Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua KeeRom -Melangkah Tanpa Alas Kaki_Tidak semua orang yang tahu tentang bagaimana kehidupan Narapidana Perempuan dibalik Tembok Lembaga Permasyarakatan Perempuan dimanapun juga. Salah satu Bunga dengan dalam pot bunga yang tebuar dari semen dibawah adalah salah satu hasil karya Narapidana di Lapas Perempuan yang terletal di Kabupaten Kerom, Propinsi Papua.
Pada saat saya pergi menjemput salah satu dampingan saya yang harus Bebas karena kasusnya telah diselesaikan secara restoratif justice saya sempat melihat beberapa Narapidana Perempuan yang sibuk mengaduk semen dengan pasir serta adapula yang mengankat batu telah dan meletakan pada tepat yang saya duduk. Sementara itu, ada salah satu Narapidan perempuan yang setelah mencampurkan semen, pasir dan air kemudian memegang sendok untuk melakukan pengecoran yang datang kearah tempukan pasir dan batu tela selanjutnya mulai mengangkat campuran semen dan pasir dan meletakan pada titik yang telah ditentukan selanjutnya menyusun beberapa batu telah berdiri sembari melakukan pengeceron.
Pada saat itulah baru saya bertanya, kalian mau buat apa. Jawab Narapidana yang memegant sendok bahwa kami mau buat pot bunga seperti yang disebelah itu. Wah jadi pot bunga itu kalian yang buat ya, Narapidana perempuan itu semua menyahut iya kami yang buat. Saya hanya bisa jawab, wah kalian semua hebat ya bisa buat pot bunga seperti itu. Mereka hanya balas dengan senyuman.
Untuk dapatkan cerita yang banyak dari Narapidana Perempuan itu, saya kemudian letakan rokok didepan dan bilang kepada mereka yang bisa merokok silahkan ambil. Selain itu yang mau makan pinang juga silahkan ambil. Sambil tawarkan itu saya juga mulai sebut-sebut beberapa dampingan saya yang perempuan rupanya mereka kenal semua dan saya sebut salah satu dampingam saya di Komunitas Jantung Kota barulah komunikasi mengalir sembari kunya pinang bersama rokok yang menemani mereka membuat pot bunga yang suda direncanakan sebelumnya.
Salah sata Narapidana Perempuan kemudian mulai bercerita. Kaka Perempuan yang sedang memegang sendok semen itu punya kebun dalam lembaga pemasyarakatan sini. Dikebunnya dia tanam sayur-sayuran seperti sawi, gedi, cabe dan lain sebagainya. Jika panen Kaka Perempuan bisanya petik dan masak buat kami makan bersama.
Sementara sedang cerita ada beberapa Narapidana Perpuan itu semuannya pergi ke seorang Sipir Perempuan dan melihat video dalam layar hendphone selanjutnya ditegur oleh Narapidana Perempuan dengan mengatakan kalian kaya baru lihat ka, cepat cari batu sana biar masukan dalam semen yang sedang dicor disamping batu telah ini. Saya karena penasaran bertanya, apa yang kalian lihat ?. Salah satu Narapidana Perempuan mengatakan, ah kami lihat konten Anak-anak Lapas Perempuan Papua. Selanjutnya Para Narapidana Perempuan itu memungut batu kerikil dan berikan kepada Kaka Narapidana Perempuan yang melakukan pengecoran.
Menurut salah satu Narapidana Perempuan yang melalui raut wajahnya terlihat usiannya lebih tua dari semua mengatakan bahwa kamo mau buat pot bunga dibeberapa titik sambil menunjuk ke beberapa sudut yang akan dilakukan. Saya langsung bertanya, kalian semua bisa campur semen dengan pasir dan bahkan memuat pos bunga semen yang kuat dan indah itu sebelumnya (diluar) sudah punya pengalaman kerja seperti itu ka ?. Jawab salah satu Narapidan Perempuan, kami hanya ikuti arahan dari Kaka Perempuan dia karena Kaka dia yang punya pengalamam bangun rumah tembok dan perna ikut kerja-kerja borongan sebelum menjadi Warga Binaan Lapas Perempuan di Kerom.
Ada satu cerita yang menjadi bahan candaan bagi mereka adalah sindiran mereka terhadap Air yang katanya berwarna merah dan seperti ada campuran minyak. Saya sempat bertanya kenapa begitu ya, menurut mereka karena banyak zat kapur katanya. Air yang kondisinya begitu terkadang buat kami mandi gunakan sabun namun tetapi terlihat tidak mandi sebab akan terlihat berdebu. Melihat kondisi itu, mereka kemudian mencari alternatif dengam cara membuat penapis air manual mengunakan pasir dan kerikil namun dengan melihat jumlah mereka yang banyak terkadang tidak maksimal sehingga perlu ada alternatif lain untuk air agar tidak ada lagi sindiran yang dipicu karena Air Merah Bate.
Sambil saya saksikan Narapidana Perempuan kerja, saya dengarkan beberapa kalimat-kalimat menarik yang mereka sampaikan seperti "Mau Aii ka, Insos ka, Ogge ka, Enggo ka yang masuk kedalam sini pasti semua akan menjadi Napi" selain itu, ada juga "Kami ini semua satu jurusan tapi hanya beda atap saja". Selain itu, ada juga yang cerita terkiat "kalau mereka keluar dan berkeluarga terus mama mantu mara-mara mereka maka mereka akan bilang bah kami satu ompreng baru" dan masih banyak lagi istilah atau cerita-cerita yang saya tidak dapat cerita satu persatu yang mana semuannya mereka lakukan untuk menghibur mereka saat mereka kerja membuat Pot Bunga semen.
Keasikan itu terhenti ketika dampingan saya yang akan bebas datang dan mengatakan kepada Narapidana Perempuan yang sedang kerja bahwa dia akan pulang. Mereka semua saling salaman dan mengatakan adik bungsu selamat pukang e, jangan lupa sering kesini besuk kami. Saya hanya bilang kepada mereka semua kalian sangat luar bisa dan pastinya Pot Bunga semen yang kalian buat itu akan menjadi tanda mata dari kalian semua kepada siapapun yang akan datang kesini.
Semoga Kalapas Perempuan Kerom dan Kanwil kemenkumham Papua dapat menyediakan fasilitas lainnya agar dapat meningkatkan bakat terpendam yang dimiliki oleh Narapidan Perempuan di Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kerom.
Akhirnya saya mau tutup dengan salah satu kalimat yang Narapidana Perempuan dorang bilang ke saya itu "Ko Mau Aii ka, Ko Mau Kuligay Ka, Ko Mau Enggo Ka, Ko Mau Yagamo Ka, Ko Mau Insos Ka, Ko Koon Ka, Ko Bakit Ka, Ko Mau Maku Ka, Ko Mau Namuk Ka KALAU MASUK DALAM LAPAS PEREMPUAN ITU KO TETAP NAPI"
Cerita Dari Dibalik Tembok
Lapas Peremuan Kerom
Post. Admind
Komentar
Posting Komentar