sejak April 2018. Tiba-tiba lelaki yang berjongkok di pinggir kubangan berteriak memanggil tiga temannya. Dengan bahasa daerah Asmat yang cenderung mirip dengung dan sepertinya sangat sulit dipelajari, lelaki itu mengabarkan kepada teman-temannya, bahwa ia menemukan benda magis yang mereka cari. Sontak mereka mencebur ke dalam kubangan, lantas menyerukan suatu gumam secara serempak. Nadanya tegas namun ritmis. “Hoo! Hoo! Hoo! Hoo!” Begitulah kedengarannya. Gumam itu didendangkan dengan suka cita, sambil menggoyang-goyangkan sesuatu yang masih tersembunyi di dalam lumpur. Tampak seirama dan harmoni antara gumam dan gerak tubuh mer

Awal Mula Burung Cenderawasih, Dongeng Rakyat dari Papua

  Tetesan Air Mata Ibunda, Kota Jeruk, Tanpa Alas Kaki, Mari kita Kali ini kamu akan diajak untuk membaca bersama dongeng rakyat dari Papua Barat tentang asal muasal burung cenderawasih. Burung cenderawasih adalah salah satu hewan endemik dari Pulau paling timur Indonesia yaitu Papua. Yuk, simak seperti apa asal usul burung cenderawasih di bawah ini, Kids. Asal Usul Burung Cenderawasih Kisah ini mencerita-Kan tentang seorang perempuan tua yang tinggal di pegunungan Bumberi di Fak-Fak bersama dengan anjing betina-Nya. Perempuan tua dan anjing-Nya ini biasa mencari makanan di pedalaman hutan. Suatu kali, si perempuan tua dan anjing-Nya sampai ke sebuah pohon pandan yang dipenuhi buah. Perempuan tua itu lalu memungut buah di pohon pandan dan memberikan-Nya pada anjing-Nya yang langsung melahap buah itu tanpa bersisa. Namun, hal ajaib terjadi setelah anjing itu makan buah pohon pandan itu, perut anjing itu membesar dan membuat anjing itu melahir-Kan anak anjing. Melihat

Burung Mambruk Bermakota Pernah Menghiasi Uang Logam, Kini Habitatnya Terancam

  Buru Tetesan Air Mata Ibunda, Kota Jeruk, Melangkah Tanpa Alas Kaki, Burung mambruk telah hilang habitatnya, mungkin karna ulah manusia. Dalam cela-cela perbincangan dengan orang tua di gubuk tenda biru, rumah tua kota Nabire. Sekian banyak kami berbincang dengan orang tua salah satu orang   tua mengatakan, burung Mambruk pernah mengambarkan dalam uang Koin Kata Pak Nius Adi i, S.Pd. Kicaukicau -Beberapa dari kita mungkin masih ingat dengan ikon uang logam pecahan 25 rupiah waktu itu beredar sekitar tahun 1971, bergambar burung lanjut, Nius. Kebetulan penulis belum lahir, namun masih ingat pernah membelanjakan uang receh tersebut untuk membeli jajanan martabak mie waktu libur sekolah. Dan, sekarang setelah puluhan tahun baru ngeh, setelah melihat laman Kompas Tekno, Jumat (8/10) jika burung tersebut satwa asal Papua bernama Mambruk , punya julukan burung dara bermahkota. Tim Balai Taman Nasional Lorentz pada 2016, pernah mengeluarkan data, jika salah satu dari tiga spesies m

Harga Rp30 Juta, Babi Jadi Hewan yang Disakralkan di Papua

  Tetesn Air Mata Ibunda, Kota Jeruk, Melangkah Tanpa Alas Kaki, Terdapat beberapa aturan tidak tertulis bagi wisatawan yang berkunjung ke Lembah Baliem, Papua. Salah satunya, soal memotret babi. Aturan tidak tertulis di Lembah Baliem itu tidak boleh memotret sembarangan tanpa izin Suku Dani yang sedang berkoteka. Seusai memotret, wisatawan wajib memberi tips bagi pria berkoteka. "Sebaiknya izin dulu dan seusai memotret wajib berikan tips kepada pria berkoteka itu," kata peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto yang dikabarkan Tempo , Jumat 1 Januari 2021. Pemberian tips, menurut dia, bukan berarti pria yang memakai koteka tersebut minta bayaran, melainkan sebagai bentuk penghargaan atas izin memotret tersebut. Sebagaimana diketahui, babi adalah binatang peliharaan yang berharga bagi masyarakat Papua. Mengenai aturan memotret babi, Hari Suroto yang juga dosen arkeologi Universitas Cenderawasih menjelaskan, wisatawan yang sedang melakukan perjalanan di Lembah Bal