Tetesan Air Mata Ibunda, Kota Jeruk, Melangkah Tanpa Alas Kaki, Mata ini masih lurus menatap ke depan, Melihat keindahan sinarnya yang kemerahan.
Ada rasa takut di situ ketika senja pergi, Imbalan mengancam ku.
Tersibak pekatnya langit malam, Ada rasa khawatir yang tak berkesudahan.
Masih bisakah ku melihat keindahannya,Masih bisakah ku menatap kilau kemerahannya.
Ketika malam itu hadir tak kusangka kubisa melihat kilaunya di situ.
Menggantung di bawah pekat langit, Berkilauan, seakan mengisyaratkan sesuatu.
Ada rasa bahagia pun tetap saja keanehan terasa, Malam, yang ingin kulihat hanya satu.
Kerlip bintang bertabur mimpi, Bukan petir yang kuharap bukan hujan yang kuingin.
Hanya satu, bintang tersenyum megah yang kulihatI,tu inginku detik ini, saat ini juga.
Dan saat kubuka mata esok hari
Yang pertama kali ingin kulihat kilauan sinar mentari itu sajaN, amun kabut ketakutan masih terdiam di tempatnya.
Saat ku buka, hanya ada kegelapan yang terlihat, Tak ada celah sedikitpun cahaya
Namun masih kusimpan harapan nan elok, saat kupejamkan mata lagi Dan kubuka untuk kedua kali.
kilau cerah menghampiri wahai senja Malam.
Pos, Atmind
Tidak ada komentar:
Posting Komentar