Kamis, 02 Maret 2023

PUISI TERAKHIR DARI MERPATI PENGANTAR SAJAK RINDU

Jika kamu bertanya dari mana aku mengenal cinta. 
Jawabku darimu, Zuka senja. 

Kau mengajari cinta begitu lembut bagai salju tak tersentuh waktu bagai kamu dan aku. 

Tak pernah ada dekap hangat diantara waktu dan aku. 

Kau mengajari senyum tulus walau aku seperti putri malu yang tersentuh debu api rindu. 

Kau memasuki hati bak gurun pasir pilu. 
Dirimu yang menanam pohon baru, seakan-akan tak pernah layu

Gersang?. Ya Gurun pasir itu Seperti aku sebelum mengenalmu. 

Demi melepas rindu, ku kirim puisi lewat merpati pengantar sajak rindu.

Sajak rindu bercampur cemburu. 
Sajak rindu bercampur pilu. 
Atau sajak rindu yang membatu. 

Dibalik awan kelabu terdengar suara sayu
Begitu haru sampai pohon yang kau tanam kini menjadi layu. 
 
Zuka senja adalah milikmu.
Sebelum aku mengenalnya ia sudah menjadi kekasihmu dahulu. 
Aku hanyalah benalu kisah mu dari waktu ke waktu. 

Hei Zuka senja. Aku bertanya padamu. 
Apakah kamu ingin menjadi kekasihku. 
Menjalani masa tua bersamaku? 

Aku tidak tidak butuh jawab mu. 
Biarkan waktu berlalu seperti api memakan kayu. 

Biarkan merpati pengantar sajak rindu mengirim pesan terakhir dariku, ku tulis dari embun pagi yang bersatu. 
Bahwa aku menunggu di kehidupan selanjutnya untukmu. 

Biarkan di kehidupan ini aku menanggung rindu tak terbatas waktu untukmu di pundak ku. 
Karena aku tau, dirinya dan dirimu akan bersatu. 

Nabire,01.03.2023

Post. Admind

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kolonialisme Pemukiman Penindasan Harga Diri Pemilik Tanah

𝐊𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢𝐚𝐥𝐢𝐬𝐦𝐞 𝐏𝐞𝐦𝐮𝐤𝐢𝐦 (𝐒𝐞𝐭𝐭𝐥𝐞𝐫 𝐂𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢𝐚𝐥𝐢𝐬𝐦) Artikel, Yegema  Konsep kolonialisme pemukim dap...