Tetesan Air Mata Ibunda Kota Tua Hollandia Jayapura-Melangkah Tanpa Alasan Kaki-Gerakan mahasiswa di Indonesia telah memainkan peran penting dalam sejarah politik negara ini. Namun, anggapan bahwa gerakan ini berdiri sendiri dan murni didorong oleh idealisme mahasiswa adalah sebuah simplifikasi. Sejak masa Orde Lama, Orde Baru, hingga era Reformasi, gerakan mahasiswa sering kali menjadi bagian dari dinamika perebutan kekuasaan yang lebih luas.
Tulisan ini merupakan opini saya bahwa, gerakan mahasiswa dalam berbagai periode tersebut bukanlah entitas yang mandiri, melainkan bagian dari perjuangan politik yang lebih besar dan sering kali dipengaruhi oleh kekuatan eksternal.
Gerakan Mahasiswa Orde Lama: Perang Dingin dan Pengaruh Blok Barat
Pada masa Orde Lama, misalnya, gerakan mahasiswa memiliki peran signifikan dalam menggoyang pemerintahan Presiden Soekarno. Gerakan mahasiswa yang menuntut penurunan Bung Karno tidak bisa dipisahkan dari konteks Perang Dingin antara Blok Barat (NATO) dan Blok Timur (Warsawa). Pada saat itu, Indonesia, di bawah kepemimpinan Soekarno, cenderung mendekat ke Blok Timur dengan kebijakan yang anti-imperialisme dan pro-sosialis.
Gerakan mahasiswa, khususnya yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), muncul sebagai kekuatan penentang Soekarno. Namun, tidak dapat diabaikan bahwa gerakan ini dianggap mendapatkan dukungan dari elemen-elemen yang pro-Barat. Pengaruh CIA dan organisasi intelijen Barat lainnya dalam mendukung gerakan mahasiswa anti-Soekarno dianggap ikut menyokong gerakan ini. Dengan dukungan ini, gerakan mahasiswa berperan dalam melahirkan situasi yang mendukung munculnya kekuatan militer yang dipimpin oleh Jenderal Soeharto, yang akhirnya menggulingkan Soekarno.
Peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru menandai era baru dalam politik Indonesia, dengan Soeharto memegang kendali penuh. Namun, pada akhir 1990-an, ketidakpuasan terhadap pemerintahan Soeharto meningkat drastis. Gerakan mahasiswa kembali muncul sebagai kekuatan utama yang menuntut reformasi dan penurunan Soeharto.
Meskipun gerakan mahasiswa ini tampak sebagai perwujudan dari idealisme generasi muda yang menginginkan perubahan, tidak bisa diabaikan adanya indikasi bahwa gerakan tersebut ‘disponsori’ pula oleh kekuatan asing, terutama Amerika Serikat. Tuduhan bahwa Soeharto menjalankan pemerintahan secara diktator dan melanggar hak asasi manusia menjadi alasan yang digunakan untuk mendiskreditkan pemerintahannya. Namun, di balik itu, ada anggapan bahwa Amerika Serikat merasa Soeharto tidak lagi sepenuhnya mendukung kepentingan mereka. Setelah bertahun-tahun menjadi sekutu strategis, Soeharto dianggap semakin menunjukkan kemandirian yang tidak sejalan dengan kepentingan AS di kawasan Asia Tenggara, khususnya di Indonesia.
Pasca Reformasi, Indonesia memasuki era demokrasi yang lebih terbuka, tetapi ini juga berarti bahwa gerakan mahasiswa tidak lagi murni bersifat idealis. Banyak organisasi mahasiswa ekstra kampus yang terkontaminasi oleh kepentingan partisan dan senior-senior mereka yang telah menjadi politisi atau pengusaha.
Gerakan mahasiswa dalam era ini sering kali diwarnai oleh pragmatisme, di mana aksi-aksi yang dilakukan lebih mencerminkan kepentingan politik atau ekonomi tertentu daripada idealisme perubahan yang murni. Misalnya, dalam berbagai demonstrasi besar yang terjadi pasca-Reformasi, sering ditemukan bahwa aksi-aksi tersebut didanai oleh pihak-pihak tertentu yang memiliki agenda politik atau bisnis. Ini menunjukkan bahwa gerakan mahasiswa telah menjadi alat bagi berbagai kekuatan politik untuk mencapai tujuan mereka.
Kesimpulan: Gerakan Mahasiswa Sebagai Bagian dari Dinamika Politik
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa gerakan mahasiswa di Indonesia, baik pada masa Orde Lama, Orde Baru, maupun era Reformasi, tidak pernah sepenuhnya berdiri sendiri. Gerakan-gerakan tersebut selalu menjadi bagian dari pusaran kekuasaan yang lebih besar, sering kali dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan eksternal.
Pada masa Orde Lama, gerakan mahasiswa secara tidak langsung menjadi perpanjangan tangan Blok Barat dalam konteks Perang Dingin. Pada masa Orde Baru, gerakan mahasiswa yang menumbangkan Soeharto juga diduga kuat mendapat dukungan dari Barat. Sedangkan pada era Reformasi, gerakan mahasiswa telah terkontaminasi oleh kepentingan partisan dan pragmatisme. Dengan demikian, gerakan mahasiswa di Indonesia lebih tepat dilihat sebagai organ taktis dari berbagai ideologi dan kepentingan politik yang berkembang pada masanya.
(Foto ilustrasi: AJN, CNN Indonesia, Detikcom)
Pos. Admin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar