Note Bobok
Agus Kosay
Saya pernah ketemu seorang mantri tua jaman Belanda marga Tabuni asal Kota Mulia kabupaten Puncak jaya yang sedang berdomisili di kabupaten Jayapura kampung pampar.
Kebetulan waktu itu bapak mantri ini, dia buka pengobatan tradisional di kampung pampar dan saya pergi berobat di tempat itu, dan sambil melayani saya dan teman-teman pasien yang sedang berobat situ, mantri ini banyak bercerita tentang sejumlah pengalaman pelayanan selama puluhan tahun di wilayah Papua, dan juga pengalaman penelitian tentang pelayanan kesehatan di Papua.
Dalam cerita itu, ada satu hal yang menarik, dan terkesan yang dia ceritakan sesuai dengan realita kehidupan berkembangan generasi muda bangsa Papua.
Cerita itu "tentang pertumbuhan manusia Papua masa dulu dengan bertumbuhan manusia Papua sekarang".
"Bertumbuhan manusia Papua dulu itu di besarkan dengan ASI ibu yang asli jadi orang tua kasih nasihat mereka, didik mereka, dan bina mereka, bisa dengar dan melakukan apa saja dengan kesadaran diri anak kita.
Tetapi berkembangan manusia Papua (generasi) sekarang agak berbeda karena, mereka di lahirkan seorang ibu, tetapi di besarkan dengan ASI binatang ( Ari susu sapi) maka karakter anak-anak sekarang itu sama dengan bintang sehingga, tidak mau dengar nasihat orang tua, nakal, pantel, sombong, suka melawan orang tua, banyak yayan di luar, tidak mau makan makanan yang di siapkan orang tua di rumah, Main sembarang sampai terlibat dalam pergaulan yang merusak masa depan anak itu sendiri.
Kalau Sudah demikian, Kita orang tua mau didik sangat sulit, hanya bisa tunggu mukjizat Tuhan terjadi dalam diri anak-anak kita yang sudah demikian. Akhiri cerita bapa mantri Tabuni itu.
Dari cerita singkat bapak mantri di atas ini saya merefleksikan pada saat itu dan sekarang ternyata situasi itu, sedang di alami oleh generasi muda BANGSA PAPUA sekarang, sehingga kita jangan heran kalau kehidupan generasi muda bangsa Papua dalam kehidupan sehari-hari perilakunya, sikapnya dan pembawaan terlalu aneh-aneh.
Karena dari kecil sudah besar dengan susu binatang sampai besar pun mengonsumsi susu binatang, sehingga tidak ada ASI asli yang menyeimbang otak manusia itu. yang ada dalam otak itu di penuhi karakter binatang, sehingga perilaku selalu sama dengan binatang sehingga kita yang punya karakter penyeimbang dalam hidup kita masing-masing yang selalu perpengaruh tetapi bagaimana berusaha menghindari dan berdiri pada prinsip-prinsip hidup kita masing-masing.
Jika kita perpengaruh dengan karakter anak-anak bangsa yang berkarakter binatang peliharaan maka karakter kita juga ikut perpengaruh sama dengan karakter binatang peliharaan yang tidak mau dengar tuannya justru balik menggigit tuannya sendiri.
******
Pos. Admin
Komentar
Posting Komentar