Kamis, 04 Mei 2023

Jika pendidikan belum memerdekakan, maka mimpi seorang tertindas adalah menjadi penindasan. Paulo Ferreira.

Artikel.
Oleh : Melky Asoo
Buku: Castro 
Tetesan Air Mata Ibunda- Kota Tua Holandia- Melangkah Tanpa Alas Kaki_Apalagi Bangsa jajahan seperti kita di tahun Papua,  kaum tertindas di arahkan untuk kembali menjadi mesin penghisap atas darah manusia lain. 

Indonesia dengan sistem Pendidikan yang tidak jelas dengan situasi realita rill, selalu saja menerapkan materi setengah -stengah untuk Bangsa jajahan seperti kita bangsa Papua dan arahkan kaum tertindas untuk hanya kembangkan dan egois dengan satu hal saja yaitu; Kuliah dan menjadi PNS lalu kerja  menjadi alat untuk terus kuatkan sistem dengan lupa atas realita objektif yang buruk. Pasrah atas realita pendidikan yang penuh kepalsuan adalah dosa kaum tertindas, padahal menyampaikan kebenaran itu bukan dosa, kontrol penjajah terhadap kaum tertindas adalah menjadi budaya bangsa penguasa, misalnya penguasa kontrol dosen, guru untuk kontrol setiap saat dengan kebohongan " jika kamu melawan pemerintah dan lembaga kampus itu dosa, itu melanggar aturan  dan di arahkan manusia menjadi mesin yang harus di kontrol oleh penguasa lewat antek-anteknya. Semakin pasrah siswa terdidik kapitalisme pendidikan tetap stabilkan.

" Kapitalisme Pendidikan

Kapitalisme pendidikan dengan mahalnya harga  SPP, uang fotocopy dll.
dosen sudah tidak lagi menjadi manusia normal karena di setiap waktu dia menjadi mesin untuk kumpul uang dari kampus ke kampus lain, padahal dalam pengajaran hanya memberikan tugas saja tanpa penjelasan detail, hal ini menjadi budaya mereka, hanya suruh bikin tugas makalah, tugas kelompok dll, dengan mengatakan akan di bahas Minggu depan. Padahal tugas kita sebagai siswa melunasi kewajiban kita yaitu membayar uang SPP dll, hanya dengan tujuan mendapatkan pendidikan yang layak, di tampat yang layak untuk masa depan yang lebih baik yaitu dengan kembangkan kemampuan dirinya dengan jurusannya yang dia pilih, tapi entahlah jurusan yang dia pilih bahasa Inggris di dalam bisa ada materi Pancasila, bahasa Indonesia dll, bikin cambur aduk seperti gula, kopi dan susu di waktu yang sama padahal akhirnya jurusan bahasa Inggris bagaimana mau pahami, karena dalam satu hari semua mata kuliah masuk dalam otak manusia yang kecil itu, otak manusia tidak seperti komputer yang gabungkan semua file.

Sistem pendidikan di Papua hanya kebanyakan meramas kantong siswa, karena dari awal siswa takut dosen, dosen mau masuk kapan saja itu hal biasa namun siswa tidak hadir nilainya E kalau tidak pastinya kantong bicara yaitu membayar uang saku untuk pemateri demi mendapatkan Nilai A, B. Budaya penerapan buruk ini dari waktu ke waktu kaum tertindas masih pelihara dan hal itu merasa hal yang wajar di lakukan oleh bandit-bandit serbadut kecil yaitu anteknya kapitalisme.
Padahal semua orang mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak apa lagi daerah otonomi khusus seperti di Papua sudah di atur dalam UU 1945 dan sudah masukkan dalam tujuh butir yang di susun oleh tim perumus universitas cenderawasih. 

"Anak Penguasa Elit Lokal VS Anak Ekonomi Lemah.

 Penghapusan sistem pendidikan yang layak sekolah itu anak berduit saja itu sudah sekian tahun lalu, kini ini saat berada di fase yang setiap manusia di dunia mendapatkan perilaku yang baik, mendapatkan pendidikan yang sama seperti manusia lain di bumi. Namun dari dua sisi ini menjadi kembali, saat ini hanya anak-anak elit lokallah yang akan mendapatkan pendidikan karena mereka sejak lahir di lengkapi dengan fasilitas yang memadai dari orang tua, anak ekonomi buat semuanya saja karena saat ini yang bicar uang bukan lagi otak, mereka foya atas kekayaan orang tua yang mengisap darah manusia lemah yaitu dengan objekkan manusia lemah untuk kehidupan dirinya dengan keluarga.

(AEL)
Berjuang Sedikit Demi Sedikit

Namun bedah lagi dengan anak ekonomi yang ingin mendapatkan pendidikan yang layak namun mahalnya biaya pendidikan yang tidak sesuai dengan pendapatan orang tua banyak juga yang putus asa karena sistem Pendidikan Kapitalisme yang ada hanya garuk uang di sagu mahasiswanya.
Anak ekonomi lemah yaitu mereka yang letar belakang orang tuanya; Mama-mama pasar, mama penjual pinang, ayahnya petani kebun, nelayan laut, karena pendapatan orang tua tidak sesuai dengan harga SPP/ UKT dll di sekolah dan pada akhirnya banyak juga yang putus asa, selain uang kuliah, uang kebutuhan hidup sehari-hari misalnya, yang di kost-kostan pengeluaran uang kost, uang makan, uang untuk naik taxi pulang balik kampus atau uang bensin untuk pake setiap hari tidak cukup dengan penghasilan orang tua setiap bulan.
Dan pada akhirnya mereka kadang memilih untuk Jedah satu atau dua tahun untuk mencari uang untuk kembali bayar.

   Solusi

Dari realita pendidikan sampai buruknya sistem Pendidikan solusi terbaik adalah geratiskan pendidikan demi menjawab kegelisahan anak ekonomi lemah untuk mendapatkan pendidikan yang layak dengan Setar anak ekonomi, karena bandikan sisi otak anak ekonomi lemah lebih cerdas dari anak Elit Borjuis Lokal.

Catatan: 
Kawan besok kita tuntut untuk pendidikan geratis. Dan jangan lupa libatkan diri sampaikan keluh kesa.

Post. Admind

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOMITMEN BUPATI TOLIKARA, TIDAK BOLEH ADA NYAWA YANG HILANG SIA SIA KARENA DITOLAK OLEH LAYANAN RUMAH SAKIT

Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua- Tolikara -Melangka Tanpa Alas Kaki-    Tanah Injil Tolikara - Beberapa waktu lalu, Tanah Papua...