Langsung ke konten utama

KOMITE NASIONAL PAPUA BARAT (BPP-KNPB) Mendesk Indonesi dan lembaga Keadilan HAM Nasional dan Internasional Pembunuhan 4 Warga Fak-Fak

Badan Pengurus Pusat
KOMITE NASIONAL PAPUA BARAT (BPP-KNPB) 
Central Board Of The National Committee For West Papua

Alamat: Jln. Mako-Hubert, Perumnas 3 Waena,
==============================

Pers Release!

Kekerasan berbasis rasisme terhadap rakyat sipil Papua belum juga berhenti 6 tahun terakhir di Papua.

Berawal dari perang Pembebasan nasional didorong oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB ) vs Tentara Nasional Indonesia TNI maupun kepolisian Republik Indonesia POLRI di Papua.

Akibat konflik bersenjata ini kekerasan di Papua meningkat, yang jadi korban adalah rakyat sipil khusus 6 kabupaten tetapi pada umumnya provinsi Papua maupun provinsi Papua Barat.

Rakyat sipil mengungsi di Kabupaten Maybrat, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Pegunungan Bintang, kabupaten Puncak Papua Ilaga, Kabupaten Nduga dan Kabupaten Yahukimo.

Data tahun 2022 67 ribu rakyat mengungsi dari 6 kabupaten yang berkonflik bersejata TNI POLRI vs TPNPB.

Dalam pengungsian banyak rakyat sipil meninggal dunia, baik orang dewasa maupun anak-anak laki-laki maupun perempuan. Gizinya buruk, kelaparan, tidak ada pelayanan kesehatan, hak anak dan perempuan tidak diperhatikan oleh pemerintah melalui bantuan sosial atas nama kemanusiaan. Hak pendidikan hak kesehatan, hak perempuan khusus ibu melahirkan di hutan tanpa pelayanan medis yang memadai. 

Dalam konflik bersenjata hampir 6 tahun terakhir ini rakyat sipil Papua terus berjatuhan di berbagai daerah lebih khusus 6 kabupaten. 

Rakyat sipil biasa, pegawai negeri, pekerja swasta para pdt-pdt atau hamba Tuhan, guru-guru, tenaga medis, kepala desa dan anak sekolah pun menjadi korban penembakan baik orang asli Papua maupun non Papua. 

Namun yang banyak korban penembakan adalah orang asli Papua dengan tuduhan TPNPB dan OPM separatis, GPK, KKB, KST dan lavel atau stigma lain yang selalu dialamatkan kepada orang asli Papua oleh TNI/POLRI.

Dengan tuduhan atau menjustifikasi orang asli Papua dengan stigmanisasi yang subyektif untuk melegalkan tindakan militer seperti melakukan penangkapan sewenang-wenang, kekerasan, penyiksaan sampai pemenjaraan dan Pembunuhan. 

Hal ini berdampak pada kekerasan berbasis rasial terhadap orang asli Papua terus terjadi. 

Data terbaru adalah di Yahukimo dan di Fak-Fak kepolisian melakukan penangkapan liar terhadap rakyat sipil ada ditembak mati. 

Di kabupaten Fak- Fak 110 orang ditetapkan daftar pencarian DPO orang 17 orang foto diterbitkan oleh kepolisian namun nama-nama ditetapkan DPO salah karena ada yang mahasiswa di Jayapura ada yang rakyat sipil tidak bersalah. 

Pada tanggal 9 September 2023 aparat kepolisian menangkap 12 orang 4 orang ditembak mati oleh polisi. 4 orang warga sipil ditembak tersebut Nelson Hindom, Otis Hanamba, Simon Kramandodo dan Naman Gewab. 

Sementara itu di Yahukimo setelah penembakan antara TNI/Polri dan TPNPB wilayah Yahukimo pada 21 Agustus 2023 675 orang mengungsi.

 https://suarapapua.com/2023/09/06/674-orang-tinggalkan-lokasi-baru-pasca-kontak-tembak-di-dekai/?fbclid=IwAR0fDnaM2zqX2BLmKGBhywHE0uiZpwcAF8CJeEp8nRAVjPA_MPYQQ0Hfr-g

Dalam pengungsian 12 orang sakit parah 1 orang anak usia 1 tahun meninggal dalam pengungsian. https://suarapapua.com/2023/09/16/seorang-bayi-meninggal-dunia-dari-tempat-pengungsian/

Kemudian pada tanggal 14 September Anggota TNI telah membunuh 5 orang warga sipil di Yahukimo.

Pihak kepolisian mengatakan 5 orang tersebut anggota KST ditembak saat baku tembak dengan Militer Indonesia namun Jubir TPNPB Seby Sambom mengatakan 5 orang yang dibunuh tersebut bukan anggota TPNPB. 

Hal senada disampaikan oleh ketua persekutuan gereja-gereja di kabupaten Yahukimo mengatakan 5 orang tersebut bukan anggota TPNPB namun pemuda biasa yang dibunuh oleh militer Indonesia.

 https://jubi.id/tanah-papua/2023/pggy-5-korban-penembakan-di-yahukimo-bukan-anggota-tpnpb/?fbclid=IwAR3baBNDpZq3vnbBgmAsbWfilgRfrOpjjfq3L0T2ywBywhegLsTaF5XAzfs

Tercatat dalam bulan September 2023 ini 9 orang warga sipil ditembak mati dengan timah panas militer Indonesia. Masing-masing di Fak-Fak 4 orang dibunuh di Yahukimo 5 orang total 9 orang meninggal dalam 2 hari di bulan September ini. 

Pembantaian rakyat sipil, penangkapan, penyiksaan pengungsian rakyat sipil tak berdoa ini terjadi akibat negara sengaja memelihara akar konflik di Papua. 

Akar persoalan belum dituntaskan oleh negara melalui negosiasi politik yang damai dan bermartabat serta demokratis akibatnya rakyat sipil maupun militer baik pihak Indonesia maupun Papua jadi korban. 

Dengan demikian Kami Komite Nasional Papua Barat KNPB atas nama kemanusiaan dan keadilan menyampaikan pernyataan sikap sebagai berikut :

1. Kami mengutuk dengan keras dan mendesak segera mendesak investigasi secara independen terhadap pembunuhan 4 warga Sipil di Fak-Fak dan 5 Rakyat sipil di Yahukimo;

2. Mendesak pemerintah Indonesia untuk buka akses Dewan HAM PBB dan Jurnalis Asing masuk ke Papua;

3. Meminta Kepada TNI/POLRI dan TPNPB hentikan perang mendorong perundingan secara damai dimediasi pihak ke tiga yang netral. 

4. Mendesak Segera meninju kembali akar konflik politik di Papua dan segera menggelar referendum sebagai solusi alternatif yang demokratis. 

Demikian pernyataan sikap resmi kami keluarkan dengan penuh rasa tanggung jawab. Atas perhatian tak lupa kami sampaikan berlimpah terima kasih. 

Numbay, 16-17 September 2023.
Badan Pengurus pusat
Komite Nasional Papua Barat ( BPP-KNPB) 

Ones Suhuniap.
(Jubir Nasional KNPB)

Post. Admind

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SETELAH DENGAR HASIL UJIAN PAKAIAN SISWA/I SMA Kelas XII Di NABIRE DIWARNAI BINTANG KEJORA POLISI MEMUKUL Mince Heluka, BEBERAPA ORANG MENANGKAP POLISI

Siswi SMA kelas XII,Foto Mince heluka dapat pukul dari Polisi Nabire. Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua- Kota Jeruk 🍊 -Melangkah Tanpa Alas Kaki- Nabire Siswa/i SMA kelas 3 dengar hasil ujian, mereka mewarnai pakeyan abu putih dirubah Bendera Identitas diri Papua Barat, Bendera Bintang Kejora/Bintang Fajar Polisi Melakukan pukulan dan penangkapan terhadap siswa/Siswi. Dengan melihat Siswa Mewarnai dengan warna Identitas sehingga beberapa orang anggota polisi dan ada pula yang dapat pukulan dari Polisi pada Senin 06/05/2024. Kata M.D melalui Handphone genggamnya. Penangkapan dan pemukulan dari polisi terhadap teman-teman SMA yang turun pawai kebahagiaan setelah mendengar kelulusan mereka, namun kami merasa kecewa karena polisi-polisi yang berada di Nabire melarang kegiatan kami, Lanjutnya. Kronologis yang Terjadi  Pukul 16: 7 wp. Kurang lebih 9 orang pelajar dikejar oleh 2 orang polisi berpakaian preman dengan kendaraan beroda 2 pengejaran tersebut lokasi da

SEPOTONG PERAHU KERTAS

Kecewakan mu  Di dalam hati yang terluka,   Kata-kata itu menggema.   Pahit getirnya rasa kecewa,   Menyatu erat dalam jiwa. Seperti bayangan yang tak pernah hilang,   Begitu juga rasa kecewa yang terpahat.   Sekali tersakiti, hatimu rapuh,   Dikhianati sekali, cintamu terus meragu. Siapa pun yang mengecewakanmu,   Tidak akan luput dari pandanganmu.   Setiap detik, setiap waktu,   Luka itu tetap merayap dalam ingatan. Namun di balik kekecewaan yang mendalam,   Tersembunyi pelajaran berharga.   Jangan biarkan rasa itu membelenggu,   Biarkan ia menjadi bekal untuk tumbuh lebih kuat. Eko-Vinsent  🍁🍁🍁 SEPIH Sekali lagi sepi Tanpa suaramu  Tak ada kata-kata manismu Hanya hening yang terasa  Sekali lagi sendiri  Merenungi semua rindu ini Menatap langit dengan tatapan hampa  Menyebut namamu tanpa sahutan Sekali lagi hanya diam Menanti sapa itu hadir lagi Membiarkan malam dan siang terlewati Tanpamu dan tanpa kita bercengkrama  Ly SMy  19.9.24 🍁🍁🍁 Se𝗖𝗶𝗻𝘁𝗮 

Adat-Mu Itulah yang Disebut Identitas-Mu, & Kebiasaan Itulan Adat-Mu & Itu-lah Sumber Hukum

Artikel. Oleh. Yegema Megolah sala satu identitas diri yg disebut (Kagane) Tetesan Air Mata Ibunda-kota Tua Paniai ---Melangkah Tanpa Alas Kaki -Kagane merupakan salah satu identitas diri yang diwariskan oleh moyang sejak saya dan kamu tiada. Barang atau benda itu telah ada sebelum manusia dipenuhi di muka bumi ini. Mereka mengolah Adat sesuai keinginan sesuai kepercayaan yang dimiliki setiap daerah termasuk tiga atau empat Wilayah adat Papua, termasuk Wilayah Meepago. Kebiasaan ini tidak bisa berubah dengan bentuk apapun dan bentuk bagimanapun alasan-Nya. Siapapun merasa berubah itulah yang disebut menggagalkan usaha yang diwariskan oleh nenek moyang dan tete moyang kita. Kebiasaan-kebiasaan merubah tampilan maupun warna dan bentuk maka Merusak wajah anda dan  telah menemukan Runtuhnya Manusia.  Ko lupa itulah ko lupa sejarah, akhirnya dibilang Rumah-Mu Runtuh Tapa sebab akibat. Adat-Mu Itulah yang Disebut Identitas-Mu, & Kebiasaan Itulan Adat-Mu & Itu-lah Sumber H