Fiksi. Dari Kampus, Buron dan Penjara Di saat udara masih sejuk dan hening, embun pagi menari-nari di atas permukaan daun rimba, Deiba dan Celin duduk di bawah rimbun pohon. Mereka saling pandang, lalu tertawa lepas. "Sa tra sangka kita berdua akan berakhir seperti ini, Celin," kata Deiba sambil mencuci muka dengan tetesan embun. "Dulu kita hanya duduk di kampus, berdiskusi tentang ide-ide pembebasan." Celin menjawab sambil menggumam, "Tapi sekarang kita berdiskusi dengan senapan di tangan kita." Siooo, biar sudah. Celin dan Deiba adalah dua mahasiswa yang kini menjadi buron, mempertaruhkan nyawa mereka melawan tentara kolonial. Keduanya menolak tunduk setelah berbagai diskusi, mimbar kampus, demonstrasi di jalan-jalan kota tidak direspon penguasa penjajah. Kini mereka menghirup udara segar dan merasakan semangat alam mengalir di sekeliling mereka. Burung-burung berkicau dengan riangnya, seakan memberikan semangat perjuangan. "Ko tau, Dei