Langsung ke konten utama

Kitong Cerita dan Makna Simbol Otoritas Nasional Melanesia Papua Barat sebagai Perahu Melanesia

Cerita: Emanuel Wanggai 
Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua Belanda - Melangkah Tanpa Alas Kaki- Dahulu kala, di atas perairan luas dan bergelombang di Pasifik, bangsa Melanesia telah menguasai seni membangun perahu dan navigasi. Perahu-perahu megah ini bukan sekadar alat transportasi; mereka adalah simbol ikatan, keberanian, dan semangat tanpa henti dari sebuah bangsa yang dipersatukan oleh lautan dan identitas bersama.

Kini, Otoritas Nasional Melanesia Papua Barat memilih untuk mewujudkan warisan kuno ini melalui simbol Perahu Melanesia. Perahu ini bukan hanya sebuah kerangka kayu dan layar, melainkan lambang hidup dari perjalanan Melanesia menuju kebebasan, martabat, dan penentuan nasib sendiri.

Seperti perahu yang menembus ombak, bangsa Melanesia / Papua Barat menavigasi melalui kesulitan dan tantangan, didorong oleh harapan dan keinginan kuat untuk sampai ke pantai kedaulatan. Setiap layar yang dikibarkan mewakili aspirasi kolektif bangsa, bergerak mantap, namun tegar, menuju cakrawala kemerdekaan.

Saat perahu ini menghadapi angin dan arus, demikian pula perjuangan Melanesia / Papua Barat menantang kekuatan luar dan rintangan. Namun, seperti desain perahu yang telah diasah selama generasi agar mampu bertahan dan berkembang di lautan luas, begitu pula semangat identitas Melanesia bertahan, kuat, fleksibel, dan bersatu.

Perjalanan perahu melambangkan perjalanan bersama bangsa Melanesia Barat, beragam namun bersatu dalam budaya, teguh dalam tujuan, dan tabah dalam pencarian masa depan yang bebas dari penindasan. Perahu ini berlayar menuju kebebasan suatu hari nanti, membawa mimpi semua orang Melanesia di atas tubuhnya yang kokoh.

Makna Simbolisasi:

1. Identitas Budaya dan Warisan:  

 Perahu Melanesia Barat sangat berakar pada budaya, seni, dan tradisi bangsa Melanesia di Papua Barat dan Pasifik. Lambang ini mencerminkan pengetahuan leluhur dan hubungan erat dengan lautan.

2. Persatuan dan Kerja Sama:  

 Sama seperti perahu yang membutuhkan semua orang bekerja bersama untuk berlayar, simbol ini menyoroti persatuan dan kerja sama komunitas Melanesia dalam mengejar tujuan bersama.

3. Perjalanan dan Ketangguhan:  

Perjalanan perahu melambangkan perjalanan panjang Melanesia / Papua Barat menuju kebebasa, dihadapkan pada tantangan seperti arus dan badai, namun dengan ketekunan dan harapan.

4. Kebebasan dan Kedaulatan:  

 Berlayar “menuju kebebasan suatu hari nanti” mencerminkan harapan terbesar akan penentuan nasib sendiri, keadilan, dan pengakuan Papua Barat sebagai negara berdaulat.

5. Menavigasi Tantangan:  

 Kemampuan perahu bertahan di laut bergelombang menggambarkan ketangguhan dan kegigihan perjuangan Melanesia Papua Barat melawan penindasan dan ketidakadilan.

Oleh Herman Wainggai

WPNA Website https://westpapuanationalauthority.org

Pos Admin 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menteri Investasi Indonesia Bahlil Lahadalia, Orang Sulawesi yang Mengklaim Diri Sebagai “Anak Papua”

Sebuah Mesin Perampasan yang Bekerja atas Nama Negara, Investasi, dan Kepentingan Global.  Oleh : Victor F. Yeimo  Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua Holandia-Melangkah Tanpa Alas Kaki - Bahlil   Lahadalia, orang Sulawesi yang mengklaim diri sebagai “anak Papua” memainkan peran yang secara teoritis dapat kita sebut sebagi agen apropriatif kolonial, atau individu yang melakukan klaim identitas demi legitimasi proyek hegemonik pusat atas wilayah pinggiran.  Bahlil Lahadalia, Sebagai Menteri Investasi, ia menjelma menjadi agen ideologis dan teknokratis kapitalisme kolonial. Proyek Strategis Nasional (PSN) di Papua adalah mega-infrastruktur of dispossession, yaitu infrastruktur raksasa yang berfungsi sebagai mekanisme primitive accumulation dalam versi abad ke-21. PSN adalah wajah mutakhir dari kapitalisme kolonial, sebuah mesin perampasan yang bekerja atas nama negara, investasi, dan kepentingan global.  Di Merauke, negara merampas...

Fakta hari ini TPNPB/OPM adalah bukan masyarakat yang kami tinggl bersama-sama dengan masyarakat di intanjaya Dan Militer Indonesia pun Demikian Sama Dari mana mereka Datang?.

Enam Orang Asli Papua yang merupakan warga civil yang telah di tembak Militer Indonesia🇮🇩 pada 14 Mei 2025 di Kabupaten Intan jaya Laporan resmi Seby Sambom dari markas pusat TPNPB OPM. Korban tewas dan korban luka-luka telah berhasil di evakuasi oleh Tim Pemerintah Dan Masyarakat, pertempuran ini masyarakat lain masih dalam pencarian apakah mereka masih hidup atau tertembak oleh Militer Indonesia.  Militer Indonesia telah lakukan kesalahan besar yang mana telah menyerang warga civil  dan membunuh  dan menyerang dengan tidak hormat tanpa memikirkan rasa kemanusiaan.  Menyerang pembrutalan militer Indonesia terhadap Masyarakat intanjaya ketika masayarakat berada di rumah, kebun, dan di pasar termasuk menyerang di gereja-gereja, pelanggaran ini merupakan pelanggaran HAM berat dan melanggar hukum Nasional dan internasional.  Masyarakat internasional dan lembag terkait harus bersuara terkait insiden penembakan terjadi ini di Intan jaya papu...

BAKAT DAN TALENTA ANAK-ANAK PAPUA, BUTUH PERHATIAN KHUSUS DARI PEMERINTAH.

BAKAT DAN TALENTA ANAK-ANAK PAPUA, BUTUH PERHATIAN KHUSUS DARI PEMERINTAH. Artikel. Sian Madai Konsep Dari Seorang Pemimpin Daerah Adalah Dasar untuk Menentukan Masadepan yang Lebih Cerah.  Keahlian/ Hobi, dan Kreatif/Karier yang di miliki oleh Orang Asli Papua (OAP) merupakan membuka ruang dan membuka lapangan kerja untuk membantu pemerintah setempat, sebagaian juga sebagai bentuk nyata membangun dan mempersempit pengangguran di Papua. Sekali lagi, Melalui bakat/ Karier yang telah dimilikinya merupakan menciptakan lapangan pekerjaan baru sebagai membantu pemerintah Daerah untuk itu, pemerintah perlu diperhatikan dan diolah dengan baik.  Dimana pemerintah pusat diberikan Otonomi khusus seluasnya di Papua bertujuan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia papua namun, Dana otonomi khusus Papua hilang jejak adalah cara tidak betul yang dilakukan, Dana otonomi khusus tersebut  harus digunakan dengan baik dan harus diperioritaskan Anak-anak Papua dalam ...