Penulis : Pdt. Dr. Albert Keiya M. Mis, M. Th
(Dr. Noakh Nawipa, ED, D)
Studi tentang Injil dan Kebudayaan merupakan suatu keharuan bagi petugas gereja, lembaga Pendidikan dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat untuk memahami dan mempejarai secara kritis, serius dan mendalam. Mempelajari sekaligus meneliti tema-tema tentang budaya akan membantu untuk menghubungkan nilai-nilai Injil dalam suku bangsa itu sehingga Injil yang diwartakan tidak berbau asing didaerahnya.
Alkitab harus dipelajari secara mendalam (jangan hanya kutip ayat-ayat yang menyenangkan untuk mendukung argumentasi kita tanpa melihat konteksnya). Artinya teks Alkitab dipelajari secara kritis dan serius. Dan dalam waktu yang sama thema-thema budaya digali demi kelestarian budaya itu sendiri dan demi akomodasikan nilai-nilai budaya dengan Injil. Hasilnya Injil dan budaya-budaya tidak bermusuhan tapi mereka dikawinkan dalam suatu teologi yang diterima sebagai teologi kontekstual.
Cara terbaik untuk menghindari ketegangan antara Injil dan budaya pemberita Injil dengan-budaya sasaran Injil adalah dengan cara mempelajari Injil seutuhnya dan juga menggali nilai-nilai budaya kita secara transparan. Semua pihak bersedia berdialog sehingga jangan ada yang mendominasi antara semua pihak yakni antara budaya pemberita Injil dan budaya penerima Injil. Dengan begitu Injil diklarifikasi sebagai berita universal untuk manusia dalam setiap kebudayaan.
Kebudayaan itu sendiri sangat berbeda antara satu suku dengan suku lainnya walaupun ada juga persamaannya. Karena itu kebudayaan suku yang dominan akan tergoda memaksakan budaya lain untuk menyetujui pandangan budayanya. Itulah godaan yang harus dihindari. Injil yang anda mengerti dalam budaya anda tidak sama dengan Injil yang akan dimengerti dalam budaya lain. Karena itu pembawa Injil dalam budaya yang lain tidak boleh membenarkan diri untuk tidak mau mempelajari budaya orang lain. Hal ini akan menghindari ketegangan tadi antara Injil yang dimengerti oleh pembawa berita injil dengan budaya penerima Injil.
Yuwo adalah salah satu kegiatan dalam budaya suku Me yang terancam punah akibat didominasi oleh pengaruh budaya baru yakni budaya pembawa Injil. Studi tentang thema budaya ini belum pernah digali oleh para sarjana teologi dan para missionaris walaupun para antropolog Belanda mungkin memiliki data pengamatan tentang thema budaya suka Mee di Kabupaten Paniai yang disebut oleh penulis buku ini dengan judul Yawo: Perayaan Pesta Budaya"
Dokumentasi tentang tema budaya "Yuwo" dirintis oleh Pdt. Dr. Albert Keiva M. Mis, M. Th. dalam buku ini. Karena itu buku yang direkomendasikan untuk dijadikan bahan diskusi antara semua pihak Semua orang Mee diberi kesempatan untuk memahami dunia orang Mee melalui "Yuwo" sebagai jendela budaya suku Mee secara menyeluruh. Menulis judul buku seperti ini akan memberi kesan kepada kita untuk tidak melupakan budaya positif yang hampir punah dari muka bumi Meuwo. Buku ini patut dibaca oleh generasi millennium dewasa ini.
BAB PERTAMA dari buku ini membahas sekitar pemahaman perayaan pesta adat Yuwo dalam konteks budava suku Mee khususnya tentang motivasi perayaan pesta adat yuwo, maksud dan tujuannya lalu refleksi Alkitab terkait perayaan dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. BAB KEDUA menguraikan tentang Perayaan pesta adat itu dalam Masyarakat Me. Lahimya Yuwo, koordinasi dalam organisasi sosial masyarakat, Pembangunan rumah adat, Komposisi penyelenggaraan pesta adat, penetapan jadwal pesta babi, jenis-jenis rumah dalam pesta adat seperti emawa, kewita, Kelompok2 kerja dan lain-lain.
Kemudian BAB KETIGA berupaya menjelaskan Pesta Akbar sebagai sarana promosi perdagangan hasil pemeliharaan ternak babi. BAB EMPAT tentang upaya-upaya mendapatkan mege (kulitbia). BAB KELIMA membahas tentang lagu-lagu dalam bahasa daerah lalu BAB KEENAM adalah agen-agen dominan yang diduga meniadakan perayaan pesta adat. BAB KETUJUH tentang makna perayaan pesta adat lalu bab ke delapam adalah upaya atau strategi merubah ratapan warga gereja di Tanah Papua.
Dari hasil dokumentasi ini para pembaca akan menemukan multidimensi hidup dan karya orang Mee yang berhubungan dengan topik-topik menarik melalui pesta adat ini. Pesta adat ini telah memberikan kepada pembaca tentang agama suku orang Mee, lagu-lagu suku Mee yang hampir punah, ekonomi suku Mee, Aksi sosial dan kekerabatan / politik suku Mee, nilai dan hukum adat suku Me, dan nilai sosialisasi nilai hidup melalui Yuwo. Banyak aspek yang dapat dipelajari dalam perayaan Yuwo ini bagi kehidupan manusia Mee.
Perayaan Yuwo merupakan kegiatan budaya suku Mee yang sering dijadikan sebagai wadah sosialisasi dari berbagai aspek budaya yang ada dalam kehidupan orang Mee. Perayaan ini sangat penting untuk mewariskan nilai-nilai budaya komunal maupun individual dan memiliki pengaruh positif yang berarti dalam kehidupan orang Mee. Anak yang adat pesta dibesarkan dalam kelompok budaya ini akan belajar arti hidup dan kerja yang diwariskan dari generasi ke generasi melalui perayaan adat pesta babi.
Perayaan Yuwo pada umumnya merupakan wadah sosialisasi nilai-nilai budaya orang Mee. Dengan Yuwo, ini, pendidikan untuk musik dan lagu orang Me hampir punah, budaya kerja sudah tiada dan tatanan hukum adat menjadi longgar, ekonomi kerakyatan tak menentu lagi. Yuwo dipercayai sebagai wadah sosialisasi seluruh aspek hidup orang Mee pada masa lalu untuk mewariskan nilai-nilai budaya Me dalam masyarakat Mee di Paniai pada masa lalu.
Kota-Kota Kabupaten di Meuwo kini sudah berkembang budaya asing yang membuat warganya menambah beban kepada keluarga, suku dan masyarakat umum. Banyak orang muda tak menentu hidupnya. Permainan modern seperti dadu, togel dan sejenisnya dijadikan sebagai mata pencahariannya. Apakah ini diakibatkan oleh kurangnya kegiatan budaya seperti pesta adat yang dikenal dengan "Yuwo" ini ?
Semoga sosialisasi nilai budaya orang Mee melalui Yuwo atau wadah sejenisnya dalam terang Injil diusahakan demi keselamatan budaya orang Mee yang hampir punah di mata kita.
~~~~~~~Pos. Admin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar