Artikel.
Seorang seniman terkadang memiliki kepekaan jiwa pada kehidupan melebihi dari kebanyakan manusia lain pada umumnya.
Hal ini bisa terlihat dari ekspresinya saat berkesenian mengisi jejak kehidupan yang mana ia dapat menuangkan getir kegelisahan ataupun manis kekagumannya pada suatu objek bidikan tergantung suasana hati menggelora untuk di suarakan.
Meskipun kelak sang seniman telah tiada akan tetapi buah pemikirannya telah menjadi maha karya yang menaklukan ruang dan waktu, akan terus bercerita laksana hikayat cinta yang terbasuh cumbuan rindu tiada pernah lekang tertelan belenggu kenyataan dalam kelupaan selama roda kehidupan dunia masih bergulir.
Akan tetapi tak semua seniman memiliki maha karya yang merongrong ruang ingatan publik untuk dikenang tentang perjalanan hidupnya saat berkesenian dengan keabadian.
Di Papua nyaris tak ada seorang seniman dari insan seni musik atau musisi yang mampu menciptakan karya lagu hanya dengan beberapa kalimat-kalimat terpilih yang indah bersayap akan tetapi maknanya langsung tertuju pada pulau Papua sehingga membuat masyarakat yang mendiami bumi cenderawasih merasa spesial serta terdoktrin untuk menyatakan kalau lagu itu benar-benar tercipta untuk mereka.
Begitu juga lagu itu mampu menggemparkan serta menghipnotis blantika musik Indonesia. Bukan itu saja siapa pun yang mendengarkan lagu tersebut mulai dari Sabang hingga Merauke sekalipun tak sampai usai lagu berkumandang sudah pasti akan dapat menyimpulkan lagu tersebut memang di persembahkan bagi bumi Papua.
Mungkin hanya seorang Saam Kapissalah yang mampu menciptakan lagu semacam itu akan tetapi berskala universal bukan hanya Papua. Lagu Pusara Tak Bernama milik Saam Kapissa yang di populerkan pertama kali oleh Black Sweet sempat menghebokan panggung percaturan dunia musik di tanah air. Lagu tersebut memiliki kalimat-kalimat yang indah bersayap serta begitu piawai mendoktrin para pendengarnya. Lagu itu menyimpan pesan untuk di sampaikan tentang pemberontakan hati yang terluka.
Khususnya mengenai hilangnya sebuah pengakuan dari getir tragedi di ruang kenyataan sebuah bathin yang terkoyak. Meskipun lagu itu memiliki lirik yang panjang akan tetapi dengan beberapa kalimat saja telah mendoktrin para pendengar di ruang ingatan. Pusara Tak bernama adalah sebuah judul lagu yang sangat kuat hingga dari judul lagu itu saja telah mengikrarkan maksud yang tersampaikan.
Sehingga hari ini ketika kita pergi ke pekuburan umum dan mendapati ada kuburan yang tak memiliki batu nisan untuk di kenang dengan sendiri benak kita akan membathin dalam kegersangan kata "Pusara Tak Bernama."
Hengky MS adalah salah satu roh dan
sang motor penggerak dalam tubuh grup band paling fenomenal sepanjang sejarah musik populer di atas tanah Papua Black Brothers.
Pria kelahiran Inobonto 15 Mey 1949 berdarah Sanger Sulawesi Utara yang sering kali membuat para lidah masyarakat Papua keliru saat menjabarkan namanya sehingga namanya sering di pelintir menjadi Hengky Marantika dalam kekeliruan khilaf ucapan. Ketika Black Brothers pertama kali memasuki dapur rekaman guna menelorkan album perdana mereka yang bertajuk "Irian Jaya 1." Album itu mendapatkan sambutan yang luar biasa dari para penikmat musik tanah air. Itulah album pertama yang mengabarkan tentang kelahiran sebuah grup band paling timur nusantara Black Brothers.
Di dalam album tersebut Black Brothers berhasil merekam keseluruhannya 8 lagu. Dari album itu ada sebuah lagu yang berjudul "Persipura." ciptaan Hengky Ms. Lagu itu berada pada side A nomor urut 3. Lirik lagu Persipura benar-benar telah menyita perhatian masyarakat Papua bahkan di seluruh Nusantara.
Dimana ada kalimat-kalimat indah bersayap yang melejit masuk mendoktrin dalam jiwa dan bersemayam dalam keabadian yakni kata "Mutiara Hitam." Kata mutiara hitam ini terus berdengung mengikuti irama denyut nadi di kehidupan masyarakat Papua hingga detik ini.
Sehingga setiap ada anak-anak Papua yang gemilang dan menonjol dalam salah satu bidang yang di tekuni dengan sendirinya akan di label dengan julukan Mutiara Hitam. Bahkan kata itu telah menjadi julukan Persipura Jayapura semenjak lagu Persipura karya Black Brothers pertama kali berkumandang di blantika musik Indonesia dan grup band tersebut menggapai puncak dari wangi popularitasnya.
Persipura Jayapura merupakan salah satu club paling sukses dan termasyur bergelimang prestasi dalam sejarah sepakbola profesional di kasta tertinggi liga Indonesia. Akan tetapi karena bobroknya menajemen dalam pengelolaan club dengan julukan mutiara hitam itu, kini telah terdegradasi ke dalam naungan kasta kedua liga Indonesia.
Dengan terpuruknya Persipura telah menampar wajah dunia persepakbolaan Papua karena untuk pertama kalinya setelah dua puluh delapan tahun tanah Papua kehilangan wakilnya dalam persepakbolaan di kanca tertinggi liga Indonesia.
Hengky Ms bahkan tak pernah menyangka sebuah lagu yang di ciptakannya kelak akan melahirkan kata-kata yang indah bersayap. Sehingga mendapati apresiasi pengakuan yang abadi sepanjang masa bagi suatu kaum. Untuk mengetahui riwayat serta pengaruh besar Hengky Ms dalam sejarah musik populer di atas tanah Papua lebih jelasnya berada dalam buku biografi Black Brothers jilid 2 yang bertajuk "Black Brothers Senandung Perlawanan Dari Timur. "
Setelah Mutiara Hitam. Kini bertambah lagi Hitam kulit keriting rambut yang merupakan kata-kata indah bersayap berikutnya yang sangat identik dengan tanah Papua terutana orang asli Papua.
Kata-kata itu tercipta dari pemikiran seorang penyanyi, musisi, pecipta lagu, serta penyair beken Indonesia bernama lengkap Franklin Humbert Sahilatua. Pria berdarah Maluku kelahiran Surabaya 16 Agustus 1953. lewat sebuah lagunya yang bertajuk "Aku Papua." Penyanyi yang mengawali debut rekamannya di blantika musik Indonesia bersama sang kakak Jane lewat albumnya "Senja Indah Di Pantai." Pada tahun 1973.
Pria berambut ikal tersebut termasuk salah satu diantara sedikit penyanyi yang mendapati dekapan pengakuan sebagai penyair dalam dunia musik Indonesia. Namanya bersanding mesra dengan beberapa nama-nama top lain semisal Gomloh, Leo Kristy, Ebiet G Ade dan Iwan Fals. Itulah beberapa penyanyi yang memiliki kekuatan lirik di dalam karya-karya yang di ciptakan bernuansa kritik sosial, serta kecintaan yang besar pada alam di samping beberapa lagu-lagu cinta yang menjadi pemanis di setiap album mereka saat mewarnai serta menggemparkan blantika musik Indonesia.
Lagu Aku Papua merupakan hadiah istimewa yang tercipta syarat makna. Lagu itu benar-benar telah di ramu khusus dari seorang Franky Sahilatua dalam merangkai kekaguman kata penuh cinta buat tanah Papua.
Saking membekasnya lagu tersebut buat orang asli Papua sampai-sampai hingga detik ini mereka sering menggambarkan diri mereka lewat ucapan Hitam Kulit Keriting Rambut. Begitu juga mereka identik menjabarkan pulau Papua dengan Surga Kecil Yang Jatuh Ke Bumi. Kata-kata itu setara dengan kata-kata milik Alm Gombloh di dalam salah satu karya lagunya yang berjudul "Lepen." (Lelucon Pendek).
Di dalam lagu tersebut ia bertutur "Kalau Cinta Sudah Melekat, Tahi Kucing Rasa Coklat." Atau kata-kata Iwan Fals di dalam salah satu lagunya yang berjudul "Tikus-tikus Kantor." Sehingga setiap ada korupsi di birokrasi pemerintah selalu saja di konotasikan dalam kata Tikus-tikus Kantor. Atau pun kata Maling Teriak Maling yang di populerkan oleh Iwan Fals dalam lagunya yang berjudul "Sumbang." Itulah contoh beberapa kata-kata di dalam lagu yang telah menjadi slogan atau doktrin yang tumbuh subur dan mewabah begitu menyatu dalam sel kehidupan masyarakat hingga saat ini.
Franky Sahilatua penyanyi balada yang terkenal dengan lagu-lagunya begitu identik dengan irama musik Contry saat menggemparkan blantika musik Indonesia ini memiliki kekuatan lirik yang benar-benar dapat menghipnotis para pengidola lagu-lagunya.
Bahkan sebelum ia menciptakan lagu Aku Papua jauh sebelumnya ia pernah menciptakan sebuah lagu yang berjudul Potret. Lagu itu Pertama kali di rilis pada awal tahun 90-an. Lagu yang mengisahkan tentang arti kehilangan. Sungguh tak dapat di hitung berapa banyak para mahasiswa-mahasiswi fakultas sastra yang sudah membedah, dan mengkaji kekuatan lirik lagu tersebut.
Bukan itu saja bahkan terkadang lagu tersebut dinyanyikan dalam suasana berkabung penuh airmata di rumah duka. Lagu itu dengan pilu menggambarkan tentang makna kehilangan manakala sang maut merengkuh seseorang dari tangkai kehidupan.
Hanya menyisakan kenangan yang berbalut getir menggerogoti ruang ingatan untuk mereka yang di tinggalkan.
Franky Sahilatua, Gombloh, dan Iwan Fals. Konon ketiga bintang musik ini menjadi penyanyi yang mendapatkan julukan penyair, dengan kekuatan lirik yang paling banyak merayu para Mahasiswa dan Mahasiswi untuk tergoda meniliti setiap karya-karya mereka dalam sejarah dunia keartisan di Indonesia.
Karya-karya mereka telah menjadi literasi dalam sejarah wangi kembang sastra bagi ilmu pengetahuan yang menjalar di ruang-ruang akademik.
Kini kedua musisi hebat itu Hengky Ms, beserta Franky Sahilatua telah tiada. Akan tetapi jejak keduanya akan tetap bercerita dengan indah tentang gemilang keabadian manakala lagu keduanya berkumandang di bumi cenderawasih.
Sehingga julukan Mutiara Hitam, Hitam Kulit Keriting Rambut selamanya takkan terpudarkan waktu. Akan tetap menyatu bahkan mendarah daging identik dengan OAP (Orang Asli Papua).
Begitu juga tanpa disadari kalau sesungguhnya kedua musisi ini juga dengan tegas telah mengingatkan pada kita kalau keduanya berasal dari daerah yang memiliki andil besar dan pengaruh kuat dalam membuka sejarah peradaban ilmu pengetahuan di atas tanah Papua dengan cinta.
Menuju matahari perubahan yang terbit lewat para penginjil, atau pun para hamba Tuhan, serta para tenaga pendidik hingga kini tanah Papua telah berada dalam senyuman kebanggaan yang bermahkotakan wangi kecerdasan.
"Sejarah terkadang seperti minyak wangi, bauhnya bisa sangat menyengat kekaguman. Akan tetapi tak jarang seiring dengan memudarnya bauh tersebut, ia dapat saja terlupakan ibarat kebodohan yang menjadi virus. Membunuh wangi kecerdasan di ruang ingatan."
Igir Al, Qatiri
Pertapaan Jiwa
11/7/21
Post. Admind
Tidak ada komentar:
Posting Komentar