Kamis, 09 Mei 2024

PENTINGNYA PERSAHABATAN (Kipo Moti)

Artikel.
Oleh. Joseph Kotva

(Diadaptasi dari Joseph Kotva: Seeking Out Good Friends)
Tetesan Air Mata Ibunda Kota Tua-Holandia-Melangkah Tanpa Alas Kaki-"Saya yakin kalian tidak menyesal setelah membaca tulisan ini (Sangat baik bagi kaum Berjubah)"

Keutamaan pastoral yang perlu diperhatikan: KEHADIRAN. Kehadiran berarti ada bersama yang lain yang mengkomunikasikan dukungan Gereja dan kehadiran Tuhan di tengah-tengah kebingungan dan kesedihan. Kehadiran berarti kita memilih bahasa tubuh dan nada suara serta kata-kata yang tepat. Kehadiran berarti kemampuan untuk memilih kapan kita perlu berdoa, kapan perlu membaca Kitab Suci, kapan perlu duduk menemani dalam kesedihan, kapan perlu membiarkan seseorang untuk sendiri. Keutamaan ini tidak bisa dipelajari dari buku atau pun diperoleh secara instan.

Menjadi apakah kita sekarang ini merupakan hasil dari persahabatan yang kita bangun. Persahabatan merupakan keutamaan. Dalam pembicaraan tentang persahabatan sebagai keutamaan, kita mengacu pada sahabat yang nilai-nilainya kita pegangbersama dan kehadirannya sungguh meneguhkan.

Persahabatan merupakan komponen intrinsik (mendasar) yang perlu bagi kehidupan manusia. Persahabatan bukan hanya suatu yang instrumental. Persahabatan yang sejati melibatkan intimitas, kepercayaan, kepedulian, komitmen, mengenali persamaan dan perbedaan di antara sahabat. Kita melihat relasi seperti itu sungguh berharga. Persahabatan memperkaya hidup kita. Berbagi pengalaman, kebaikan, dan komitmen merupakan sesuatu yang sungguh berharga.

persahabatan menjadi konteks utama bagi perkembangan penilaian dan karakter moral. Kita saling mempengaruhi dan membentuk dalam formasi moral. Ada beberapa mekanisme dalam formasi moral lewat persahabatan:

1). Peran sahabat dalam diskresi moral. Kita biasanya meminta nasehat dan mendiskusikan penilaian yang telah kita ambil. Nasehat dari mereka yang sungguh dekat dengan kita akan memengaruhi kita. Sahabat menyediakan telinga untuk mendengarkan. Sahabat yang baik akan mendengarkan, tidak menasehati atau memberi kritik. Dengan mendengarkan, mereka menyediakan ruang bagi kita untuk mengambil jarak dari permasalahan yang sedang kita gulati dan melihat dengan lebih jernih.

2). Persahabatan menjadi undangan kepada nilai-nilai dan aktivitas. Jika sahabat yang kita hargai memegang erat suatu komitmen atau aktivitas, kita akan cenderung untuk meminta komitmen dan aktivitas tersebut sebagai sesuatu yang berharga. Kita akan menghabiskan waktu bersama sahabat kita dalam hal-hal yang memang penting bagi sahabat kita tersebut. Kita juga akan termotivasi untuk membangun kemampuan seturut aktivitas yang disukai sahabat kita.

3). Sahabat itu memiliki kesamaan dan perbedaan dari kita. Dalam kesamaan, sahabat menyediakan suatu cermin moral. Kita melihat nilai dan keutamaan (juga keburukan) yang terwujud dalam diri yang lain. Kita memiliki pemahaman diri yang lebih baik karena kita melihat diri kita dalam diri sahabat kita. Di sisi lain, kita berbeda dari sahabat kita. Kita juga dapat belajar dari perbedaan tersebut untuk menemukan keutamaan yang belum kita miliki. Rasa hormat terhadap sahabat membuat kita ingin menjadi seperti sahabat kita lewat proses pengayaan yang imajinatif. Dengan mengamati dan mendengarkan sahabat kita, kita dapat menjadikan dan membangun karakter-karakter keutamaan dalam diri kita.

4). Perbedaan juga ditemukan dalam perspektif yang kita miliki. Sahabat melihat dari perspektif yang unik yang berbeda dari kita. Lewat kolaborasi atas proyek, berbagi pengalaman, dan mendengarkan kisah satu sama lain, kita dapat belajar melihat sesuatu dari perspektif sahabat kita. Kita belajar membaca situasi secara baru.

5). Formasi moral juga kita temukan dalam kepuasan yang menemani aktivitas bersama. Kegembiraan yang kita alami dari kerja bersama membuat kita sungguh terlibat dan terhindar dari kebosanan. Kita sungguh-sungguh total terhadap apa yang kita jalani bersama. adanya nilai kebersamaan yang kita pegang atas aktivitas tersebut meneguhkan betapa berharganya hal tersebut. Kehadiran sahabat menjadi sesuatu yang amat penting. Dalam kehidupan moral, usaha untuk menghadirkan keadilan, belas kasih, kemurahan hati, dan keutamaan lain akan sungguh menggerakkan diri kita ketika kita memiliki sahabat yang berjuang demi tujuan yang sama. Tanpa sahabat, usaha untuk mempertahankan perjuangan tersebut akan lebih berat.
_________

Persahabatan amat penting dalam pembentukan identitas, karena bagaimana kita dapat melihat diri kita (gambaran diri kita), mengapresiasi diri kita, ternyata dipengaruhi oleh orang lain. Dalam persahabatan, kita akan menemukan kesalingan (resiprositas).

Keutamaan seperti integritas, pemeliharaan diri, dan harga diri amatlah tergantung dari sahabat. Integritas, yang merupakan kombinasi atas konsistensi, kejujuran,, dan kehormatan, sangat tergantung dari rasa akan diri yang kuat, dan ini diberikan oleh sahabat. Kita belajar untuk menghormati dan menjaga diri kita karena kita dijaga dan dihormati oleh sahabat yang kita cintai dan hormati.

Dengan demikian, persahabatan amatlah penting bagi kehidupan moral. Dari perspektif keutamaan, persahabatan yang baik adalah sesuatu yang berharga dan penting bagi formasi moral kita. Sahabat menasehati dan memberi masukan, mengundang kita kepada nilai-nilai dan komitmen, membawa peran sebagai cermin, memberi perspektif baru dalam melihat dan mengalami dunia, melindungi kita dari kebosanan, dan membentuk gambaran/pemahaman diri.

Kita yang peduli pada etika dalam pelayanan perlu memberi perhatian yang besar pada persahabatan. Sebagai contoh, kebutuhan akan identitas pastoral. Ada kebutuhan akan perhatian terhadap etika untuk mengklarifikasi identitas pastoral. Meskipun demikian, identitas pastoral tidak dapat ditemukan hanya dengan kode etik atau gambaran akan pelayanan. Perhatian juga perlu diberikan pada persahabatan. Kita membutuhkan sahabat yang mengingatkan akan tujuan dan nilai pelayanan, sahabat yang menunjukkan identitas pastoral yang kuat, sahabat yang akan menemani pergulatan kita dalam menemukan gambaran yang tepat tentang pelayanan.

Hal yang sama juga berlaku bagi integritas. Integritas hendaknya terwujud dalam karakter, tindakan, dan visi moral. Konsistensi dan dapat dipercaya menjadi prasyarat bagi pelayanan yang baik. Perlu diperhatikan, hidup beritegritas memerlukan teman yang baik. Ada banyak ancaman terhadap integritas: pelemahan peran pelayanan dalam masyarakat, umat yang selalu kritis, umat yang sangat menghormati kita, tekanan untuk mengorbankan kebenaran demi efisiensi atau "kedamaian". Sahabat kita butuhkan untuk menjaga kita tetap pada jalan yang benar.

Ada berbagai jenis persahabatan. persahabatan antar anggota dalam Serikat/Tarekat tentu berbeda dengan persahabatan antar klerus dengan umat, atau antar klerus dengan masyarakat di luar Gereja. Persahabatan yang dijelaskan dalam tulisan ini menekankan persahabatan antar klerus dengan mereka yang ada dalam kepemimpinan Gereja. Persahabatan tersebut berbagi fokus akan kebaikan Gereja, juga kesetaraan dalam status sosial dan kekuasaan.

Marilah mengusahakan persahabatan yang baik. Hidup dalam pelayanan sering kali menuntut banyak dari kita sehingga tidak ada lagi waktu/energi/peneguhan/kesempatan bagi kita untuk mengembangkan persahabatan yang berkualitas. Kita semua dipanggil untuk menunjukkan makna saat sedih dan gembira; kita diharapkan tetap setia pada pesan Injil di tengah-tengah ambiguisitas kehidupan. Ini semua menjadi sesuatu yang mustahil tanpa persahabatan yang baik yang mampu memberi nasehat dan mengingatkan kita, yang mampu membantu kita memahami ketika visi kita mulai kabur, dan yang mampu menjadi teladan untuk kita ikuti.

(Disadur dari buku "Pelayanan Profesional Gereja katolik dan Penyalahgunaan Wewenang Jabatan", hlm. 143-146).

Post. Admin 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOMITMEN BUPATI TOLIKARA, TIDAK BOLEH ADA NYAWA YANG HILANG SIA SIA KARENA DITOLAK OLEH LAYANAN RUMAH SAKIT

Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua- Tolikara -Melangka Tanpa Alas Kaki-    Tanah Injil Tolikara - Beberapa waktu lalu, Tanah Papua...