Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua- Holandia Jayapura -Melangka Tanpa Alas Kaki- Tim investigasi masyarakat Yahukimo untuk kasus pembunuhan tenaga pendidik di Sekolah Jhon D. Wilson Holuwon, berkesimpulan bahwa pembunuhan ini merupakan kasus kriminalitas. Kesimpulan diambil setelah tim melihat lokasi atau tempat kejadian dan mendengarkan kesaksian para saksi mata. Keterangan tersebut disampaikan Penasihat klasis Gereja Gidi Klasis Holuwon, Pdt. Budi Bahabol pada pertemuan yang digelar di Aula Gereja GIDI Filadelfia Klasis Holuwon, Yahukimo, Papua Pegunungan, Senin (13/10/2025).
“Berdasarkan hasil dari investigasi, ternyata pembunuhan dilakukan seseorang berinisial BB yang berasal Kampung Homidipmu, dari Distrik Hilipuk,” kata Pdt. Budi Bahabol kepada wartawan di Holuwon.
Pdt. Budi Bahabol menerangkan daerah pelayanan Klasis Holuwon mencakup Distrik Holuwon, Hilipuk, dan Distrik Sumo, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan.
“Kami menjaga umat tiga distrik ini. Kejadian ini hanya oknum saja. Karena itu kami semua di tiga distrik sepakat oknum ini harus ditangkap dan diproses hukum supaya kami diobati, kami diberikan pencegahan, nama baik kita kembalikan dan dapat beraktivitas seperti biasa,” katanya.
Pdt. Budi Menambahkan, guna melakukan investigasi atas kematian ibu guru, Melani Wamea, masyarakat telah membentuk tim yang terdiri dari kader-kader dari Distrik Holuwon dan juga pendeta sebagai utusan gereja penasehat Klasis Gidi Holuwon.
Tim yang dibentuk dan melakukan investigasi adalah Pdt. Budi Bahabol, kepala distrik Holuwon Natan Esanggoet, Kepala desa Holuwon, Wariop Kobak, Kader Erius Bahanol dan Nison Kobak dan perwakilan pelajar dan mahasiswa, Isam Kobak dan mewakili pemuda adalah satu tim bentuk di Dekai setelah mendengar kejadian di Holuwon.
“Kami berusaha hari Jumat bisa masuk [ke Holuwon], tetapi semua penerbangan takut dan menolak untuk melayani, sehingga kami berdoa. Hari ini [Senin] pihak Advent melayani kami dan kami ada di distrik ini.”
Ia menjelaskan setelah kejadian pada Jumat pagi, masyarakat yang ketakutan langsung mengungsi ke hutan sekitar kampung.
“Ada [bersembunyi] ke goa, ada yang di hutan, ada juga yang mengungsi ke kampung lain. Dan setelah mendengar kami datang, mereka berkumpul kembali. Karena itu kami bersyukur untuk hari ini kepada Tuhan,” Kata Pdt. Bahabol.
Sementara itu Kepala Distrik Holuwon, Natan Esanggoet menyatakan kesedihannya, dan kehilangan yang besar bagi masyarakat di Distrik Holuwon.
Menurutnya masyarakat, pemuda, anak sekolah umumnya menjaga para pekerja yang sedang bekerja di lapangan.
“Pembangunan yang masuk di Distrik Holuwon, kami jaga Bersama. Apalagi guru, kami jaga bersama. Tetapi kejadian pembunuhan ini bukan dilakukan oleh distrik Holuwon tetapi distrik atau wilayah lain yang melakukan dan merusak nama baik Holuwon. Kami minta pelaku segera ditangkap,” ujar Esanggoet.
Berikut kronologi kejadian berdasarkan kesaksiannya saksi mata:
Hari Jumat 10 Oktober 2025 sempat ada kegiatan penanaman pohon di Kaki Gunung Sogondek. Kegiatan penanaman pohon yang diikuti semua stakeholder Yayasan Pelayanan Papua Nenda Yapenda, serta guru dan siswa Sekolah Jhon Wilson.
Pukul 08.00 ibadah. Pada pukul 09.00 rombongan bergerak menuju lokasi yang berjarak sekira 2,5 kilometer dari sekolah.
“Kami orang dewasa sekitar empat orang,yang lainnya adalah siswa,” kata saksi mata.
Mereka dibagi dalam 3 rombongan.
“Rombongan pertama sudah sampai di Sogondek, lokasi penanaman pohon. Rombongan yang di Tengah adalah ibu guru Melani Wamea, lalu ada rombongan ketiga terakhir,” katanya.
Rombongan ibu guru Melani Wamea dalam perjalanan naik dari Kali Bim, dan terjadi seorang laki-laki yang keluar dari semak-semak menghadang rombongan. Ia menggunakan masker atau topeng yang menutup wajah, telinga bertindik dan menggunakan anting-anting. Terdapat alat tajam yang terselip di pinggang. “Badan tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek tapi badan sedang,” lanjut saksi mata.
Laki-laki itu mengancam rombongan. Mereka diperintahkan untuk tunduk, dan merayap. Seorang guru lainnya dan tiga siswa berusia 6 tahun melakukannya dengan ketakutan.
“Saat itu ibu guru Melani dicegat dan pelaku mengacungkan parang di kepala belakang ibu guru Melani, dan ditarik dari atas sampai ke bawah,” kata saksi mata.
Melani minta tolong, angkat tangan dan pelaku menebas dengan parang terjatuh di 10 meter ke bawah bukit. Pelaku melarikan diri menuju kali (sungai).
Karena yang berada di lokasi sebagian besar adalah anak-anak, mereka berteriak meminta tolong, dan naik ke atas bukit memanggil rombongan pertama untuk turun. Mereka berupaya untuk menolongi. Masyarakat Holuwon yang mendengar kejadian tersebut juga bergerak menuju ke tempat kejadian lalu melakukan evakuasi bersama.
Evakuasi dilakukan pukul 10.30 WP. Jasad Melani dibawa ke lapangan terbang Holuwon. Perwakilan Yapenda, Malcon Kobak mengurus untuk penerbangan sehingga pesawat MAF tiba dari Wamena. Evakuasi menggunakan dua pesawat yang mengankut jenazah, juga tukang-tukang yang sedang bekerja di sana. Dari Wamena, jenazah dibawa menuju Kota Jayapura.
Pos. Admin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar