Tetesan Air Mata Ibunda, Kota Jeruk, Melangkah Tanpa Alas Kaki, semua yang saya meneteskan Tinta ini bukan saya menulis, tapi itu sebuah gumpalan tetesan.
Ini bukanlah sebuah tulisan semata, Sebab di dalamnya terdapat kata yang terkurung dalam kepala.
Dimana hanya pena yang mampu membebaskannya,
Pada ruang luas bernama kertas.
Jejak hitam yang tertinggal,
Menjadi bukti rasa yang telah terungkap.
Sekalipun tak ada yang mengerti, Sebab mengungkapkan sudah cukup untuk hati.
Dia hanya ingin melepas,
Karena bibir selalu memilih diam.
Maka biarkan tangan yang bekerja.Meluapkan segalanya di atas lembaran-lembaran putih yang hampa.
Tak apa,
Jika manusia tak ingin mendengarkan.
Guratan pena sudah lebih dari cukup untuk membuatnya lega,
Meski tak sepenuhnya.
Karena tak peduli walaupun lembaran kertas telah penuh.
Terkadang pikiran itu masih butuh ruang lebih banyak lagi,
Terlalu penuh.
Hingga akhirnya tumpah ruah, Menjadi buliran air yang mengalir dengan bebas,
Jika bibir tak lagi mampu bersuara, Dan kertas tak lagi mampu menampungnya.
Maka biarkan air mata yang mengungkapkan segalanya.
Post. Atmind.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar