Daniel Wakwi , Tentang Samual Beckett
Tetesan air Mata ibunda-Kota Tua Melangkah tanpa Alas Kaki-Masyarakat literasi di Indonesia, terutama yang mengeklaim penyuka karya sastra, saya lihat, belum banyak—bahkan nyaris tidak ada—yang mengenal Samuel Beckett, seorang sastrawan aneh peraih Nobel yang karya-karyanya bernilai luar biasa. Padahal, karya-karya Beckett dapat dijadikan sebagai refrerensi untuk menulis karya sastra yang sarat filosofi, inovatif, dan unik.
‘Waiting for Godot’*, salah satu karya Beckett, menjadi karya “absurd” yang memukau dan sampai hari ini terus dikaji. Absurdisme Beckett diperoleh dari filsafat Camus yang kerap menggambarkan pengalaman sumbang manusia: hubungan antara bahasa dan makna terputus; karakter-karakter dramatis terkilir dari lingkungannya.
Beckett banyak bergumul dengan masalah “keberadaan” dan “ketiadaan”. Namun, perlu saya sampaikan, ia bukanlah seorang eksistensialis seperti Sartre (filsuf dan sastrawan Prancis). Selain dari Camus, Beckett juga mempelajari pemikiran Dante, Descartes, Pascal, dan Proust. Inilah, barangkali, yang membuat karya Beckett sarat dengan pemikiran filsafat, berbeda dengan yang lain, dan unik.
Meski Beckett bukanlah seorang eksistensialis, karya-karyanya dianggap menyempurnakan pemikiran para pemikir eksistensialis. Ketika para pemikir eksistensialis sibuk mengupas tentang makna hidup dalam dunia yang tidak manusiawi, Beckett mengungkapkan “penderitaan murni keberadaan”. Ia mengungkapkan suara penderitaan. Dalam karya triloginya, yaitu ‘Molloy’, ‘Malone Dies’, dan ‘The Unnamable’, Beckett membahas subjek kematian. Menurutnya, bukan kematian yang menjadi kengerian dan sumber absurditas, melainkan kehidupan itu sendiri. Lebih jauh, Beckett berpendapat bahwa kebebasan hanya terjadi di luar waktu. Karena kematian terjadi di dalam waktu, karakter-karakter dalam novelnya mencoba untuk melampaui atau membunuh waktu. Menyadari keabsurdan tindakan itu, karakter-karakter tersebut akhirnya terpaksa berdiam diri dan menunggu sebagai satu-satunya cara untuk menahan penderitaan hidup.
Solusi absurdis atas absurditas dari Beckett, yang ia ekspresikan melalui karya sastra, baik drama teatrikal maupun novel, saya anggap sebagai jawaban atas kebingungan yang selama ini menghinggapi para pemikir eksistensialis.
Karya sastra semacam itu memang membikin pusing para pembaca awam. Akan tetapi, jika karya sastra kita memiliki kualitas yang seperti ini, masyarakat pembaca Indonesia akan cepat pintar. Kalau masyarakat pembaca Indonesia hanya disuguhi karya-karya tulis yang bertemakan perselingkuhan “kampungan”, percintaan “kampungan”, dan sejenisnya, masyarakat pembaca tidak menjadi pintar; sebaliknya, mereka menjadi semakin bodoh.
___________________________
*Karena Facebook tidak memiliki fitur huruf miring, tanda petik tunggal (‘…’) saya maksudkan sebagai pengganti huruf miring.
JSA
Post. Admind
Riwayat Hidup Samuel Beckett
Samuel Beckett
Bahasa
Pantau
Sunting
Pelajari selengkapnya
Artikel ini perlu diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.
Artikel ini ditulis atau diterjemahkan secara buruk dari Wikipedia bahasa Inggris.
Jika halaman ini ditujukan untuk komunitas bahasa Inggris, halaman itu harus dikontribusikan ke Wikipedia bahasa Inggris. Lihat daftar bahasa Wikipedia.
Artikel yang tidak diterjemahkan dapat dihapus secara cepat sesuai kriteria A2.
Jika Anda ingin memeriksa artikel ini, Anda boleh menggunakan mesin penerjemah. Namun ingat, mohon tidak menyalin hasil terjemahan tersebut ke artikel, karena umumnya merupakan terjemahan berkualitas rendah.
Samuel Barclay Beckett (13 April 1906 – 22 Desember 1989) adalah seorang novelis avant-garde dari Irlandia, penulis buku, naskah drama drama, puisi, dan sutradara teater. Ia juga menerjemahkan banyak karya sastra terkenal lainnya. Samuel dianugerahi Hadiah Nobel Sastra pada 1969. Naskah dramanya yang paling terkenal adalah Menunggu Godot (bahasa Inggris: Waiting For Godot) yang sering dipentaskan di panggung pertunjukan dan ditayangkan di stasiun televisi. Banyak dramawan dan sastrawan yang berpendapat bahwa dia adalah penulis terpenting abad ke-20. Banyak buku tentang dia yang telah ditulis. Meskipun tinggal di Paris, dia menulis karya-karyanya dalam dua bahasa; Inggris dan Prancis.
Samuel Beckett
Lahir
Samuel Barclay Beckett
13 April 1906
Foxrock, Dublin, Irlandia
Meninggal
22 Desember 1989 (umur 83)
Paris, Prancis
Nama pena
Andrew Belis (Recent Irish Poetry)[1]
Pekerjaan
Novelis, penyair, penulis cerita pendek, sandiwara, dan esai
Bahasa
Inggris, Prancis
Kebangsaan
Irlandia
Genre
Drama, prosa
Aliran sastra
Postmodernisme, Theatre of the Absurd
Penghargaan
Penghargaan Nobel dalam Sastra
1969
Philosophy career
Dipengaruhi
Dante Alighieri, Arnold Geulincx, James Joyce, Marcel Proust, Jean Racine, Arthur Schopenhauer, J.M Synge, W.B. Yeats, Seán O'Casey, Sartre
Memengaruhi
Edward Albee, Paul Auster, John Banville, Donald Barthelme, William S. Burroughs, Italo Calvino, Marina Carr, J. M. Coetzee, Don DeLillo, Philip K. Dick, Václav Havel, Eugene Ionesco, B. S. Johnson, Sarah Kane, Derek Mahon, David Mamet, Bruce Nauman, Edna O'Brien, Jamie O'Neill, Damian Pettigrew, Harold Pinter, Alberto Ruy-Sánchez, Sam Shepard, Tom Stoppard
Website
http://samuel-beckett.net
Teater.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar