Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua- Kota Tolikara -Melangka Tanpa Alas Kaki- Seorang ibu kita, seorang warga negara OAP yang terhormat, seorang Kaka perempuan kita yang sedang mengandung kehidupan baru, telah pergi meninggalkan kita semua dalam cara yang begitu menyayat hati.
Ia datang ke pelayanan kesehatan mencari pertolongan. Ia merasakan sakit yang luar biasa menahan sesak napas, menahan pingsan, menahan rasa takut demi satu harapan: agar anaknya - generasi masa depan di Tanah ini, bisa lahir dengan selamat.
Sang Ibu menunggu dengan sabar, menahan sakit dan getirnya maut, berharap rujukan layanan kesehatan bisa segera diberikan, bukan untuk keselamatan dirinya - melainkan keselamatan anak yang ada dalam rahimnya.
Sang ibu yang penuh kasih percaya bahwa negara ini, bahwa daerah ini, bahwa kita semua akan menjaganya.
Namun pada akhirnya, ia ditolak.
Dalam keadaan yang paling lemah, dalam waktu yang paling menentukan, ia tidak mendapatkan pelayanan yang seharusnya ia terima sebagai seorang manusia, sebagai seorang ibu, dan sebagai seorang warga negara yang lemah.
Sebagai Bupati, sebagai seorang anak Papua, dan sebagai seorang manusia, saya merasa sangat terpukul dan bersedih hati.
Kematian sang ibu yang penuh kasih ini adalah luka bagi keluarga, tetapi juga menjadi luka bagi saya dan seluruh pemerintah daerah di Tanah Papua..
Ada rasa malu yang tidak terlukiskan di hati dan pikiran saya... Mengapa di negeri ini, di Tanah ini, masih ada seorang Ibu yang penuh kasih sayang mempertahankan kehidupan anak yang dikandungnya - menjadi calon penerus setiap jejak kehidupan di Tanah Papua, harus wafat karena kesombongan, ketamakan, ketidakpedulian orang orang yang digaji oleh pajak negara, diberi pendidikan terbaik oleh negara, orang orang yang di sumpah untuk melindungi setiap nyawa (pasien) dengan sumpah hipokrates dan terhadap Tuhan yang menyaksikan ikrar mereka itu.
Tidak ada alasan yang dapat menghapuskan kenyataan pahit bahwa seorang ibu yang datang meminta diselamatkan, justru kehilangan nyawanya sebelum mendapatkan pertolongan yang layak.
Saya ingin keluarga yang ditinggalkan tahu:
Saya dan kita semua yang memiliki hati nurani di Tanah Papua, merasakan duka kalian semua yang merasakan kehilangan (termasuk bagi keluarga yang di tinggalkan).. Saya berdiri bersama kalian.. Dan saya berjanji bahwa kematian ini tidak akan sia-sia..
Peristiwa ini menjadi panggilan bagi saya sebagai salah seorang Pemimpin Daerah (Bupati) — sebagai panggilan untuk memperbaiki, mempertegas, dan membenahi seluruh sistem rujukan dan pelayanan kesehatan bagi rakyat kami di Tanah Papua, khususnya kepada warga kami di Tolikara.
Saya tidak mau melihat lagi peristiwa tragis dan memilukan seperti ini terulang, khususnya terhadap kejadian buruk yang akan menimpa Ibu Ibu, Kakak Perempuan, dan Calon Generasi penerus di wilayah yang kami pimpin di Tolikara.. Dan saya tidak akan membiarkan ada warga Tolikara, terutama ibu hamil, yang datang meminta tolong lalu ditolak oleh rumah sakit, entah di mana pun itu berada..
Kita harus berubah.
Kita harus lebih sigap.
Kita harus memastikan bahwa setiap ibu yang datang dalam keadaan darurat, setiap warga yang membutuhkan rujukan diseluruh Puskesmas, Rumah Sakit dan Layanan Kesehatan lainnya, harus segera ditangani dengan cepat, manusiawi, dan tanpa diskriminasi..
Untuk ibu dan Kaka Perempuan beserta Bayi yang telah pergi, semoga Tuhan menerima engkau dalam damai-Nya.
Hari ini saya berduka, Tanah Papua Berduka, Rakyat di Tolikara juga ikut berduka.
Tetapi dari duka ini, kita akan berdiri dan memastikan tragedi yang sama tidak terulang lagi dimasa depan.
Syalom, Wa Wa, Waniambe, Onomi Foi, Koya’o.., Jo Suba, Tabea Tabea, Matur Nuwun, Horas, Ya'ahowu.. ππ½
WILLEM WANDIK S.Sos (BUPATI TOLIKARA 2025 -- 2030) - Sekretaris Badan Makan Bergizi APKASI Periode 2025 - 2030)..
Pos. Admin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar