Minggu, 30 November 2025

Legenda – Dari Mana Datangnya BerasManusia makan nasi

Legenda – Dari Mana Datangnya Beras
Manusia makan nasi. Ada yang setiap hari. Tetapi, pernahkah kita terpikir bagaimana beras bisa muncul ??

Sebelum membaca legendanya, mohon luangkan sedikit waktu untuk menandatangani sebuah petisi untuk menolak kejahatan yang sedang terjadi di Tiongkok.

Sebuah kebaikan kecil tidak luput dari catatan Sang Pencipta. Bantuan Anda sangat berharga.

“Guk guk! Jika manusia memang lapar, biar saya yang coba. Saya mungkin kecil, tapi saya bisa berenang. Saya akan membawanya!” kata anjing abu-abu itu dengan mata berkilau penuh tekad.

Kaisar Giok pun tersenyum, menepuk kepala anjing itu. “Ingatlah, seberapa banyak padi yang kamu bawa, sebanyak itulah yang akan tumbuh di bumi.”

Maka berangkatlah mereka. Ombak laut menggulung tinggi bagaikan gunung. Sapi, kuda, dan lainnya berjuang mencapai daratan. Sementara itu, anjing kecil berenang sekuat tenaga, tubuhnya penuh bulir padi. Tapi oh! Satu per satu biji padi hanyut, “plup! plup!” terbawa ombak.

Anjing berusaha melengkungkan tubuhnya, menegakkan ekornya tinggi-tinggi. Penuh perjuangan! Ia sadar, hanya padi di ujung ekornyalah yang masih tersisa. Dengan gigi terkatup rapat, ia berenang terus sampai hampir terengah-hengah.
Akhirnya… ia sampai di daratan! Manusia menyambut dengan sorak gembira ketika melihat buliran padi di ujung ekor anjing itu—cikal bakal makanan yang kelak menyelamatkan dunia.

Sejak hari itu, padi hanya tumbuh pada ujung tangkai, tak penuh dari pangkal ke atas, karena hanya itulah yang berhasil diselamatkan oleh anjing. Manusia pun belajar menanam, hingga kini kita semua bisa menikmati nasi hangat di meja.

Dan apa kabar si anjing? Ia jadi sahabat manusia paling setia. Sebagai tanda terima kasih, manusia selalu berbagi nasi dengan anjing. Bahkan, di beberapa tempat, tradisi lama masih terjaga: beras pertama hasil panen selalu diberikan dulu pada sang anjing.

Sementara kuda, sapi, kambing, ayam, dan babi, ya… mereka makan jerami, sekam, atau sisa padi saja. Karena yang paling berjasa, yang paling berani, adalah sahabat manusia—anjing kecil abu-abu dengan ekor tegak.

Dan begitulah… asal usul beras yang ada di meja makan kita hari ini.

Diadaptasi dari https://www.epochtimes.com/b5/2/1/22/n231360.htm
(www.budipekerti.org/crl/wd)

Pos. Admin 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HAI TANAHKU PAPUA”Karya Izaak Samuel KijneSuara Hati Bangsa Papua yang Tetap Menyala

HAI TANAHKU PAPUA” Karya Izaak Samuel Kijne Suara Hati Bangsa Papua yang Tetap Menyala Ketika Izaak Samuel Kijne menulis Hai Tan...