Sabtu, 30 November 2024

Tanah Papua kehilangan seorang musisi legendaris bumi Cendrawasih

Tetesan Air Mata Ibunda Kota Tua, Holandia Jayapura -Melangkah Tanpa Alas Kaki_ Dicky J Mamoribo. Dicky, penciptaan lagu berjudul Jayapura, dikabarkan menghembuskan nafas terakhir di Jayapura hari ini, Sabtu (30/11/24).

Dicky adalah musisi pentolan Air Mood, grup band yang meroket dan meramaikan dunia musik tanah air erah 1980-an. Grup musik ini dikawal musisi asli Papua: Johanes The, Williamz Tito Rumbewas, Akon Bonay, Dicky Mamoribo, Luther ‘Bhi-Chiq’ Muabuay, dan Ian Gebze.
Salah satu lagu karya Almarhum berjudul Masuk Hitam Keluar Putih dalam album Masuk Hitam Keluar Putih grup Airmood Abresso. Lagu Masuk Hitam Keluar Putih itu pernah dinyanyikan dalam sebuah acara di TVRI. Selamat jalan menuju rumah Bapa di Surga, om Dicky. Terima kasih baktimu semasa hidup memajukan dunia musik. Damailah di sisi-Nya. Yegema.

Wilayah perang tidak Ada warga sipil, mereka yang beroperasi di wilayah perang adalah bagian dari Indonesian security forces.

Tetesan Air Mata Ibunda, Kota Tua Holandia , Melangkah Tanpa Alas Kaki_There are no civilians in the war zone, those operating in the war zone are part of the Indonesian security forces.
___________________________

The TPNPB News-Per 22 November 2024

Shared by:
Sebby Sambom (Jubir KOMNAS TPNPB)

TPNPB Tembak Mati 2 Intelejen Militer Indonesia Di Puncak Jaya

Siaran Pers Manajemen Markas Pusat KOMNAS TPNPB Per Kamis, 21 November 2024

Silahkan ikuti laporan dibawa ini.!

Manajemen Markas Pusat KOMNAS TPNPB telah menerima laporan resmi dari Komandan Operasi TPNPB Kodap XXVII Mayor Kelenak Murib pada hari ini Kamis, 21 November 2024 jam 21:40 malam bahwa; Kami telah melakukan penembakan terhadap dua anggota intelejen Militer Indonesia di Pos Maleo Puruleme daerah Sinak jam 13.30 siang.

Dan atas kejadian tersebut panglima TPNPB Kodap XXVII Bridjen Militer Murib menyampaikan bahwa itu atas perintah saya dan kami siap bertanggung jawab atas penembakan tersebut.

Dalam laporan lebih lanjut Bridjen Militer Murib menyampaikan bahwa warga Indonesia yang berkulit putih untuk segera keluar dari wilayah operasi TPNPB Kodap XXVII karena kami anggap itu sebagai agen intelejen Militer Indonesia yang memasuki wilayah zona merah atau wilayah perang. Jika kami dapat siap ditembak mati.

Atas kejadian tersebut Manajemen Markas Pusat KOMNAS TPNPB mengumumkan kepada warga transmigrasi indonesia yang telah memasuki wilayah operasi TPNPB di 36 Kodap setanah Papua siap ditembak mati karena itu adalah Milisi Indonesia yang dikirim oleh Prabowo Subianto dengan misi khusus terutama memasuki wilayah Papua yang sedang dalam keadaan konflik bersenjata.

Kami juga menyampaikan kepada seluruh warga Papua agar menjaga seluruh hak-hak masyarakat adat dan berhenti menjual tanah kepada pemerintah Indonesia karena itu di anggap saja dengan membunuh generasi Papua yang akan datang dan bertindak demi tanah air dan Ideologi bangsa Papua.

Demikian Siaran Pers Manajemen Markas Pusat KOMNAS TPNPB Per Kamis, 21 November 2024 oleh Sebby Sambom Jubir TPNPB OPM.

Dan terima kasih atas kerja sama yang baik.

Penanggungjawab Nasional Komando Markas Pusat Komando Nasional TPNPB-OPM. 

Jenderal Goliath Tabuni
Panglima Tinggi TPNPB-OPM 

Letnan Jenderal Melkisedek Awom
Wakil Panglima TPNPB-OPM 

Mayor Jenderal Terianus Satto
Kepala Staf Umum TPNPB-OPM

Mayor Jenderal Lekagak Telenggen
Komandan Operasi Umum TPNPB-OPM.

Post.admin

STOP JUAL TANAH DI PAPUA

Tetesan Air Mata Ibunda Kota Tua Holandia, Melangkah Tanpa Alas Kaki- Tanah Papua adalah jantung kehidupan masyarakat adat, simbol identitas, dan warisan leluhur yang tak tergantikan. Lebih dari sekadar hamparan lahan, tanah ini adalah penghubung antara manusia, budaya, dan alam. Namun, hari ini, tanah Papua berada dalam ancaman besar akibat maraknya penjualan kepada pihak luar yang tidak memahami nilai tanah ini bagi masyarakat adat.

*1. Makna Tanah Papua*
Bagi masyarakat Papua, tanah adalah simbol kehidupan. Ia adalah tempat tinggal, sumber pangan, dan ruang untuk menjalankan tradisi adat yang telah diwariskan oleh leluhur. Di setiap sudut tanah ini, ada nilai spiritual, sosial, dan budaya yang menjadikannya tak ternilai.

Selain itu, tanah Papua adalah pusat kekayaan alam yang menopang kehidupan lokal. Hutan yang lebat, sumber air yang melimpah, serta keanekaragaman hayati yang kaya merupakan bagian dari tanah ini. Hilangnya tanah berarti hilangnya jati diri dan sumber kehidupan.

*2. Bahaya Penjualan Tanah*
Penjualan tanah Papua kepada pihak luar membawa banyak dampak negatif, baik bagi masyarakat maupun lingkungan:

*_Hilangnya Hak Generasi Mendatang_*: Tanah yang dijual tak dapat digantikan, meninggalkan generasi muda tanpa akses terhadap warisan leluhur.

*_Eksploitasi yang Merusak_*: Setelah dijual, tanah sering dieksploitasi tanpa mempertimbangkan keseimbangan ekosistem, menyebabkan kerusakan lingkungan yang permanen.

*_Lunturnya Identitas Budaya_*: Tanah adalah ruang bagi budaya dan tradisi. Jika tanah berpindah tangan, budaya lokal kehilangan tempat untuk berkembang.

*_Ketimpangan Ekonomi_*: Penjualan tanah tidak membawa kesejahteraan. Sebaliknya, masyarakat Papua sering kali tetap hidup dalam kemiskinan sementara keuntungan dinikmati oleh pihak luar.

*3. Pentingnya Menjaga Tanah Papua*
Menjaga tanah Papua adalah langkah untuk melindungi warisan leluhur dan menciptakan masa depan yang mandiri.

*_Ekonomi Berkelanjutan_*: Tanah dapat dimanfaatkan untuk pertanian, peternakan, atau pariwisata be.

Jumat, 22 November 2024

SETELAH SEKIAN LAMA BERSEMBUNYI DI BELANDA

PERANCANG DAN PENCIPTA BENDERA BINTANG KEJORA DAN SEKALIGUS PENDIRI OPM KEMBALI KE INDONESIA

NIKOLAS JOUWE KEMBALI KE DALAM PANGKUAN IBU PERTIWI DAN NKRI

WAFAT SEBAGAI PAHLAWAN INDONESIA DAN NKRI
-------------------------------------------------------------

Organisasi ini didirikan oleh Nicolaas Jouwe.

Sang pendiri OPM papua ini setelah sekian lama bersembunyi di BELANDA akhirnya mau kembali pulang ke indonesia atas bujuk rayu mantan president SBY dan menyatakan kembali sebagai seseorang yang mencintai NKRI.

Bahkan Nicolaas Jouwe berani melanggar sumpahnya sendiri untuk tidak kembali ke Papua jika masih dikuasai oleh republik Indonesia.

Nicolaas Jouwe kembali ke Indonesia pada 2009 silam dan akhirnya menetap di Indonesia.

Pendiri OPM tersebut bahkan bertekad untuk membaktikan sisa hidupnya untuk kemajuan tanah kelahirannya di Papua.

Delapan tahun berada di Indonesia, Nicolaas Jouwe akhirnya meninggal dunia di Jakarta pada 16 September 2017 dalam usia 94 tahun

Nicolaas Jouwe adalah pendiri OPM yang memilih kembali ke pangkuan NKRI dan meninggal dalam kondisi sudah menjadi Warga Negara Indonesia (WNI).

Dia juga mendapatkan penghargaan dari Presiden SBY berupa Bintang Jasa Nararya.

• Kisah Kepulangan NIKOLAS JOUWE ke Indonesia

Berkalung bunga, bertopi fedora,Nicolaas Jouwe berdiri di Bandara Sentani, Papua.

Tongkat penopang dia lepaskan dari tangan, badannya membungkuk dan akhirnya tengkurap.

Dia mencium tanah Papua, melunasi rindu yang menggebu.

Sosok paling penting di balik bendera kontroversial dari Bumi Cenderawasih, yakni Bendera Bintang Kejora, atau sering juga disebut sebagai Bendera Bintang Fajar (Morning Star Flag).

"Saya lah yang membuat Bendera Bintang Kejora yang pertama kali dikibarkan pada 1 Desember 1961," kata Nicolaas dalam bukunya, 'Kembali ke Indonesia: Langkah, Pemikiran, dan Keinginan' dikutip dari Tribun Papua. com.

Nicolaas lahir di Hollandia (saat ini Jayapura) pada 24 November 1924.

Garis tangan, begitulah istilah yang dia gunakan, membawanya menjadi tentara meski tak pernah ingin jadi tentara.

Garis tangan pula yang membawanya menjadi salah satu tokoh Papua di masa silam meski dia mengaku tak menginginkan sebutan itu.

Nicolaas adalah satu dari alumni sekolah pamong praja di Jayapura yang didirikan Residen Belanda, Jan Pieter Karel van Eechoud.

Sekolah itu didirikan van Eechoud pada 1944, termasuk juga sekolah polisi.

Atas jasanya mendidik orang Papua, van Eechoud dijuluki Bapak Orang Papua.

Melalui sekolah itulah kelas elite terdidik Papua lahir dan mewarnai pergerakan politik, baik yang pro-kemerdekaan maupun yang pro-Indonesia.

Selain Nicolaas, ada nama Frans Kasiepo, Markus Kasiepo, Silas Papare, Elieser Jan Bonay, Lukas Roemkorem, hingga Abdullah Arfan.

Semuanya alumni sekolah yang didirkan van Eechoud.

Dijelaskan Jon RG Djopari dalam bukunya, 'Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka', elite terdidik Papua kemudian pecah menjadi tiga orientasi politik. Pertama, pro-Papua merdeka pro-Belanda.

Kedua, pro-Papua merdeka anti-Belanda. Ketiga, pro-Indonesia.

Nicolaas Jouwe digolongkan sebagai pro-Papua merdeka yang kooperatif dengan Belanda.

Sebenarnya, Nicolaas Jouwe sempat ikut dalam Komite Indonesia Merdeka (KIM) bentukan Dr JA Gerungan di Hollandia (saat ini Jayapura) pada 1945.

Namun ada kekecewaan saat KIM berubah menjadi Partai Indonesia Merdeka (PIM), apalagi saat konferensi Denpasar pada 1946 tak menyertakan wakil dari Papua.

Konferensi itu sendiri menghasilkan Negara Indonesia Timur, pihak Indonesia menyebut itu adalah karya politik divide et impera Belanda.

Belakangan, Jouwe berubah menjadi seorang pemimpin Papua yang anti-Indonesia.

Jouwe ikut dalam aktivitas Gerakan Persatuan Nieuw Guinea yang dibentuk Belanda untuk menentang pengaruh Indonesia.

Mulai dari sini, nasionalisme Papua dibentuk.

Pada masa pemerintah Belanda, kawasan yang kini disebut sebagai Papua bagian Indonesia bernama Nederland Nieuw Guinea (Nugini Belanda).

Nicolaas terpilih menjadi wakil presiden Dewan Nugini (Nieuw Guinea Raad), mendampingi presiden bernama Frits Sollewijn Gelpke, seorang pegawai negeri Belanda.

Saat itu Nicolaas berjuang agar semua pihak menghormati hak-hak orang Papua untuk menentukan nasibnya sendiri sebagai bangsa merdeka.

Bendera Bintang Kejora dibikinnya, bercorak 13 garis biru dan putih horisontal, angka itu melambangkan jumlah rencana kawasan yang akan dikembangkan. Adapun gambar bintang adalah simbol cita-cita.

Nicolaas lewat buku karya Danilyn Rutheford menyatakan bintang itu bermakna pengharapan, salah satu elemen dalam kebajikan Kristiani yakni iman, kasih, dan pengharapan.

• Bendera bintang kejora sering dibawa oleh KKB-TPNPB-OPM Papua

Ada pula yang menafsirkan bintang kejora dengan mitos Manarmakeri dari Biak.

Manarmakeri dikisahkan menderita penyakit kudis yang membuat dia dikucilkan dari kampungya.

Manarmakeri bertemu dengan Sampari (bintang pagi/bintang kejora) yang penuh kesaktian.

Mitos soal Manarmakeri ini juga berhubungan dengan Koreri, keadaan hidup sejahtera dan abadi.

Suatu saat Manarmakeri akan kembali ke kampungnya membawa Koreri.

Koreri sendiri menjadi gerakan mesianisme. Hal ini dijelaskan dalam catatan kaki 'Papua Road Map' karya Muridan dan kawan-kawan.

Setelah Bintang Kejora karya Nicolaas terpilih menjadi bendera Papua Barat, maka pada 1 Desember 1961, bendera itu dikibarkan di samping Bendera Belanda untuk pertama kalinya.

Kelak, tanggal itu akan diperingati sebagai berdirinya Negara Papua Barat yang diakui otoritas Belanda.

Proses politik berlanjut melewati Perjanjian New York. Papua akan diserahkan Belanda ke Indonesia melalui lembaga PBB bernama UNTEA.

Setelah Papua diserahkan ke UNTEA pada Oktober 1962 dan enam bulan kemudian diserahkan ke Indonesia, Jouwe meninggalkan Papua dan pergi ke Belanda.

Dia menetap di kota Delft, bersumpah tak akan pernah kembali ke tanah kelahirannya jika masih diduduki oleh Indonesia.

Adapun gerakan melawan Indonesia di Papua terus berlanjut saat Nicolaas tinggal di Belanda.

Nama Nicolaas diusulkan oleh 'Organisasi Perjuangan Menuju Kemerdekaan Negara Papua Barat', cikal bakal OPM, sebagai wakil presiden yang mendampingi presiden Markus Kaisiepo.

Nicolaas yang berada di Belanda yang semula ragu kemudian berhasil diyakinkan soal perjuangan di Papua Barat (kawasan yang sekarang disebut sebagai Provinsi Papua dan Papua Barat, Indonesia).

Hingga 2008, Jouwe masih menegaskan sikap untuk tak kembali ke Papua yang menjadi wilayah Indonesia.

Hingga menginjak 2009, ada surat dari Indonesia yang sampai ke Den Haag.

Surat itu berasal dari Presiden ke-7 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) khusus untuk Nicolaas.

Sebagaimana diceritakan Nicolaas dalam bukunya, surat itu dibawa oleh delegasi Fabiola Ohee, Ondofolo (Kepala Adat) Frans Albert Yoku, Nicolas Simeon Meset, pilot putra Papua lulusan ITB, dan Pendeta Adolf Hanasbey.

Semua orang itu mendatangi Nicolaas khusus untuk mengantarkan surat dari SBY. Isi surat itu adalah ajakan SBY kepada Nicolaas untuk pulang ke Tanah Air.

"Saya menilai surati ini ditulis halus sekali, sebuah undangan yang bagus, dan saya merasakan bahwa surat ini ditulis dengan hati dan tulus. Surat ini ditulis bukan dengan otak tapi dengan hati. Tuhan Yesus bersabda: Percayalah dengan hati, jangan dengan otak," kata Nicolaas.

Istimewa

Nichola Jouwe cium tanah Papua saat dirinya baru saja menginjakkan kaki lagi di Jayapura

Dia tersentuh oleh surat itu dan segera ingat ayat Injil, bahwa yang lembut hatinya akan mewarisi bumi.

Nicolaas kemudian melangkah menemui Duta Besar RI di Belanda saat itu, Fanie Habibie dan segera akrab sambil bertukar pantun dalam Bahasa Ambon.

Segera terbayang masa lalu perjuangannya memerdekakan Papua dari Indonesia.

Kali ini bayangan itu tak disertai heroisme.

"Saya telah menyadari bahwa yang diperjuangkan selama ini merupakan pilihan yang salah. Kini saya melihat bahwa perhatian pemerintah Indonesia dan kondisi politik sudah berbeda terhadap Papua," kata dia.

"Saya akan kembali selama-lamanya di Papua, Indonesia. Sekali Indonesia merdeka, tetap merdeka," kata salah satu tokoh utama dalam sejarah OPM ini.

Nicolaas akhirnya berangkat ke Jakarta dan melanjutkan terbang ke Papua di usianya yang ke-85 tahun.

"Saya mesti pulang, pulang dengan hati gembira." 

Rabu, 13 November 2024

Lima komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Fakfak dinonaktifkan oleh KPU RI karena dinilai telah melakukan pelanggaran kode etik.

Tetesan Air Mata Ibunda,Kota tua Fakfak -Melangkah Tanpa Alas Kaki- Ketua KPU Provinsi Papua Barat, Paskalis Semunya dalam konferensi pers yang digelar secara daring diikuti belasan insan pers di wilayah Papua Barat, Rabu (13/11) malam menyampaikan, lima anggota KPU Kabupaten Fakfak diberhentikan sementara karena tidak mengindahkan hasil telaah dan pendampingan KPU Provinsi Papua Barat, sumber amedia tribun.

Dijelaskan Paskalis Semunya, KPU Provinsi sudah melakukan pendampingan terkait adanya rekomendasi dari Bawaslu setempat, namun hasil telaah sesuai aturan perundang-undangan dinilai lemah sehingga tidak dapat ditindaklanjuti karena tidak memenuhi pasal 71 ayat (5) UU Pilkada.

“Nampaknya setelah pendampingan dari KPU Provinsi hal itu tidak dilaksanakan. sehingga atas perbuatan membangkang maka KPU Fakfak telah melanggar hirarki. Dengan demikian sudah harus dilakukan pemeriksaan internal. Sehingga KPU RI me-nonaktifkan ketua dan anggota KPU Fakfak”, jelas Paskalis.

“Jangan bikin gerakan sendiri. Kita ini satu perintah. Siapa yang melawan out”, sambungnya menambahkan.

Dengan di-nonaktifkannya kelima anggota KPU Fakfak, maka tahapan Pilkada yang tersisa 14 hari kedepan diambil alih oleh KPU RI.

“Pantas dan layak di-nonaktifkan, supaya kita kembalikan integritas dan hirarki lembaga ini”, tegas Paskalis.

Sementara itu, terkait keputusan KPU Fakfak yang mendiskualifikasi Paslon Utayoh sebagai peserta Pilkada Fakfak 2024, Paskalis mengatakan, pihaknya masih menunggu putusan Mahkamah Agung (MA).

“Kita tunggu langkah KPU RI. Dan untuk keputusan pembatalan masih menunggu di MA”, ujarnya.

Disisi lain, lima komisioner KPU Fakfak yang diberhentikan sementara, juga akan menghadapi sidang di Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) untuk menilai apakah tindakan mereka melanggar kode etik atau ketentuan hukum lainnya.

“Sidang DKPP akan menjadi tempat bagi kelima anggota KPU Fakfak untuk membela diri. Baik mereka yang sejalan dengan keputusan KPU Fakfak atau yang mengikuti arahan KPU Provinsi”, pungkas Paskalis.

Pemberhentian sementara Ketua Merangkap Anggota dan Anggota KPU Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat Periode 2023-2028, termuat dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1680 tahun 2024.

Penulis : Tesan

DPR Papua Tengah Paulus Mote, Mengatakan Atas Nama Pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Provinsi Jangan Merusak Hutan yang Ada

Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua- Kota Jeruk 🍊 -Melangka Tanpa Alas Kaki - DPR Papua Tengah Paulus Mote: Mengatakan bahwa, Jang...