Tetesan Air Mata Ibunda, kota Jeruk, Melangkah Tanpa Alas Kaki. Kisah ini terjadi satu waktu saat itu hari mulai pagi di iringi kicauan burung yang menyambut pagi yang indah.
Mentari pagi bersinar mengenai seorang pemabuk yang, masih duduk terjaga di bawah atap pos siskamling komplek perumahan.
Pemabuk:
Duduk di pinggir jalan dengan baju compang camping sambil terhuyung miring dan kantuk tetapi masih asik bercerita dengan suara keras, tibah tibah,ada seorang datang lewat di depan mereka mengenakan baju kemeja rapi dan celana panjang memegang akitab hendak pergi ke rumah ibadah seorang pemabuk melihat itu dan malu.
Menyuruh teman-temannya untuk duduk diam dan memberi salam kepada orang tersebut.
Dengan hormat mereka memberikan salam kepada orang tersebut.
Setelah itu pemabuk, yg duduk sambil mabuk itu merasa malu dan berkata dalam hatinya.
Tuhan betapah gagahnya dia yg rapi dan hendak pergi untuk meyembah Mu` dia terlihat sangat hebat di bandingkan dengan kami yang hanya asik asikan di pinggir jalan.
Dia orang yang baik yang harus kami hargai karna masih ingat untuk pergi ke rumah Mu untuk menyembah Mu.
Hal ini membuatnya terharu dan kembali berkata dalam hatinya Tuhan Yesus yang baik maafkan kami yang hanya bersenang senang dan selalu lupa kepada mu,tapi kami berterimakasih kepada mu karena kami tidak pernah membuat orang lain susah.
Berterima kasih karna sedari malam kami ada di tempat ini. Masih dalam keadaan yang baik Tampa berkekurangan.
Pemabuk tetap bersalah dalam hal apapun menurut pandangan manusia Sebab dampak buruk dalam keadaan beralkohol orang sering berbuat hal hal yang tidak baik.
Hal ini menimbulkan citra buruk dan level terhadap alkohol dan kepada para peminum alkohol itu sendiri.
Memang dari segala sisi tidak dapat di benarkan hal ini menurut pandangan sempit para pendoa tetapi ada hal hal tersendiri yang hanya di ketahui oleh para peminum dan Tuhan
Ah sudahlah aku.
Tetap akan seperti itu setiap waktu.
Post, atmind
Tidak ada komentar:
Posting Komentar