Tetesan Air Mata Ibunda, Kota Tua Holandia Jayapura, Melangkah Tanpa Alas Kaki, Sepintas jalan menutup setitik suram. Tiada iluminasi selain cahaya lampu terdominasi. Rasanya sunyi walau kendaraan berlalu-lalang.
Sunyi tapi tidak sendirian. Kan pasti punya masalah telah mengikutinya. Pinggir jalan dimana tempat kita hormati langit. Sebab langit beri kita malam yang panjang.
Tidak semua orang melakukannya. Hanya segelintir yang bisa hormati datangnya malam. Aktivitas malam tentunya renung, analisa, refleksi, kritisi diri atas tindakan perbuatannya.
Bukankah sedikit ada masalah churat ke teman? Kendati lupa churat kepada sang khalik dalam do'a. Bagiku menatap benda ataupun langit di malam hari menyurati isi hatiku.
Siang kelihatan hanya satu warna. Batasan yang bisa kita nikmati hanya panas akibat terik matahari tapi malam penuh warna. Ada beribuh bintang dan satu bulan yang sama.
Itu sebabnya, sering saya beraktivitas malam. Duduk di suatu tempat konsentrasi pikiran, redahkan emosional, hilangkan stres sekalian dibuang kejenuhan dan kebosanan yang dilematik dalam organnya.
Proses terus berjalan dan mestinya diprotes. Dengan perspektif ini, mental kita teruji. Mental untuk hadapi masalah, atasi masalah, kendali masalah bahkan pendekatan temuan solusi penyelesaian masalah.
Apa salahnya kalau kita menatap bulan pada malam hari bahkan sebaliknya menatap matahari di petang hari. Setelah jalan malam jangan lupa jalan pulang. Pagi penuh ceria.(*)
Keterangan foto di Jembatan Merah, Teluk Youtefa, Kota Jayapura, 15 September 2022.
Kata Hati.
Post. Atmind
Tidak ada komentar:
Posting Komentar