Langsung ke konten utama

RAKYAT PAPUA MELAWAN RASISME VICTOR F YEIMO MELAWAN dan TANAH PAPUA BUKAN MONYET

Tetesan Air Mata Ibunda, Kota Tua Holandia Jayapura, Melangkah Tanpa Alas Kaki, Pernyataan Sikap Melawan Rasisme, Papua Bukan Monyet. Lukas Enembe Bukan Monyet. Frans Kaisepo Bukan Monyet. Tiga Anak Korban Kekerasan Militer di Kerom Bukan Monyet. Rakyat Papua Bukan Monyet.

Sidang Lanjutan  Victor Yeimo  hari ini 31 Januari 2023, adalah pemeriksaan saksi sakai. Jaksa penuntut umum akan menghadirkan dua saksi satu dari kepolisian dan satunya adalah rakyat sipil. Dua saksi direncanakan memberikan kesaksian dalam sidang satu atas nama Melkianus Celemen Ruwaray, dari kepolisian sedangkan Heppy Salampessy dari kalangan sipil.

Saksi dari kepolisian akan memberikan kesaksiannya melalui zoom. 
Sidang lanjutan akan dilakukan pada siang  ini di pengadilan negeri Jayapura.

Saat Ini Victor Yeimo dari LP tiba di pengadilan negeri Jayapura dikawal oleh anggota Brimob dan kepolisian.

Ones Suhuniap.
(Jubir Nasional KNPB)

Perlawanan terhadap diskriminasi adalah perlawanan rakyat yang harus dan musti dilakukan secara bersama. Diskriminasi ras adalah bentuk dari ketimpangan kelas dan kepentingan kelompok mayoritas yang ingin menguasai manusia lain, dalam hal ini manusia kulit hitam, yaitu orang Papua. 
Perlawanan terhadap rasisme adalah perlawanan terhadap penguasaan manusia dan menentang bahwa satu ras superior, dimana tindakan ini telah membuat orang-orang diluar Papua selalu memanggil orang Papua dengan sebutan monyet.

Posisi ras yang dipandang rendah telah membuat orang Papua menerima ujaran monyet. Ini ditambah dengan stigma OPM yang memukul rata semua elemen rakyat Papua, dimana penyiksaan, pembunuhan, penembakan dapat dilakukan oleh TNI/Polri terhadap orang Papua yang dituding sebagai bagian dari OPM, seperti Kasus Mutilasi yang dialami oleh Irian Nirigi, Leman Nirigi, Atin Tini dan Arnold Lokbere, dimana mereka dituduh sebagai OPM. Hal serupa juga dirasakan oleh Tiga anak kecil di Kerom, yaitu Rahmat Faisei, Bastian Bate dan Laurens Kaung, yang disiksa oleh Kopassus. Mereka diteriaki monyet kemudian disiksa karena dituduh pencuri dan dituduh sebagai OPM hanya karena memakai gelang bintang kejora. 

Hukum Indonesia begitu tajam bagi rakyat Papua dan pejuang HAM di Papua, namun begitu tumpul bagi TNI/Polri yang menjadi pelaku pelanggaran HAM. Melkias Ky adalah korban salah tangkap, namun Melkias dituding melakukan pembunuhan dalam Kasus Kisor Maybrat. Yanto Arwekion di Timika Bukan penjual Amunisi, namun dituding melakukan penjualan amunisi. Gerson Pigai dan Kamus Bayage ditangkap dan dikriminalisasi karena kekacauan yang diciptakan dan diprovokasi oleh penyusup bayaran. Mereka harus bertanggung jawab untuk kekacauan yang direkayasa oleh kelompok-kelompok yang tidak mengingikan mahasiswa Papua bersuara. Victor Yeimo hadir dalam aksi rasisme 19 Agustus 2019 sebagai massa aksi bukan penanggung jawab aksi atau perencana aksi. Victor Yeimo tidak melawan negara, tetapi melawan stigma monyet terhadap orang Papua yang diberikan oleh negara. 

Diskriminasi yang diterima oleh orang Papua sangat berlapis. Bukan hanya diskriminasi ras, tetapi diskriminasi dalam penegakan hukum bagi orang Papua. Tidak ada keadilan bagi orang Papua. Dalam ketidakpercayaan hukum, orang Papua terus berjuang demi harkat dan martabat sebagai manusia yang seharusnya berdaulat dinegerinya sendiri, namun disingkirkan, dihancurkan, dan dihabisi seperti binatang yang tidak memiliki hak hidup, bahkan untuk berjuang agar tetap hidup dipandang sebagai manusia, setiap pejuang di Papua harus dikriminalisasi dan divonis setinggi-tingginya dalam ruang pengadilan.

Kami yang tergabung dalam Rakyat Papua Melawan Rasisme Menyatakan Sikap Kami sebagai berikut :

1. HENTIKAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI TERHADAP ORANG PAPUA. ORANG PAPUA BUKAN MONYET. 

2. TANGKAP DAN ADILI SELURUH PELAKU YANG MEMBERIKAN UJARAN RASIS TERHADAP MAHASISWA PAPUA DI SURABAYA

3. HENTIKAN KRIMINALISASI TERHADAP MELKIAS KY DI MAYBRAT. MELKIAS BUKAN PEMBUNUH. MELKIAS ADALAH KORBAN SALAH TANGKAP.

4. HENTIKAN KRIMINALISASI TERHADAP YANTO ARWEKION DI TIMIKA

5. HENTIKAN KRIMINALISASI TERHADAP AKTIVIS MAHASISWA; GERSON PIGAI DAN KAMUS BAYAGE.

6. HENTIKAN KRIMINALISASI TERHADAP VICTOR YEIMO DAN BEBASKAN VICTOR YEIMO TANPA SYARAT. VICTOR YEIMO ADALAH KORBAN RASISME. 

7. SEGERA BERIKAN VONIS HUKUMAN MATI TERHADAP SEMUA PELAKU KASUS MUTILASI SEBAGAI WUJUD KEADILAN BAGI KELUARGA KORBAN

8. SEGERA TANGKAP DAN ADILI PELAKU PENYIKSAAN ANAK DI KEROM.

9. SEGERA TANGKAP DAN ADILI PELAKU PELANGGARAN HAM DI MAPPI
10. SEGERA BEBASKAN SELURUH TAHANAN POLITIK DI PAPUA

Demikian Pernyataan sikap ini kami buat dengan penuh rasa tanggung jawab, atas perhatian tak lupa kami sampaikan berlimpah Terima kasih. 

Korlap  wakorlap
Endy Kogoya Nain Wakla

Penanggung Jawab 
Rakyat Papua Melawan Rasisme RPMR

Wene Kinungga  Kenius Bayage


Post. Admind

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menteri Investasi Indonesia Bahlil Lahadalia, Orang Sulawesi yang Mengklaim Diri Sebagai “Anak Papua”

Sebuah Mesin Perampasan yang Bekerja atas Nama Negara, Investasi, dan Kepentingan Global.  Oleh : Victor F. Yeimo  Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua Holandia-Melangkah Tanpa Alas Kaki - Bahlil   Lahadalia, orang Sulawesi yang mengklaim diri sebagai “anak Papua” memainkan peran yang secara teoritis dapat kita sebut sebagi agen apropriatif kolonial, atau individu yang melakukan klaim identitas demi legitimasi proyek hegemonik pusat atas wilayah pinggiran.  Bahlil Lahadalia, Sebagai Menteri Investasi, ia menjelma menjadi agen ideologis dan teknokratis kapitalisme kolonial. Proyek Strategis Nasional (PSN) di Papua adalah mega-infrastruktur of dispossession, yaitu infrastruktur raksasa yang berfungsi sebagai mekanisme primitive accumulation dalam versi abad ke-21. PSN adalah wajah mutakhir dari kapitalisme kolonial, sebuah mesin perampasan yang bekerja atas nama negara, investasi, dan kepentingan global.  Di Merauke, negara merampas...

Fakta hari ini TPNPB/OPM adalah bukan masyarakat yang kami tinggl bersama-sama dengan masyarakat di intanjaya Dan Militer Indonesia pun Demikian Sama Dari mana mereka Datang?.

Enam Orang Asli Papua yang merupakan warga civil yang telah di tembak Militer Indonesia🇮🇩 pada 14 Mei 2025 di Kabupaten Intan jaya Laporan resmi Seby Sambom dari markas pusat TPNPB OPM. Korban tewas dan korban luka-luka telah berhasil di evakuasi oleh Tim Pemerintah Dan Masyarakat, pertempuran ini masyarakat lain masih dalam pencarian apakah mereka masih hidup atau tertembak oleh Militer Indonesia.  Militer Indonesia telah lakukan kesalahan besar yang mana telah menyerang warga civil  dan membunuh  dan menyerang dengan tidak hormat tanpa memikirkan rasa kemanusiaan.  Menyerang pembrutalan militer Indonesia terhadap Masyarakat intanjaya ketika masayarakat berada di rumah, kebun, dan di pasar termasuk menyerang di gereja-gereja, pelanggaran ini merupakan pelanggaran HAM berat dan melanggar hukum Nasional dan internasional.  Masyarakat internasional dan lembag terkait harus bersuara terkait insiden penembakan terjadi ini di Intan jaya papu...

BAKAT DAN TALENTA ANAK-ANAK PAPUA, BUTUH PERHATIAN KHUSUS DARI PEMERINTAH.

BAKAT DAN TALENTA ANAK-ANAK PAPUA, BUTUH PERHATIAN KHUSUS DARI PEMERINTAH. Artikel. Sian Madai Konsep Dari Seorang Pemimpin Daerah Adalah Dasar untuk Menentukan Masadepan yang Lebih Cerah.  Keahlian/ Hobi, dan Kreatif/Karier yang di miliki oleh Orang Asli Papua (OAP) merupakan membuka ruang dan membuka lapangan kerja untuk membantu pemerintah setempat, sebagaian juga sebagai bentuk nyata membangun dan mempersempit pengangguran di Papua. Sekali lagi, Melalui bakat/ Karier yang telah dimilikinya merupakan menciptakan lapangan pekerjaan baru sebagai membantu pemerintah Daerah untuk itu, pemerintah perlu diperhatikan dan diolah dengan baik.  Dimana pemerintah pusat diberikan Otonomi khusus seluasnya di Papua bertujuan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia papua namun, Dana otonomi khusus Papua hilang jejak adalah cara tidak betul yang dilakukan, Dana otonomi khusus tersebut  harus digunakan dengan baik dan harus diperioritaskan Anak-anak Papua dalam ...