Oleh: Puisi lentera merah.
Ketika aku lapuk dan tak menemukan arah jalan.
Aku malah mengenang-ngenang jejak jalanmu.
Kau yang teleh bernisan
tak bisa kupingkiri.
Aku menginginkan adanya busurmu.
Di dalam sunyi dan hening mata, Mama.
Biarlah rasa manusiawi ini meledaka....
Namun, apa arti air mata dan kesedihan yang tak dapat.
Menolongku menemukan arah jalan...
Aku eja namamu, Bapak
pelan-pelan ku selipkan dengan do'a-do'a.
Dalam bait-bait sajak dan puisi-puisiku.
Maka,
aku peluk rindu yang berlirih
di tubuh Mama yang sepi.
Dalam malam-malam ..
Kejam ini.
Pos. Atmind
Tidak ada komentar:
Posting Komentar