Minggu, 04 September 2022

ASYIK WISUDA PENUH WATNA

Oleh : Sepi S. Boma
Tetesan Air Mata Ibunda, Kota Jeruk, Melangkah Tanpa Alas Kaki, Narasi dibangun wisuda dan wisuda Wati dalam grup cukup unik.
Para wisudawan/ti asal Meepago dari Kabupaten Nabire, Dogiyai, Deiyai dan Kabupaten Paniai berbincang dengan narasi-narasi produktif di grup WhatsApp mengenai kesiapan, persiapan acara syukuran wisuda tahun 2022.

Dalam pembahasan itu terjadi perdebatan kencang, lancar dan berkelas intelek. Bahkan dengan kata-kata mereka itu sesungguhnya menarik perhatian bagiku.

Grup WA berlogo bulat Uniyap Jayapura itu diberi nama "Grup Diskusi Wisudawan/ti Tahun 2022" dikelola oleh Jecson adalah salah seorang wisudawan Uniyap Jayapura 2022. 

Penghuni grup itu sedikitnya 18 peserta para wisudawan/ti Uniyap Jayapura 2022. Ada beberapa teman-teman belum berkolaborasi di grup termasuk bapa Nason Uti dan Ibu Christin Yogi (keduanya mengambil S-2 Bidang Manajemen).

Wah, slogan ini menarik dan menyadarkan pikiran saya bahwa wisudanya tinggal hitung hari. Kebetulan saya juga salah satu dari dan antara mereka para wisudawan/ti tadi.

Saya hanya terdiam bisu tinggal menikmati, mendengarkan dan mengikuti narasi-narasi bahkan debat panjang yang tengah dibahas dan diperbincangkan oleh kawan-kawan itu terkait kesiapan, persiapan acara syukuran wisuda pada 07 September 2022 mendatang.

Tanggal 07 September itu, mereka telah dan sudah diwacanakan untuk menggelar acara syukuran di PTC Entrop Depan Terminal Lama.

Senang sekali tunggu hari wisudanya timbul penasaran berlebihan dibenak tanpa diduga. He...he.

Setiba hari Jum'at 02 September 2022 menunjukan pukul 17.00 waktu Papua, ketua panitia syukuran wisuda bersama para wisudawan/ti turun kerja sesuai scedul kegiatan di kediaman bapa Nason Uti beralamat di Sabang-Merauke Dok 5 Atas, Jayapura.

Kami berkumpul dan angkat batu dari pintu masuk kediaman NU sampai di halaman rumahnya. Kami juga diarahkan panitia untuk belah kayu bakar batu, susun batu hingga selesai pukul 10.37 waktu setempat.

Kami dibantu tenaga adik-adik yang tinggal bersama kami di Asrama Sumber Kasih Dok 5 Atas. Mereka (adik-adik) kerja tidak lebih dari satu jam meskipun pekerjaan terlalu berat.

Seusai kerja belah kayu dan susun batu, kami dipanggil Ibu Christin Yogi, (istrinya bapa NU) di teras depan lantai 1. 

Keduanya (Bapa NU dan Ibu Christin) akan diwisudakan Strata Dua Bidang Manajemen dari Uniyap Jayapura bersama kami pada tanggal 07 September 2022. 

Tujuan dipanggil kami untuk berdiskusikan mengenai seputar acara syukuran wisuda tersebut. Pertemuan atau diskusi biasa itu dimotori ketua panitia Alpons Uti. 

Tanpa basa-basi lepaskan kesempatan kepada Bu Christin untuk memberikan sedikit petunjuk berkaitan dengan kesiapan dan persiapan dua sampai tiga hari kedepan.

"Besok hari Sabtu, 03 September semua  diarahkan photo bersama di studio Varian Photo tepatnya di Aryoko, Jayapura Kota" jelas Bu Christin singkat.

Lanjut Bu Christin, photo yang dirasa tepat dan bagus masukkan di baleho acara syukuran wisuda. Lebih lanjut ikuti petunjuk dari (Bapa NU dan Bu Christin) sebagai orang tua dari dan antara para wisudawan/ti lainnya.

Bahkan kami panitia bersama wisudawan/ti lain pun menyetujui ujar Bu Christin dengan jadwal kegiatan tersinkron. Sehingga secara kolektif menyepakati untuk jumpa sekira pukul 9.00 besok - pagi di Studio Varian Photo di Aryoko, Jayapura Kota.

Besok Sabtu, diputuskan memakai pakaian yang rapi seperti celana hitam kain dan baju berwarna putih sekaligus dibawah atribut wisudanya.

Saya spontan mengakui dirinya belum ambil atribut wisuda tersebut. Padahal 17 para wisudawan/ti lainnya termasuk Bapa NU dan Ibu Christin sudah diambil dan katanya tinggal pakai besok di studio.

Hanya saya dengan kawan Benny yang belum diambil atribut itu di Pascasarjana Lantai II Gedung Lama Uniyap Jayapura. Adoh, sial sekali.

Saya tidak diizinkan ambil lantaran uang wisudanya belum dibayar di Bank Papua. Kawan Benny, saya belum ketahui dalihnya!

Tanpa pikir panjang, saya chat Benny lantaran emosi mengingat teguran dan desakan dari teman-teman tadi. Hehe.

"Nogei, besok ketemu di kampus". 

"Oke Nogei. Nanti tong ketemu di kampus saja" balas Benny singkat.

Pagi pukul 8.00 waktu Papua, saya ditelpon Benny dan langsung ditanya: Nogei, posisi?

Spontan saya menjawab: "Ada turun dari rumah ke kampus sekarang!" 

"Oh baik. Ketemu di depan kampus, Nogei" kata Benny sembari matikan telepon.

Sesampai di kampus, Benny belum lagi muncul. Parkir motor bermerk Vixi-on miliknya di gerbang pintu masuk - keluar Uniyap, Jayapura.

Tunggu Benny berapa menit tapi belum lagi muncul. Ya sudah, saya bergegas menuju ke arah Pascasarjana Lantai II Gedung Lama Uniyap Jayapura tercinta.

Berapa langkah ke arah depan bertemu dengan petugas di situ. Saya langsung tanya. Kaka, selamat pagi. Permisi mau tanya!"

"Iya, gimana ade?!" jawab seorang petugas dengan nada lembut sembari balik muka dan menatap saya.

"Hormat kaka. Saya mau ambil atribut wisuda tapi dimana ya?" tanyaku sesaat.

Petugas itu arahkan saya masuk ruangan dimana tempat pengambilan atribut wisuda itu. Dan saya pun ketuk pintu lalu masuk. 

Ternyata dalam ruangan itu ada Dosen Pembimbing II saya, Santrio. Ia persilakan saya duduk di kursi yang terletak di bagian depan lurus pintu masuk.

Beliau tanya: Sepi, kamu ada bawah bukti pembayaran?!

Ada Pak! jawabku sembari keluarkan bukti pembayaran yang dipintanya.

Setelah bukti pembayaran satu rangkap yang ditandatangani Biro Keuangan dicap basah di tangan, saya sodorkan ke bapa Santrio. Beliau memeriksa setiap kolom pembayaran dan ternyata uang wisuda saya cicilan (sebagian sudah bayar dan lainnya belum dibayar).

Lantas beliau meminta Surat Perjanjian dicap basah oleh Bu Yanna Wakil Rektor Uniyap Jayapura. Menurut beliau dengan surat perjanjian itu sajalah; kamu akan didapat atribut wisuda.

Kebetulan sehari sebelum konsultasi dengan Pak Santrio, Surat Perjanjian sudah saya urus dan saya menyerahkan langsung ke Pak Santrio.

Oke Sepi. Kamu biasa pake ukuran bajunya apa? tanya Pak Santrio ke saya.

Tanpa basa-basi, saya ukuran XL saja, Pak. 

Dia kasih keluar atribut wisuda (baju berukuran XL) lalu saya minta berpamitan dari ruangan bersama Pak Santrio. Sepi, sukses ya, kata Pak Santrio terakhir.

Selangkah sudah di pintu sembari keluar, telepon masuk dari Benny. Saya angkat dan menyapa 'hallo sobat!' ternyata dia miskol.

Tidak menelpon balik soalnya saya juga belum ada pulsa nelpon, yang ada hanya paket internet bulanan di kartunya.

Pikiran lega seolah selesaikan masalah besar. Sangat bangga campur senang setelah diambil atribut wisuda padahal sebelum diambil mata berkaca-kaca nyaris menangis. 

Nyatanya, dalam kanton pegangan tangan berwarna hijau dengan tulisan bulatan 'Universitas Yapis Papua - Jayapura itu terdapat segulung baju hitam semacam baju ilmu hitam, topi hitam, baju berwarna kuning-merah versi kalung leher yang ada di dalam kanton itu.

Sungguh saya dibodohi. Paling konyol. Namun apalah daya, saya keluar genggam kanton itu di tangan.

Setiba di asrama, saya ambil dan buka messenger menimbulkan perdebatan panjang oleh beberapa teman-teman. 

Sebut saja, mereka yang kepala batu di grup Jeck, Mias, Alpons, Iyapu, Jecson, Ochep, Heru, Silvester, Dinans, Jitro, Yulius, Pelipus, dan putri tunggal Sonya, termasuk Benny yang belum ambil toga sama sekali ini. Hehe.

Putri tunggal Sonya kesayangan kami juga turut terlibat menunjukan dirinya kepala batu ributkan suasana di grup terus. Hehe...asyik!

Perdebatan lelucon yang dimainkan mereka hanya mendesak dan menegur saya bersama Benny kita berdua. Mereka belum tahu bahwa toganya sudah di tangan saya. Hehe.

Entah apa, untuk photo di studio ditunda jam 6.00 sore. Teman-teman lain terusan menegur dan mendesak Benny agar percepat proses pengambilan toganya.

Saya tutup messenger mulai istirahat. Bangun dari tempat tidur pulasku jam menunjukan pukul 5.24 sore. Masih saja mereka ribut di grup. Ada yang mengirim foto dengan keterangan tertulis 'Toko Studio Varian Photo sudah dibuka'.

Segera saya bersiap menuju Studio Varian Photo. Di sana saya bertemu Jeck, Mias, Iyapu, Alpons lagi asyik bicara-bicara. Duduk menatap jalan main messenger lagi desak teman-teman lain agar percepat langkahnya.

Samping depan jalan tersedia warung makan. Tiba-tiba perut saya sakit minta makanan. Saya cari alasan untuk minta uang satu per satu. Saya tidak sadar diri kalau uang saya ada 20 ribu.

Saya tidak acuh dengan keadaan. Dalam pikiran hanya ingin makan. Saya pesan satu porsi dan dihabisi makanannya. Mias, Alpons menyusul makan di tempat itu. Dua di antaranya Jeck, Iyapu tidak makan. Malu saya. Hehe.

"Wae, kam pu celana itu" tegas Jeck mengajak saya bicara.

"Bah, sa celana kenapa, om?" Tunduk lihat ternyata bukan celana hitam. Memang Jeck benar. Saya kembali malu lagi kedua kali. Hehe.

Ahk, saya apatis omongan tadi dari Jeck dan lanjut bicara nonsens sembari menunggu teman-teman lain di emperan Toko Studio Varian Photo. Jam sudah menunjukan pukul 6.34 malam ada beberapa teman datangi menaiki motor miliknya.

Semua rata-rata memakai celana hitam kain. Saya disuruh Jecson telepon ade Amsal di asrama Dok 5 untuk menanyai celana hitam. Ternyata punya ade Amsal ada celana hitam dan disuruh datang ambil.

Bergegas bunyikan motor tiba di asrama. Balik malas tahu dengan keadaan takut lambat daripada teman-teman lain. Setiba di tempat photo kita diarahkan panitia masuk dan naik di lantai 2.

Kita bagi dua-tiga orang masuk ruang kamar kecil di studio itu untuk ganti pakaian. Saya bersama Mias masuk di ruang kamar yang terletak di ujung plepon. Mias ini orangnya humoris dan dia ketawakan saya hingga mata merah naik.

Semua pada tampak siap-siap. Ada satu (Ochep) masih dalam perjalanan. Ada lagi (Iyapu) motor miliknya bensin habis di tengah jalan depan Kantor Pos Taman Mesran. 

Kita semua tampak traumatis dan juga amarah. Ya sudah, saya buka toga. Kaki bereaksi menuju pintu keluar dari lantai 2 tempat studio photo pergi jemput Iyapu di depan Kantor Pos.

Iyapu akrap disapanya ini, lihat saya dan meneriak, saya berhenti kita laju. Saya nyaris mau menangis dia namun tidak jadi soalnya sedikit lagi sudah sarjana. Hehe.

Jayapura, 04 September 2022

Pos. Admind

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Topik Komentar antara Kristian Griapon dan Pengamat Papua Barat asal Australia, Andrew Johnson, Perselisihan antara Indonesia dan Belanda adalah setelah 1945

Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua- Kota Holandia Jayapura -Melangka Tanpa Alas Kaki- Topik Komentar antara Kristian Griapon dan ...