Langsung ke konten utama

JAKARTA MEMAINKAN "DRAMA WAYANG GOLEK" DI BALIK PELANTIKAN PJ GUB vs PELANTIKAN SEKDA DI TIGA DOB PROPINSI

Artikel.
By Selpius Bobii, Koordinator JDRP2 // 16 November 2022

Tetesan Air Mata Ibunda, Kota Jeruk, Melangkah Tanpa Alas Kaki, Pada 11 November 2022 Mendagri melantik tiga Penjabat Gubernur di tiga DOB Propinsi di Tanah Papua (Papua Selatan, Papua Tengah dan Papua Pegunungan). Yang dilantik menjadi Pj Gubernur Papua Selatan adalah Apolo Sapanfo, Pj Gubernur Papua Tengah adalah Ribka Haluk, dan Pj Gebernur Papua Pegunungan adalah Nikolaus Kondomo. Ketiganya adalah putra asli Papua. 

Ironisnya adalah Pelantikan ketiga Penjabat gubernur itu digelar di dalam tenda. Sementara pelantikan Sekda di tiga propinsi baru itu berlangsung di dalam Gedung Kementrian Dalam Negeri RI pada tanggal 15 November 2022. Ketiga Sekda itu berasal dari luar Papua yaitu amber atau pendatang yaitu Sugiarto (Sekda Papua Selatan), Valentinus S Sumino (Papua Tengah) dan Sumule Tumbo (Papua Pegunungan).

Pertanyaan mendasarnya adalah kenapa ketiga penjabat gubernur propinsi baru di Papua yang adalah orang asli Papua itu dilantik di dalam tenda, sedangkan tiga sekda di tiga propinsi pemekaran baru itu di dalam gedung kantor Kementerian Dalam Negeri RI? 

Secara kasat mata kita bisa katakan bahwa ini bentuk DISKRIMINASI RASIAL terhadap orang asli Papua. Ironis memang para pejabat teras yang adalah perpanjangan tangan dari pemerintah pusat, ketiganya dilantik di dalam tenda, sementara Sekda propinsi yang adalah bawahan Penjabat Gubernur yang hanya mengurus adminitrasi pemerintahan dilantik di dalam ruangan kantor Mendagri. 

Pelantikan tiga Pj Gubernur di dalam tenda versus pelantikan tiga Sekda Propinsi di dalam ruangan Kontor Mendagri adalah "suatu drama wayang golek". Ada yang jadi sutradara, ada yang jadi pemain, dan ada yang jadi penonton. Semuanya dikemas dengan rapi di balik tarian wayang golek. Presiden dan BIN adalah sutradaranya, Mendagri dan kaki tangan lainnya menjadi pemain, dan para penontonnya adalah publik. 

Jakarta memang selama ini pintar memainkan Tarian Wayang Golek. Ketika tarian itu dimainkan: ada yang tersolek, tersobek, tertipu, teraniya, terluka, tersandra, terbunuh dan lain sebagainya. 

Dari sini kita tahu bahwa ini bukan kebetulan ketiga penjabat Gubernur asal Papua itu dilantik dalam tenda, tetapi ini ada skenario besar di balik pelantikan di dalam tenda itu. Dalam tulisan saya sebelumnya menyikapi pelantikan Pj Gubernur, saya merumuskan 9 makna di balik tenda darurat itu.

Perlakuan rasis ini sudah lama tertanam di dalam sanubari orang Indonesia dan tidak akan pernah rubah. Para pejabat teras Papua selama ini banyak mengalami perlakuan yang tidak berperi kemanusiaan (rasis), salah satunya Gubernur Lukas Enembe. 

Kata Pdt Dr Benny Giay: "orang Papua bertitel muka belakang, atau jadi gubernur, DPR, Bupati atau pejabat apapun kita semua bergaya di dalam penjara besar Indonesia".

Orang asli Papua mestinya SADAR, khususnya mereka yang bekerja dalam sistem NKRI dan juga orang asli Papua tertentu di luar sistem NKRI yang mati matian mendukung dan mempertahankan keutuhan NKRI bahwa apapun titel Anda, apapun jabatan Anda, apapun status Anda: 'dalam pandangan Indonesia kita Papua adalah monyet, kete, golira, pemabuk, pemalas, pengacau, kotor, jijik, bodoh, primitif, dan berbagai stigma lainnya'. Apakah kita harus tunduk ditindas selamanya sampai etnis kita habis musnah dan tanah air Papua warisan leluhur kita berpindah tangan kepada bangsa bangsa lain? 

Jangan kita anggap bahwa ada orang asli Papua yang sedang berjuang pembebasan, dan menunggu saja menikmati hasil dari pengorbanan sesama Papua yang sedang berjuang. Berikanlah yang terbaik yang kita miliki untuk perjuangan yang suci ini sebagai bukti pengorbanan kita demi sebuah kebebasan, kedamaian dan kebahagian; dan selebih dari itu demi penegakkan harga diri bangsa yang setara dengan bangsa merdeka lain di dunia, dan yang paling penting adalah kita menyelamatkan etnis Papua yang sedang terancam musnah dan selamatkan Tanah Air Papua dari kehancuran.

SUDAH SAATNYA MARI KITA BERSATU AKHIRI PENINDASAN INI.

SALAM SADAR!
SALAM WARAS!
SALAM REVOLUSI IMAN!

Post. Admind

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SETELAH DENGAR HASIL UJIAN PAKAIAN SISWA/I SMA Kelas XII Di NABIRE DIWARNAI BINTANG KEJORA POLISI MEMUKUL Mince Heluka, BEBERAPA ORANG MENANGKAP POLISI

Siswi SMA kelas XII,Foto Mince heluka dapat pukul dari Polisi Nabire. Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua- Kota Jeruk 🍊 -Melangkah Tanpa Alas Kaki- Nabire Siswa/i SMA kelas 3 dengar hasil ujian, mereka mewarnai pakeyan abu putih dirubah Bendera Identitas diri Papua Barat, Bendera Bintang Kejora/Bintang Fajar Polisi Melakukan pukulan dan penangkapan terhadap siswa/Siswi. Dengan melihat Siswa Mewarnai dengan warna Identitas sehingga beberapa orang anggota polisi dan ada pula yang dapat pukulan dari Polisi pada Senin 06/05/2024. Kata M.D melalui Handphone genggamnya. Penangkapan dan pemukulan dari polisi terhadap teman-teman SMA yang turun pawai kebahagiaan setelah mendengar kelulusan mereka, namun kami merasa kecewa karena polisi-polisi yang berada di Nabire melarang kegiatan kami, Lanjutnya. Kronologis yang Terjadi  Pukul 16: 7 wp. Kurang lebih 9 orang pelajar dikejar oleh 2 orang polisi berpakaian preman dengan kendaraan beroda 2 pengejaran tersebut lokasi da

SEPOTONG PERAHU KERTAS

Pilot Mark Mehrtens Membawa Ole-Ole Nilai kemanusian junjung tinggi di mata TPNPB-OPM maka dari awal penahanan sampai dibebaskan selama 19 bulan, salah satu kehormatan layak beri kepada EGIANUS dengan anak buahnya karena menjaga kehidupan kesehatan pada pilot philip mark mehrtens dengan sangat terjamin hingga pulang juga dengan keadaan sehat jasmani dan rohani sang pilot. Pada saat dibebaskan juga diberikan ole-ole Ayam Kampung kepada pilot ini sungguh sangat luar biasa kinerja pejuang PAPUA MERDEKA.  🍁🍁🍁 Versi Sendiri Hal hal baik terus bertumbuh dalam gengaman derita yang tak kunjung usai, sembari menunggu berhenti deras darah Manusia Papua Rekam realitanya lalu uraikan dalam bentuk karya versi sendiri.  AmoYatt 🍁🍁🍁 Kecewakan mu  Di dalam hati yang terluka,   Kata-kata itu menggema.   Pahit getirnya rasa kecewa,   Menyatu erat dalam jiwa. Seperti bayangan yang tak pernah hilang,   Begitu juga rasa kecewa yang terpahat.   Sekali tersakiti, hat

Adat-Mu Itulah yang Disebut Identitas-Mu, & Kebiasaan Itulan Adat-Mu & Itu-lah Sumber Hukum

Artikel. Oleh. Yegema Megolah sala satu identitas diri yg disebut (Kagane) Tetesan Air Mata Ibunda-kota Tua Paniai ---Melangkah Tanpa Alas Kaki -Kagane merupakan salah satu identitas diri yang diwariskan oleh moyang sejak saya dan kamu tiada. Barang atau benda itu telah ada sebelum manusia dipenuhi di muka bumi ini. Mereka mengolah Adat sesuai keinginan sesuai kepercayaan yang dimiliki setiap daerah termasuk tiga atau empat Wilayah adat Papua, termasuk Wilayah Meepago. Kebiasaan ini tidak bisa berubah dengan bentuk apapun dan bentuk bagimanapun alasan-Nya. Siapapun merasa berubah itulah yang disebut menggagalkan usaha yang diwariskan oleh nenek moyang dan tete moyang kita. Kebiasaan-kebiasaan merubah tampilan maupun warna dan bentuk maka Merusak wajah anda dan  telah menemukan Runtuhnya Manusia.  Ko lupa itulah ko lupa sejarah, akhirnya dibilang Rumah-Mu Runtuh Tapa sebab akibat. Adat-Mu Itulah yang Disebut Identitas-Mu, & Kebiasaan Itulan Adat-Mu & Itu-lah Sumber H