Oleh : Sepi S. Boma
GELAS hijau berisi minuman susu ada di tempat tidurku. Dimana kepala saya barbaring.
Saya ingat, itu sisa minuman saya tadi malam. Gelas itu saya ambil dan diminum sambil gerak badan.
Matahari bergegas pancarkan sinar. Getaran messenger berbunyi pukul 6.35 pagi waktu Papua. Itu sudah pasti saya duga, Jeck. Ternyata benar, Jeck ribut (dalam grup messenger) mendesak teman lainnya.
Jeck didesak agar teman-temannya untuk percepat pijakan kaki ke titik kumpul sebelum terlambat sesuai target jam yang ditentukan.
Jeck tulis antonim kalimat: "Selamat pagi teman2. Menuju ke titik kumpul".
Saya pun respon cepat sebelum teman-teman lain dalam grup: "Ribut terus. Kita sudah tahu!". Begitu dulu. Saya tampak bersiap-siap melaju ke titik.
Ada lagi, Ferdinans tanya: "Selamat pagi kawan2. Sekarang kam suda dimana?"
Ochep juga tulis: "Pagi juga. Saya di bagian Abe ada Polantas, jadi saya ada berteduh sedikit".
Berapa menit berlalu, saya bersama si bung humoris Mias bergegas keluar dari asrama hendak menuju ke titik kumpul menaiki motor vixi-on milikku.
Setiba di titik kumpul (depan pintu gerbang kediaman NU), di sana berjumpa kangen dengan Ochep dan Iyapu. Lantas kita saling menyapa. Tidak lama lagi, Salmon tiba-tiba mampir.
Kendati berapa menit berlalu sembari cerita-cerita nonsens. Saya dikejutkan getaran hadphone digenggam tanganku.
Pelipus menelpon saya. Diminta ambil kunci mobil Pick-Up di Bhayangkara dekat Nikson. Sekilas ketahui, Nikson adalah salah satu dari sekian banyak pemain futsal PON 2021.
Sehabis ambil kunci, saya bergegas turun di Kantor Sinode KINGMI di Apo, Jayapura Kota ambil mobil Pick-Up tersebut. Tidak lama lantas ketua panitia syukuran Iyapu dan sekretarisnya Pelipus tiba-tiba datangi.
Saya menyetir mobil. Iyapu naik menatap kaca depan samping saya sementara Pelipus di belakang.
Dalam perjalanan kami menelpon seorang mama di Keerom. Mama yang kami pesan menggarap ubi.
"Mama, apakah ubi sudah digarap atau belum?! tanya kami ke mama itu.
Kata mama itu di balik layar, kemarin hari Minggu to, sekarang kami ada ke kebun!
Dan mama itu meminta datang besok pagi mengangkut ubi. Kami protes tapi itu sudah keputusan mama tersebut.
Dengan kecepatan yang rendah tiba di depan kediaman NU. Mama Christin lagi beri petunjuk atas kesiapan dan persiapan yang semestinya dilakukan. Ada beberapa teman-teman kerumunan di tempat itu, asyik mendengarkan mama Christin bicara.
Karena tidak jadi ke Keerom angkut ubi. Saya diajak mama Christin ke pasar Hamadi untuk belanja. Mias, Jecson, Pelipus pun turut terlibat menaiki mobil di belakang. Sementara kaka Otto, mama Christin menatap kaca depan samping saya.
Merasa senang saya bisa diajak mama Christin ke pasar untuk belanja. Ini pertama kali saya diajak mama Christin. Rasanya, selama studi di kota tua hunian belanda sudah termakan lima tahun belum pernah diajak. Bicara pun belum pernah.
Dengan semangat tipis, keringat deras mengalir lantaran terik matahari sebagai resiko kesenangan.
Kami melewati tanjakan lepas 'Koti'. Tiba di pasar Hamadi. Mama Christin, kaka Otto, Jecson, Pelipus gegas masuk dalam pasar. Tinggal saya bersama Mias dalam Pick-Up membisu. Namun, karna panas membakar kulit, kita berdua pun mengikuti jejak mereka tadi.
Mereka berada di jalan tengah Pasar Hamadi. Angkat barang belanjaan mama Christin dinaikan dalam Pick-Up itu. Barang persiapan acara syukuran wisuda tanggal 7 September 2022.
Setelah barang belanjaan diturunkan. Mama Christin mulai koordinasi dengan mama (pemilik ubi) itu di Keerom.
"Besok kami sibuk padat jadi sekarang ade-ade ke sana angkut ubi ini, apa mama sudah garap?" ujar mama Christin.
Dan tanggapan mama itu, lain sudah. Tinggal berapa karung saja. Kalau begitu datang sekarang. Oke, kami ke sana. Sore kami balik setelah digarap.
Kami beberapa orang ke sana (Keerom). Yang ke sana, sebut saja: Ochep, Jeck, Heru, Jecson, Salmon, juga dengan ade Demi angkut ubi delapan karung.
Balik jam 19.00 malam dari sana dan tiba sekitar 21.00 malam. Delapan karung besar itu penuh dengan ubi, keladi. Tambah enam manusia lagi sungguh berat. Beratnya minta ampun.
Saya rasa bukan barang (ubi-keladi) yang berat tetapi keenam manusia ini yang diberatkan. Nyaris mobil mau rusak. Hehe.
Cerita bersambung.
Jayapura, 6 September 2022
Kata Hati
Editin. Atmind
Tidak ada komentar:
Posting Komentar