Tetesan Air Mata Ibunda, Kota Jeruk, Tanpa Alas Kaki, Mari kita Kali ini kamu akan diajak untuk membaca bersama dongeng rakyat dari Papua Barat tentang asal muasal burung cenderawasih.
Burung cenderawasih adalah salah satu hewan endemik dari Pulau paling timur Indonesia yaitu Papua.
Yuk, simak seperti apa asal usul burung cenderawasih di bawah ini, Kids.
Asal Usul Burung Cenderawasih
Kisah ini mencerita-Kan tentang seorang perempuan tua yang tinggal di pegunungan Bumberi di Fak-Fak bersama dengan anjing betina-Nya.
Perempuan tua dan anjing-Nya ini biasa mencari makanan di pedalaman hutan.
Suatu kali, si perempuan tua dan anjing-Nya sampai ke sebuah pohon pandan yang dipenuhi buah.
Perempuan tua itu lalu memungut buah di pohon pandan dan memberikan-Nya pada anjing-Nya yang langsung melahap buah itu tanpa bersisa.
Namun, hal ajaib terjadi setelah anjing itu makan buah pohon pandan itu, perut anjing itu membesar dan membuat anjing itu melahir-Kan anak anjing.
Melihat hal itu, si perempuan tua ini lalu melakukan hal yang sama dengan memakan buah pandan itu.
Hal itu menyebab-Kan si perempuan tua hamil lalu melahir-Kan seorang anak laki-laki yang diberi nama Kweiya.
Kweiya Bertemu dengan Laki-Laki Tua
Kweiya, si anak laki-laki yang lahir dari buah pandan ajaib tumbuh besar jadi anak laki-laki yang rajin membantu sang ibu.
Suatu hari sang ibu ikut membantu Kweiya untuk membakar daun-daun yang ditebang oleh Kweiya di dalam gunung. Asap pembakaran daun-daun itu mengepul sampai langit.
Hal ini disadari oleh seorang laki-laki tua yang sedang mencari ikan di laut.
Asap itu membuat laki-laki tua berusaha untuk mencari darimana asal dari asap yang membumbung tinggi.
Si laki-laki tua menemukan Kweiya sedang menebang pohon di bawah terik panas matahari, sehingga si laki-laki lalu meminjamkan kapak besi untuk memudah-Kan proses penebangan pohon.
Kweiya pulang bersama si laki-laki tua, namun Laki-Laki Tua Tinggal Bersama Kweiya dan Ibu-Nya
pada awalnya Kweiya tak langsung mengenalkan-Nya pada sang Ibu.
Bahkan Kweiya menyembunyikan si laki-laki tua dalam bungkusan tebu, yang lalu ditemu-Kan oleh sang ibu.
Kweiya meminta sang ibu agar menerima si laki-laki tua yang sudah baik hati membantu-Nya meminjamkan kapak besi untuk menebang pohon.
Sang ibu setuju untuk hidup bersama dengan Kweiya dan laki-laki tua, sampai akhir-Nya kedua-Nya melahirkan beberapa adik untuk Kweiya.
Namun, ternyata adik-adik Kweiya merasa iri dan berusaha untuk mencelakai sang kakak.
Hal itu mendorong Kweiya bersembu-Nyi dan menghindar dari upaya jahat adik-adiknya, Kweiya lalu bersembu-Nyi di sudut rumah sambil memintal tali dari kulit pohon genemo.
Sang ibu yang mengetahui nasib sang anak sulungnya lalu berusaha memanggil keluar sang anak, namun yang muncul adalah seekor burung ajaib yang punya surai ekor yang sangat indah.
Sang ibu menangis menyadari bahwa sang anak sudah berubah menjadi burung.
Ternyata Kweiya juga membuat-Kan pintalan untuk sang ibu sehingga sang ibu bisa berubah menjadi burung bersama-Nya.
Kejadian itu membuat adik-adik Kweiya merasa bersedih dan saling menyalah-Kan atas kepergian sang ibu dan kakak-Nya.
Mereka lalu saling melempar satu sama lain dengan abu dari tungku perapian yang merubah mereka menjadi burung-burung.
Sang ayah yang melihat anak-anak dan istrinya merubah warna bulunya supaya enggak mencolok supaya tak diburu orang.
Namun, hal itu enggak diindahkan sehingga sang ayah memutuskan untuk menceburkan diri ke laut dan berubah menjadi penguasa laut.
Cerita rakyat ini Sumbernya, beberapa artikel yang tersebar di rakyar fak-fak dan sekitar pantai papua, pengedit tidak keluar dari apa yang dicerita-Kan dari teman-teman Pantai Selatan fak-fak, Pantai utara Biak dan teman-teman sekitar Nabire Pantai.
Editin: Atmind
Komentar
Posting Komentar